Pengikut

Kamis, 09 Agustus 2012

Pesan Makrifat Nabi Khidir Kepada Nabi Musa

Oleh :  Santri Ndeso

Pesan Makrifat Nabi Khidir Kepada Nabi Musa

Pesan Makrifat Nabi Khidir ketika berpisah dengan Nabi Musa, dia (Musa) berkata,

“Berilah aku wasiat”. Jawab Nabi Khidir :

Wahai Musa, jadilah kamu orang yang
berguna bagi orang lain, Janganlah sekali- kali kamu menjadi orang yang hanya menimbulkan kecemasan diantara mereka sehingga kamu dibenci mereka.

Jadilah kamu orang yang senantiasa menampakkan wajah ceria dan janganlah sampai
mengerutkan dahimu kepada mereka.
Janganlah kamu keras kepala atau bekerja tanpa tujuan. Apabila kamu mencela seseorang hanya karena kekeliruannya saja,
kemudian tangisi dosa-dosamu, wahai Ibnu
Imron! (Al Bidayah Wan Nihayah juz I hal. 329 dan Ihya’ Ulumuddin juz IV hal. 56).

1. “Wahai Musa”, jadilah kamu seorang yang berguna bagi orang lain.
Sebaik-baiknya manusia yang berguna bagi orang lain karena keberadaannya sangat
dibutuhkan dan andaikata dia pergi, mereka merasa kehilangan sehingga yang akan
dijadikan panutan tidak ada, dan sebagai
penggantinya yang setaraf pun tidak ada.
2. Janganlah sekali-kali kamu menjadi
orang yang hanya menimbulkan kecemasan
diantara mereka sehingga kamu dibenci
mereka. Kerukunan dan ketentraman
lingkungan didambakan disetiap warga. Dan
apabila ada seseorang yang membuat resah
masyarakat yang menimbulkan kecemasan
mereka, kepergiannya tidak akan dinantikan
kedatangannya lagi. Dengan kepergiannya,
masyarakat merasa tentram, keberadaannya
disetiap yang ditempati selalu dibenci dan
bahkan diusir.
3. Jadilah kamu orang yang senantiasa
menampakkan wajah ceria dan janganlah
sampai mengerutkan dahimu kepada
mereka. Muka cemberut dan kusam
menunjukkan wajah atau hati sedih dan
kurang senang pada keadaan. Terimalah
apa adanya dengan senang hati, jalani saja
kehidupan ini dengan ketabahan dan sabar,
walaupun pahit dirasa. Kejadian apapun
yang kita alami, pasti Allah akan
memberikan hikmah dan pelajaran
dibaliknya. Dengan demikian kesedihan pun
sirna dengan sendirinya, dan wajah
kelihatan berseri-seri tampaklah muka ceria.
4. Janganlah kamu keras kepala, atau
bekerja tanpa tujuan. Keras kepala adalah
sifat yang harus disingkirkan jauh-jauh,
karena bisa mengalahkan sifat-sifat baik
lainnya, kalau sifat keras kepala masih
mendominasi pada diri yang akibatnya
dapat merugikan diri sendiri bekerja pun tak
terarah dan sia-sia.
5. Apabila kamu mencela seseorang, hanya
karena kekeliruannya saja. Kemudian tangisi
dosa-dosamu.
Menyalahkan orang lain atau mencela tidak
diperbolehkan oleh Nabi Khidir karena beliau
berlandaskan firman Allah dalam surat Al
Insyiqaq ayat 19 : “Sesungguhnya kamu
melalui tingkat demi tingkat (dalam
kejadiannya)”.
Manusia diciptakan oleh Allah tingkat demi
tingkat, salah satunya tingkat pemahaman
belum berubah atau berbeda sebab yang
dicela tingkat pemahamannya dibawah yang
mencela, logislah yang mencela atau
menyalahkan tidak dibenarkan. Orang kelas
3 kok disalahkan oleh orang kelas 5.
Seharusnya kelas 5 yang mengalah, dan harus tahu bahwa perbuatan itu kurang
benar, segeralah mohon ampun kepada
Allah dan jangan diulangi lagi.

Pesan ke Dua.
Diriwayatkan bahwa setelah Khidir akan
meninggalkan Nabi Musa, dia (Khidir)
berpesan kepadanya : Wahai Musa,
pelajarilah ilmu-ilmu kebenaran agar kamu
dapat mengerti apa yang belum kamu
fahami, tetapi janganlah sampai kamu
jadikan ilmu-ilmu hanya sebagai bahan
omongan. (Riwayat Ibnu Abi Hatim dan Ibnu
Asakir).
Faham sesuatu ilmu bukan untuk modal
berdebat, menonjolkan sesuatu faham yang
berseberangan dan faham yang baru selesai
dipelajarinya itu adalah yang paling benar
sehingga bangga atas golongannya itu dan
mengajak adu argument bahwa dialah yang
paling benar sendiri, ini tidak dibenarkan
sebab berdebat itu tidak diperbolehkan
sebagaimana surat Al Baqarah ayat 139 :
“Katakanlah, apakah kamu memperdebatkan
dengan kami tentang Allah, padahal Dia
adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu, bagi
kami amalan kami, bagi kamu amalan kamu
dan hanya kepada Nya kami mengikhlaskan
hati”.
Berseberangan faham yang sudah diyakini
tidaklah perlu diusik satu sama lain karena
masing-masing sudah kokoh dalam
keyakinannya hanya saja ajakan orang-
orang yang masih ngambang atau yang
belum iman.

Pesan ke tiga.
1. Wahai Musa, sesungguhnya orang yang
selalu memberi nasehat itu tidak pernah
merasa jemu seperti kejemuan orang-orang
yang mendengarkan.
Memberi nasehat kepada orang lain
janganlah mengharapkan sesuatu imbalan
apapun kecuali ridha Allah dan tugas
menyampaikan. Tugas menyampaikan dan
mensyiarkan agama Allah adalah tugas
setiap umat muslim, firman Allah dalam
surat Al Hajj ayat 32 mengatakan :
“Demikianlah (perintah Allah). Dan barang
siapa mengagungkan syiar-syiar Allah maka
sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan
hati”.
Dan kita sendiri jangan merasa bosan-
bosan untuk menengarkan para penceramah
itu termasuk tholabul ilmi yang diwajibkan
pada setiap muslim, walaupun ilmunya
banyak.
2. Maka janganlah kamu berlama-lama
dalam menasehati kaummu.
Berilah nasehat singkat, padat, berisi dan
yang penting tidak membosankan.
3. Dan ketahuilah bahwa hatimu itu ibarat
sebuah bejana yang harus kamu rawat dan
pelihara dari hal-hal yang bisa
memecahkannya.
Iman didalam hati belum tentu sudah kokoh
tanpa djaga dan dirawat dan dipelihara
karena lapisan luar hati masih dipenuhi oleh
hawa nafsu yang selalu mengajak ke arah
perbuatan yang kurang baik. Maka dari itu
waspadalah dalam menjaga hati jangan
sampai hati terpengaruh dari hasutan
syaitan yang cara penyusupan
penyerangannya lewat hawa nafsu. Begitu
hati sudah terkena pengaruh hawa nafsu
pecahlah hati ini. Dan hati-hatilah dalam
menjaganya.
4. Kurangilah usaha-usaha duniawimu dan
buanglah jauh-jauh dibelakangmu, karena
dunia ini bukanlah alam yang akan kamu
tempati selamanya.
Dunia yang kita tempati ini tidaklah
selamanya kita tempati dan setelah selesai
hidup kitapun pindah di alam lain, maka
kumpulkan amal kebajikan untuk modal
menuai di akhirat nanti. Jangan buang-
buang tempo, tanamlah amalmu untuk
menggapai kebahagiaan di alam akhirat,
apabila tidak ditanami amal kebajikan apa
yang diambil disana kita akan rugi di dunia
dan di akhirat. Waktu kita di dunia hanya
sebentar, tidaklah lama sebagaimana
keterangan surat An Naziyat ayat 46 :
“Pada hari mereka melihat hari kebangkitan
itu, mereka merasa seakan-akan tidak
tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja)
diwaktu sore atau di pagi hari”.
5. Kamu diciptakan adalah untuk mencari
tabungan pahala-pahala akhirat nanti.
Semua makhluk yang bernama manusia
beramar ma’ruf nahi munkar. Mengerjakan
amal yang baik untuk bekal di akhirat serta
mencegah hal yang munkar untuk diri
sendiri dan dilanjutkan kepada orang lain
yang menjalani hal yang munkar yang
dilarang.


0 komentar:

Posting Komentar