Pengikut

Jumat, 28 Desember 2012

Belajar Haruslah Mempunyai Guru

Oleh : Hidup Itu Butuh ILMU

Habib Munzir Al Musawa berkata:
“Orang yang berguru tidak
kepada guru tapi kepada buku
saja maka ia tidak akan menemui
kesalahannya karena buku tidak
bisa menegur tapi kalau guru bisa
menegur jika ia salah atau jika ia
tak faham ia bisa bertanya, tapi
kalau buku jika ia tak faham ia
hanya terikat dengan pemahaman
dirinya (dengan akal pikirannya
sendiri), maka oleh sebab itu jadi
tidak boleh baca dari buku,
tentunya boleh baca buku apa
saja boleh, namun kita harus
mempunyai satu guru yang kita
bisa tanya jika kita mendapatkan
masalah”


Rabu, 26 Desember 2012

Jauhilah Perayaan Malam Tahun Baru,

Al Habib Munzir bin Fuad Al Musawa beliau berkata :
"Saudara-saudaraku jauhilah perayaan malam tahun baru, malam 1 Januari adalah malam paling banyak maksiat ummat Muhammad SAW di muka bumi dalam setahun
penuh, malam itu boleh kita namakan : “Malam kegelapan dosa dimuka bumi”.

Dimana panggung-panggung kemaksiatan ditegakkan, lalu ribuan manusia berjingkrak ria dan mabuk-mabukan berjoget diatas Bumi Allah disaksikan oleh seluruh bintang dilangit,
disaksikan oleh jutaan sel tubuhnya yang ikut terlibat dalam gelimang dosa, dan disaksikan
oleh Maha Raja Yang Maha Melihat, Yang Maha Menghamparkan Bumi untuk bersujud kepada Nya, merayakan hari ummat yang telah
memfitnah Nya mempunyai putra, barangkali arwah ayah ibu meraka menangis menjerit jerit karena disiksa di alam kubur sebab perbuatan mereka, sedang anak-anaknya berjingkrak joget diatas bumi Allah SWT dalam kemaksiatan.

Saudara-saudarku bangkitlah… saudara- saudaraku hindarkanlah dirimu, anak-anakmu, keluargamu, tetanggamu, teman-temanmu,
dari merayakan malam itu, hindarkan
terompet-terompet tahun baru dari anak- anakmu, terompet itu ditiup oleh bibir-bibir muslimin, sebagai tanda kemenangan bagi
kaum kuffar, menandakan anak-anak muslimin telah dibawah injakan kaki orang kuffar karena mereka turut memeriahkan perayaan orang-
orang yang bukan agamanya, betapa gelapnya pemahaman ayah ibunya, mereka mengeluarkan uangnya demi agar anaknya turut dalam kelompok kuffar, mereka membayar demi tarbiyah (didikan) kekufuran
untuk anaknya….

ASTAGFIRULLAHAL ADHIIM…
ASTAGFIRULLAHAL ADHIIM…"


Kamis, 13 Desember 2012

Silaturrahim Ulama Nusantara

"Silaturrahim Ulama Nusantara"
Akan digelar di Pesantren Tahfizh Qur'an"Al-
Falah II" di Nagreg Cicalengka Bandung pada
14-15 Desember 2012. Acara akan dibuka oleh
Menteri Agama RI pada hari Jum'at pukul
13:30 WIB ba'da shalat Jum'at. Peserta acara
akan dihadiri oleh para pengasuh atau wakil
pesantren se-Indonesia, kalangan ilmuwan,
wartawan, Badan Intellijen Negara dan pihak-
pihak yang terkait. Acara terbuka untuk umum.
Selain itu, dimohon kehadirannya para tokoh
Wahabi Salafi agar berpartisipasi dalam acara
tersebut dan jangan hanya berkoar-koar di
belakang layar saja ! Trimakasih!
*JADWAL ACARA:
===========
HARI JUM'AT, 14 DESEMBER 2012
--------------- --------------- ------------
Pembukaan dan Silaturrahim Nasional
13:30 WIB s/d selesai
HARI SABTU, 15 DESEMBER 2012
--------------- --------------- ------------
07.00-08.00 Makan Pagi
Muhasabah
08.00-10.00 "Temuan Kitab-Kitab yg
Mengalami Perubahan (Tahrif) dan
Konsekuensinya. " Oleh :
1. KH.Thobary Syadzily,
2. Syeikh Idahram,
3. KH. Muhyiddin Abdul Fattah
10.00-12.00 "Radikalisme dan Terorisme
Menurut NU." Oleh :
1. KH. Hasyim Muzadi,
2. DR. Masdar Farid Fuadi,
3. Drs. H. Syaefuddin (Direktur PK Pontren),
4. Ansyad Mbay
12.00-13.00 ISHOMA
13.00-15.00 "Kiprah Aswaja dan Pemerintah
dalam Mempertahankan Pancasila dan NKRI"
Oleh :
1. Prof. DR. Mahfudz M.D.,
2. Prof. DR. Mansyur Ramly,
3. Prof. DR. H. Noer Syam (Dirjen Pendis
Islam),
4. H. Dahlan Iskan (Menteri BUMN),
5. KH. Musthofa Bisri
15.00-16.30 "Salaf, Salafi dan Salafiyah
Menurut NU" Oleh :
1. Prof. DR. Muhammad Bahrun,
2. Noorhadi, S.Ag, MA, M.Phil, Ph.D.
3. Ahmad Baso,
4. DR. H. As'ad Sa'id Ali
16.30-18.00 Perumusan Hasil Diskusi dan
Rekomendasi oleh Panitia
19.30-Selesai PENUTUPAN ACARA HALAQAH
NASIONAL


Kamis, 06 Desember 2012

JUM'AT PENUH BERKAH

JUM'AT PENUH BERKAH

Oleh KH. Abdullah Gymnastiar
:
“Hari paling baik dimana matahari terbit pada
hari itu adalah hari jumat, pada hari itu Adam
diciptakan, dan pada hari itu pula Adam
dimasukkan ke dalam surga, serta diturunkan
dari surga, pada hari itu juga kiamat akan
terjadi, pada hari tersebut terdapat suatu
waktu dimana tidaklah seorang mukmin shalat
menghadap Allah mengharapkan kebaikan
kecuali Allah akan mengabulkan
permintaannya.” (HR. Hurairah dan Muslim)
"Sesungguhnya pada hari Jum'at terdapat
waktu mustajab bila seorang hamba muslim
melaksanakan shalat dan memohon sesuatu
kepada Allah pada waktu itu, niscaya Allah
akan mengabulkannya. Rasululllah
mengisyaratkan dengan tangannya
menggambarkan sedikitnya waktu itu (H.
Muttafaqun Alaih)
"Sedekah pada hari Jum'at dibandingkan
dengan sedekah pada enam hari lainnya
laksana sedekah pada bulan Ramadhan
dibanding bulan-bulan lainnya". Hadits dari
Ka'ab menjelaskan: "Dan sedekah pada hari
itu lebih mulia dibanding hari-hari selainnya".
(Mauquf Shahih)
"Siapa yang mandi pada hari Jum'at, bersuci
sesuai kemampuan, merapikan rambutnya,
mengoleskan parfum, lalu berangkat ke masjid,
dan masuk masjid tanpa melangkahi diantara
dua orang untuk dilewatinya, kemudian shalat
sesuai tuntunan dan diam tatkala imam
berkhutbah, niscaya diampuni dosa-dosanya di
antara dua Jum'at". (HR. Bukhari).
"Siapa yang mandi pada hari Jum'at,
kemudian bersegera berangkat menuju masjid,
dan menempati shaf terdepan kemudian dia
diam, maka setiap langkah yang dia ayunkan
mendapat pahala puasa dan shalat selama
satu tahun, dan itu adalah hal yang mudah
bagi Allah". (HR. Ahmad dan Ashabus Sunan,
dinyatakan shahih oleh Ibnu Huzaimah)
“Perbanyaklah shalawat kepadaku setiap hari
jum’at karena shalawatnya umatku akan
dipersembahkan untukku pada hari jum’at,
maka barangsiapa yang paling banyak
bershalawat kepadaku, dia akan paling dekat
derajatnya denganku.” (HR. Baihaqi dengan
sanad shahih)
ﺁﻟﻠّﻬُﻢَ ﺻَﻞّ ﯛﺳَﻠّﻢْ ﻋَﻠﮱِ ﺳَﻴّﺪﻧَﺂ ﻣُﺤَﻤّﺪْ ﻭَ ﻋَﻠﮱِ ﺁﻝِ ﺳَﻴّﺪﻧَﺂﻣُﺤَﻤَّﺪ


Sabtu, 24 November 2012

Tanya Jawab Seputar Aswaja ( ahlussunnah waljamaah )

Diasuh Oleh Prof. Dr. Tgk. H. Muslim Ibrahim,MA.

Pertanyaan:
Bapak Pengasuh yth
Assalamualaikum wr wb.
Bersama ini saya ingin sedikit mengetahui tentang ulama yang selalu disebut-sebut sebagai pembela Ahlussunnah Wal Jamaah.

Soalnya, hampir setiap kali orang menyebut Ahlussunnah Wal Jamaah selalu menyebut- nyebut Imam Al-Asy’ary dan Imam Al- Maturidy. Siapa beliau ini? Dan siapa
sebenarnya yang merumuskan Ahlussunnah
Wal Jamaah itu? Atas perhatian dan
jawabannya, saya ucapkan banyak terima kasih.
Hasan Matsar
Jawaban:

Yth. Saudara Hasan,
Waalaikumussalam wr wb.
Sesungguhnya, nama Ahlussunnah Wal
Jamaah itu telah diperkenalkan secara umum
oleh Rasulullah sesuai kandungan Alquran,
namun nama Ahlussunnah Wal Jamaah pada
waktu itu belumlah populer sekali. Dalam
perkembangan selanjutnya, Islam berkembang
luas dan akidah Islamiyah mulai dipersoalkan,
terutama oleh para ahli logika yang baru
masuk Islam, atau ahli-ahli Manthiq yang
masih amat kental dengan kemusyrikannya.
Pada fase seperti itu, muncullah pakar pakar
Islam yang menyusun sistimatika dan rumusan
Ahlussunnah Wal Jamaah yang dapat
menjawab dan mematahkan hujjah penghujat
itu. Di antara mereka yang paling terkenal
ialah Imam Asy’ary dan Imam Maturidy.
Karena itu ketika ada orang yang menyebutkan
Ahlussunnah Wal Jamaah, yang dimaksud
adalah golongan yang mengikuti rumusan
kedua imam tersebut. Sebagaimana yang
dikemukakan Al-Haitami dalam Tathhirul
Janan, hal. 7: Jika Ahlussunnah Wal Jamaah
disebutkan, maka yang dimasud adalah orang-
orang yang mengikuti rumusan yang digagas
oleh Imam Asy’ari dan Imam Maturidi.
Hal yang sama dikemukakan oleh Thasi Kubri
Zadah yang dikutip oleh Fathullahi Kulaif:
Ketahuilah dua orang pelopor Ahlussunnah Wal
Jamaah, yang satu Hanafi, yaitu Abu Mansur
Al-Maturidi dan yang satu lagi bermazhab
Syafie, yaitu Abu Hasan Al-Asy’arie (lihat:
Kitab Tauhid, hal. 7)
Nama lengkap Iman Al-Asy’ari adalah Abu
Hasan ‘Ali bin Isma’il al-Asy’ari. Lahir di
Bashrah pada 260 H/874 M dan wafat pada
324 H/936 M. Beliau adalah satu keturunan
sahabat Nabi saw yang bernama Abu Musa al-
Asy’ari. Setelah ayahnya meninggal, ibu beliau
menikah lagi dengan seorang tokoh Muktazilah
yang bernama al-Jubba’i. Imam Asy’ari
sangat tekun mempelajari aliran Muktazilah
dan sangat memahami tentang aliran ini. Tidak
jarang ia menggantikan ayah tirinya untuk
menyampaikan ajaran Muktazilah.
Dengan kemahiran dan posisinya sebagai anak
tiri dari seorang tokoh utama Muktazilah,
banyak orang memperkirakan bahwa suatu
saat Imam Asy’ari akan menggantikan
kedudukan ayah tirinya sebagai seorang tokoh
Muktazilah. Namun harapan itu tidak sesuai
dengan kenyataannya. Fakta berbicara lain.
Setelah Imam Asy’ari mendalami ajaran
Muktazilah, terungkaplah bahwa ada banyak
celah dan kelemahan yang terdapat dalam
aliran tersebut. Sesudah mengetahui beberapa
kelemahan ini, beliau menyendiri dan ber-
tafakkur (merenung dan berfikir) selama 15
hari. Ia meminta kepada Allah swt agar
mendapat petunjuk tentang langkah terbaik
yang akan dilaluinya. Akhirnya, ia kembali
pada ajaran Islam yang murni, yakni ajaran
yang telah digariskan Rasulullah dan para
sahabat serta dilanjutkan oleh salafus salih.
Imam Asy’ari beranggapan apabila tetap
mengamalkan ajaran Muktazilah yang sangat
mengandalkan akal pikiranya, berarti telah
melakukan dosa sosial yang besar, karena
mengajak orang lain untuk berbuat
kemunafikan. Akhirnya beliau mengambil
keputusan untuk meninggalkan ajaran
Muktazilah. Imam Asy’ari kemudian
memproklamirkan diri dan mengajak manusia
untuk kembali Ahlussunnah Wal Jamaah,
seperti yang telah diajarkan para salaf salih
(cf. Abu Al-Hasan al-Nadwi, dalam
Muqaddimah Al-Ibanah, 30-31.)
Setelah peristiwa ini, banyak kalangan yang
mengagumi keberanian Imam Asy’ari, sehingga
beliau dijuluki sebagai penyelamat akidah
umat Islam.
Beliau diposisikan sebagai pelopor kembali
kepada Ahlussunnah Wal Jamaah, karena
setelah masa Sahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in,
Fuqaha dan Imam Mazhab Empat, muncul
kelompok yang akan merusak kemurnian
agama lslam, seperti para filosof yang
terpengaruh betul dengan filsafat syirik Yunani
dan Rumawi kuni, terutama setelah masa
penerjemahan buku tersebut ke dalam bahasa
Arab. Beliau dan kawan-kawannya muncul
meluruskan kembali sesuai dengan sunnah
Rasulullah dan sahabat-sahabatnya. Asy’ari
menulis banyak kitab, di antaranya al-Ibanah
‘an Ushulid-Diyinah, Maqalat al-lslamiyuin
dan lain sebagainya.
Metode beliau dalam perumusan Ahlussunnah
Wal Jamaah didukung oleh berbagai kalangan,
para Muhadditsin (ahli hadis), Fuqaha’ (ahIi
fiqh) serta para ulama dari berbagai disiplin
ilmu. Sebagai contoh kita sebutkan Imam An-
Nawawy (w.677 H) penyusun kitab Riyadhush
Shalihin; Syeikh Ibnul Hajar Al-Asqalany
(w.852 H) penulis Fathul Bari, Bulughul
Maram, dll; Imam Al-Qurthuby, pengarang
Tafsir Qurthubi; Syeikh Ibnul Hajar Al-Haitamy
(w.974 H) muallif kitab Az-Zawajir; Imam
Zakariya Al-Anshary, pengarang kitab Fathul
Wahhab; dan masih amat banyak lagi.
Tidak sedikit pula dari Ahli Tashawwuf yang
berorientasi kepada Asy’ary, seperti Abdul
Karim Al-Hawazin (w.465 H) penulis kitab Ar-
Risalah Al-Qusyairyah; Imam Al-Ghazaly
(w.505 H). Untuk mengetahui lebih jauh dapat
dirujuk dalam Tabyiinul Kizbil Muftara, hal.
291.
Tokoh Ahlussunnah Wal Jamaah yang kedua
adalah Imam al-Maturidi. Nama beliau adalah
Muhammad bin Muhammad bin Mahmud
Almaturidi. Beliau lahir di Maturid, dan
meninggal di Samarkand pada 333 H/944 M.
Nama Maturidi sebenarnya dinisbahkan
kepada daerah kelahirannya.
Seperti yang telah dijelaskan bahwa beliau
mengikuti cara Abu Hanifah dalam fiqh, maka
kebanyakan ajaran yang beliau usung masih
merupakan bagian dari Mazhab Abu Hanifah,
terutama dalam bidang akidah. Karena itu
banyak pakar yang menyimpulkan bahwa
dasar pijak Maturidi dalam akidah adalah
pemikiran Abu Hanifah yang sebenarnya tidak
berbeda dengan imam Syafi’ie, Maliki dan
Hanbali, karena keempat mazhab fiqih tersebut
adalah Ahlussunnah Wal Jamaah dalam
akidahnya (Tarikh al-Madzahib al-Islimiyyah,
Juz I, hal 173)
Murid murid beliau yang terkenal ada 4 orang,
yaitu Abu al-Qasim Ishaq bin Mubammad
terkenal sebagai hakim Samarkand (w.340 H);
Imam Abu Hasan ‘Ali bin Sa’id al-Ras
Taghfani; Imam Abu Muhammad Abdul Karim
bin Musa al-Bazdawi (w.390 H). Dan, yang
terakhir adalah Imam Abu al-Laits al-Bukhari.
Satu-satunya tulisan Imam Maturidi yang
sampai kepada kita adalah kitab al-Tauhid
yang ditahqiq oleh Dr Fathullah Khulayf (cf.
At-Tauhid, hal.2).


Jumat, 23 November 2012

Puasa Muharram

Oleh ; KH. Abdullah Gymnastiar

=== AYO TAHAJJUD LALU SAHUR UNTUK
SHAUM MUHARRAM ===
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
ﺃَﻓْﻀَﻞُ ﺍﻟﺼِّﻴَﺎﻡِ ﺑَﻌْﺪَ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ ﺷَﻬْﺮُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟْﻤُﺤَﺮَّﻡُ ﻭَﺃَﻓْﻀَﻞُ
ﺍﻟﺼَّﻼَﺓِ ﺑَﻌْﺪَ ﺍﻟْﻔَﺮِﻳﻀَﺔِ ﺻَﻼَﺓُ ﺍﻟﻠَّﻴْﻞِ
“Puasa yang paling utama setelah (puasa)
Ramadhan adalah (puasa) di bulan Allah
(bulan) Muharram, dan shalat yang paling
utama setelah shalat wajib (lima waktu)
adalah shalat malam.“[HR Muslim (no. 1163)].
ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
ditanya tentang keutamaannya beliau
bersabda,
ﻳُﻜَﻔِّﺮُ ﺍﻟﺴَّﻨَﺔَ ﺍﻟْﻤَﺎﺿِﻴَﺔَ
“Puasa ini menggugurkan (dosa-dosa) di
tahun yang lalu“
[HR Muslim (no. 1162)]
Dan sebaiknya 9 dan 10 muharram, Beliau
bersabda,
ﻓَﺈِﺫَﺍ ﻛَﺎﻥَ ﺍﻟْﻌَﺎﻡُ ﺍﻟْﻤُﻘْﺒِﻞُ – ﺇِﻥْ ﺷَﺎﺀَ ﺍﻟﻠَّﻪُ – ﺻُﻤْﻨَﺎ ﺍﻟْﻴَﻮْﻡَ
ﺍﻟﺘَّﺎﺳِﻊَ
“Kalau aku masih hidup tahun depan,
maka sungguh aku akan berpuasa pada
tanggal 9 Muharram (bersama 10 Muharram).”
[HR Muslim (no. 1134)]
Mari jangan tertinggal dengan amalan-
AMALAN utama yang disukai-Nya


Kamis, 15 November 2012

Mari Bersholawat !

Oleh
:Pembela Sayyidina Muhammad di http://blog.its.ac.id/syafii

Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas ra. bahwasanya Rasulullah bersabda
Perbanyaklah membaca shalawat kepada Nabimu pada malam al gharra dan hari al
azhar yaitu pada malam jumat dan hari jumat
ditambahkan dalam sebagian riwayat dari Umar bin Khattab "Sesungguhnya shalawat
yang kalian ucapkan pada saat itu (malam jumat dan hari jumat) akan ditunjukkan
padaku, maka aku berdoa dan memohonkan
ampun bagi kalian"
di kutip dari syarah ratib al haddad penjelasan
dzikir ke 5
Rasulullah bersabda
"Sesungguhnya Allah telah menciptakan
malaikat dengan memiliki sebuah sayap di
dunia timur dan sebuah sayap lagi di dunia
barat, kepalanya di bawah Arasy dan kedua
kakinya di bawah bumi yang ke tujuh.
juga mempunyai bulu sebanyak bilangan
makhluk Allah.
Lalu apabila ada seorang laki-laki atau
perempuan dari umatku mengucapkan
shalawat kepadaku, maka Allah
memerintahkan kepada malaikat itu untuk menyelam ke dalam laut
dari cahaya di bawah Arasy.
Dari dalam laut, kemudian ia keluar dan mengibaskan sayapnya. Maka meneteslan
percikan air dari setiap bulunya dan Allah
menjadikan dari setiap percikan air itu
ampunan bagi dirinya (orang yang membaca
shalawat) sampai hari kiamat."


Rabu, 14 November 2012

DO'A AWAL & AKHIR TAHUN HIJRIYAH oleh

DO'A AWAL & AKHIR TAHUN HIJRIYAH

oleh
Thobary Syadzily
DO'A AWAL TAHUN HIJRIYAH
================== Artinya: ===== Segala
pujian bagi Allah Tuhan semesta alam.
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan
kepada junjungan Rasul dan kepada keluarga
dan para sahabatnya. Ya Allah, Engkaulah
Dzat Yang Maha Kekal, Qadim lagi azali dan
di atas kelebihan Engkau Yang Besar dan
kemurahan-Mu yang melimpah dan ini adalah
tahun baru yang sesungguhnya telah
mendatangi kami, kami memohon
pemeliharaan kepada Engkau daripada syaitan
yang diranjam, pembantu-pembantunya dan
tentara-tentaranya dan kami memohon
pertolongan dari nafsu yang banyak
mendorong kepada kejahatan dan kami
memohon kepada-Mu untuk melakukan
sembarang pekerjaan yang boleh mendekatkan
diri kami kepada-Mu. Ya Allah, Tuhan yang
merubah segala keadaan, ubahlah keadaan
kami kepada sebaik-baik keadaan dengan
kekuasaan dan kurnian-Mu wahai Tuhan Yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Semoga
Allah S.W.T memberikan limpahan rahmat dan
sejahtera kepada junjungan kami Nabi
Muhammad, ahli keluarga dan sahabat-
sahabat sekalian — with M Hasyim Asy'ari.
DO'A AKHIR TAHUN HIJRIYAH
=================== Artinya: ===== Segala
pujian bagi Allah Tuhan semesta alam.
Shalawat dan salam semoga disampaikan
kepada junjungan Rasul dan kepada keluarga
dan para sahabatnya. Ya Allah, apa yang telah
kami lakukan sepanjang tahun ini dari apa
yang Engkau larang kami daripadanya, maka
tidak sempat kami bertaubat darinya dan
Engkau tidak meridhainya dan tidak Engkau
melupakannya dan Engkau berlemah lembut
kepada kami walaupun Engkau memberi
peluang supaya kami bertaubat setelah kami
melakukan maksiat kepada Engkau, maka
sesungguhnya kami memohon ampunan
Engkau, maka ampunilah kami. Apa yang kami
lakukan padanya dari apa yang Engkau
meridhainya dan Engkau telah menjanjikan
kami ganjaran pahala atasnya, maka kami
memohon akan Dikau wahai Tuhan Yang Maha
Mulia yang mempunyai kebesaran dan
kemuliaan semoga Engkau menerima kami dan
janganlah Engkau memutuskan harapan kami
dari kurnia Engkau wahai Tuhan Yang Mulia.
Semoga Allah S.W.T melimpahkan rahmat dan
sejahtera kepada junjungan kami Nabi
Muhammad, ahli keluarga dan sahabat-
sahabat sekalian. Segala pujian bagi Allah,
Tuhan sekalian alam.



Sabtu, 03 November 2012

Cara Habib Syech Membela Nabi Muhammad (saw)

Cara Habib Syech Membela Nabi Muhammad
(saw)
Ada yang luput dari perhatian media massa
soal pembelaan terhadap Nabi Muhammad
(saw). Yang umum adalah demo, barisan
manusia yang bergerak, mengacungkan
pamflet dan teriakan yang hingar-bingar.
Mungkin ini yang menjadi selera media
sehingga dianggap sebagai laporan utamanya.
Sementara di seberang sana, lautan manusia
yang konsisten (istiqamah) memuji dan
bershalawat kepada Nabi Muhammad (saw)
justeru luput dari mata media. Pun mereka
bershalawat memang tidak untuk "nampang".
Bahkan liputan dianggap mengganggu
keikhlasan bershalawat. Cara ini yang
ditempuh Habib Syech Abdul Qadir Assegaf—
yang biasa disebut Habib Syech dari Surakarta,
Jawa Tengah.
Majelis Shalawat Habib Syech adalah
fenomena saat ini. Kalau dalam istilah dan
pujian orang-orang tua, beliau dianugrahi
"suara Nabi Dawud". Konon kalau Nabi Dawud
mendaras pujian pada Tuhan, semilir angin
berhenti, ranting bergeming, burung-burung
menyimak tak berkicau. Suara Habib Syech
menyihir pendengarnya, mengikuti bacaan
shalawat yang dilantunkan yang semuanya
sudah dihafal. Jemaah dan santri Habib Syech
membentuk Syecher Mania Club (SMC),
jejaring fans club anak-anak muda yang
maniak shalawat.
Suara Habib Syech empuk dan merdu, dengan
ciri khas cengkok yang aduhai membuat
pendengarnya menggigil bak tersengat demam
rindu yang membara. Bacaan shalawatnya
yang paling terkenal Salamu-l Mubin kini
menjadi penghantar orang shalat selepas
adzan. Terdengar di langgar dan masjid yang
umumnya selepas adzan Maghrib.
Shalawat dibaca bukan hanya karena dianggap
kewajiban agama dalam bacaan shalat, juga
berguna untuk menawar penyakit hati,
meneguhkan iman dan menguatkan
keramahan. Shalawat identik dengan damai
dan perdamaian. Di Mesir saya sering melihat
kalau ada dua orang bertikai di jalanan, akibat
benturan tidak sengaja, orang yang berpapasan
akan menghampiri mereka yang bertikai itu
dan berseru shalluu ala-n Nabi
(bershalawatlah pada Nabi). Shalawat adalah
penawar kemarahan dan kebencian. Yang
bertengkar pun buru-buru mengucapkan
shalawat, mulai sadar diri, dan mereka
berdamai yang tak jarang diakhiri dengan
pelukan.
Bacaan shalawat memang mengandung
keintiman dan kemesraan dengan Nabi. Para
penganggit shalawat dan pembacanya
memandang Nabi Muhammad sebagai kekasih
dan pujaan yang membuat mabuk dan tergila-
gila. Majelis Habib Syech pun bernama Ahbab
al-Musthafa yang artinya “Para Pencinta Nabi
Muhammad (saw)”.
Perhatikan juga terjemahaan dari shalawat
Sholatun Bi Salam Mubin yang kini terkenal,
Doa dan salam yang terang / untukmu Rinduku
titik (dari semua) penetapan / Nabi adalah
asal-muasal dari penciptaan / Dari zaman
“Kun Fayakun”Wahai Rinduku / Wahai kau
yang datang sebagai pengingat kebenaran /
Penolong dan petunjuk jalan kebenaran/ Wahai
utusan Allah yang wajahnya memancar
cahaya / Wahai yang datang dengan
kebenaran yang terang/ Shalawat tiada henti
tercurah kepadamu/bagaikan wewangian
semerbak yang terhadiahkan untukmu.
Habib Syech melantukan pelbagai shalawat
yang rata-rata sudah dihafal oleh masyarakat
pencinta shawalat. Misalnya Shalawat Badar
yang terkenal di kalangan NU yang disusun
Kiai Ali Manshur dari Banyuwangi. Kutipan
dari Qasidah Burdah yang dianyam al-Bushiri
sebagai hadiah kepada Rasulullah (saw)
karena ia sembuh dari sakitnya setelah
didatangi oleh Nabi Muhammad. Ya Rabbi bil
Mushthafa balliqh maqâshidana/wa-ghfir lana
ma madla ya wasi’a-l karami Tuhanku dengan
(perantara) ia yang Terpilih (Nabi Muhammad
saw) sempurnakan tujuan-tujuan kami/ampuni
dosa-dosa kami yang lalu, wahai Kau yang
Maha Mulia.
Shalawat-shalawat lain yang dibaca dipetik
dari al-Barzanji, al-Dibâ’î, dan lain-lainnya.
Termasuk kidung-kidung berbahasa Jawa yang
berisi ajakan menyambut panggilan moral
agama yang luhur, mengabdi pada Allah dan
Rasul-nya dan berbuat baik terhadap sesama.
Dalam kidung ini juga mengandung sindiran-
sindiran halus bagi mereka yang lupa diri.
Bacaan yang juga masyhur dari Habib Syech
adalah “Syi’ir Tanpo Waton” yang dikenal
“Shalawat Gus Dur”. Ternyata syiir ini
karangan Gus Nidzom as-Shofa dari Krian,
Sidoarjo. Gus Nidzom memiliki suara yang
mirip dengan suara Gus Dur, berat dan serak.
Akeh kang apal Qur’an Haditse, seneng
ngafirke marang liyane, kafire dewe dak
digatekke, yen isih kotor ati akale—Banyak
yang hapal Qur’an dan Haditsnya, senang
mengkafirkan orang lain, tapi kafirnya sendiri
tak dihiraukan, jika masih kotor hati dan
akalnya.
Siapa pun yang hadir dalam majelis Habib
Syech akan merasakan limpahan energi yang
positif. Mendengarkan lantunan shawalat-
shawalat yang dibawakannya menyegarkan
rasa dan fikiran. Suara merdu Habib Syech
melekat dalam ingatan yang membedakannya
dari tokoh agama yang posternya hanya
menancap di baleho-baleho pinggir jalan.
Bagai deru ombak dan angin di lautan yang
luas, alunan shalawat tak menghiraukan dan
mampu meredam kesumbangan suara
terhadap Rasulullah. Hinaan itu seperti
teriakan orang yang mencoba cari perhatian di
pantai, tak terdengar sama sekali.
Nabi Muhammad (saw) yang dipercaya
sebagai Rasul Allah oleh lebih 1.6 milyar
orang di dunia, yang mayoritas membaca
syahadat kerasulan Muhammad dan shalawat
padanya lima waktu sehari semestinya mampu
meredam dan tak hirau dengan cemoohan
yang datang dari satu, dua orang pelaku yang
bodoh.
Gerakan shalawat yang dibawakan oleh Habib
Syech dan majelis-majelis shalawat lainnya
adalah lautan yang menunjukkan keagungan,
kemuliaan, dan cinta pada Nabi Muhammad
yang tak bisa mudah berubah, meskipun ada
orang yang mencoba-coba misalnya meludah
ke dalam lautan. Cahaya ajaran Rasulullah
(saw) pun tak kan bisa dihalang-halangi,
karena kekuatan cahaya itu, seperti dalam
kutipan al-Barzanji—kau matahari, kau bulan
purnama, kau cahaya di atas cahaya.
Mohamad Guntur Romli
Sumber: GATRA edisi 51, 25-31 Oktober 2012


Cintailah Para Ulama

Cintai para Habaib, jangan sekali-kali
menjelek-jelekan Habaib, karena didalam
darahnya masih mengalir darah Sayyidina
Muhammad Saw, lalu cintai para Ulama yang
mengajarkan kita untuk mencintai Allah dan
Rasul-Nya serta orang-orang sholeh .

Bantulah dakwah mereka dengan apa? Dengan
kau hadir ke majelis-majelisnya (itu yang
paling membuat mereka tersenyum-senyum
'dalam hati mereka, Umat telah mencintai
Pewaris para Nabi') , cium tangan mereka agar
mengalir keberkahan dalam hidupmu 'karena
ulama telah mencium tangan gurunya, gurunya
lagi, dan gurunya pernah mencium tangan
Sayyidina Muhammad'.

Maulid boleh, tahlil boleh, bid'ah hasanah
semua boleh.

YANG TIDAK BOLEH NGIKUTIN YAHUDI,
NGIKUTIN TANDUK SYAITHON.

  "ASWAJA" tidak pernah mengkafirkan, atau
berfatwa yang tidak-tidak BILA BELUM
SAMPAI KEDUDUKAN ahli agama, ahli hadits,
dan menycakup semua itu.











Selasa, 30 Oktober 2012

Makam Nabi Muhammad akan digusur?

Makam Nabi Muhammad akan digusur?

Selasa, 30 Oktober 2012 19:02

Sumber : BISNIS ACEH

JAKARTA - Sebagai bagian dari proyek
perluasan masjid Nabawi di Kota Madinah,
banyak pihak mengkhawatirkan pemerintah
Arab Saudi bakal menghancurkan makam
Nabi Muhammad. Pusara Rasulullah itu
terletak di dalam masjid paling suci kedua
setelah Masjid Al-Haram di Kota Makkah.
Dr Irfan al-Alawi dari Yayasan Riset Wawasan
Islam menuding diamnya kaum muslim atas
rencana itu sebagai bencana sekaligus sikap
berpura-pura. "Film tentang Nabi Muhammad
baru-baru ini mengakibatkan protes (kaum
muslim) di seantero jagat, namun
penghancuran tempat kelahiran nabi, tempat
dia salat, dan menegakkan Islam malah
dibiarkan tanpa kecaman," katanya, seperti
dilansir surat kabar the Independent, Selasa
(30/10).
Dia mengakui perluasan Masjid Nabawi
memang diperlukan, tapi rencana pemerintah
Negeri Dua Kota Suci itu sungguh
mencemaskan. Menurut Alawi, perluasan itu
sebagian besar dilakukan di sebelah barat
masjid, di mana di situ terdapat makam Nabi
Muhammad bersama Abu Bakar dan Umar bin
Khattab. Karena itu, dia takut tiga makam ini
juga bakal lenyap.
Dalam dua dekade terakhir, the Gulf Institute
yang berpusat di Ibu Kota Washington D.C.,
Amerika Serikat, mencatat Riyadh telah
melumatkan 95 persen dari seluruh bangunan
berusia lebih dari seribu tahun di Makkah dan
Madinah. Perluasan Masjid Al-Haram juga
mengundang protes dan kecaman pelbagai
pihak. Di sekitar Kabah kini bermunculan
pelbagai pusat belanja, hotel, dan gedung
jangkung.
Di sana kini terdapat komplkes Jabal Umar,
terdiri dari apartemen, hotel, dan menara jam
tertinggi sejagat. Buat mewujudkan proyek ini,
Saudi membuldoser benteng Ajyad dibangun
di masa kekhalifahan Usmaniyah. Rumah nabi
juga berubah menjadi perpustakaan dan
kediaman istri pertamanya, Khadijah,
sekarang menjadi toilet.
Saudi beralasan perluasan itu buat
menampung jamaah umrah dan haji kian
membludak. Pada 2025, diperkirakan bakal
tumplek 17 juta jamaah haji. Termasuk
perluasan Masjid Nabawi - bakal dimulai
bulan depan - nantinya bisa menampung
sekitar 1,6 juta jemaah.
Hingga berita ini dilansir, Riyadh belum bisa
dimintai komentar soal rencana penghancuran
makam Nabi itu.
Lima tahun lalu, beredar selebaran dari
Kementerian Urusan Islam Saudi atas
rekomendasi Mufti Agung Saudi Abdul Aziz al-
Syekh. Isinya mendesak penghancuran
makam Nabi Muhammad, Abu Bakar, dan
Umar. Seruan ini disokong para ulama
Wahabi, sekte terbesar di Saudi, termasuk
Syekh Ibnu al-Uthaymin.

Sumber lain : Merdeka



Kamis, 25 Oktober 2012

Qurban dan Krisis Kepempimpinan

Oleh Adhe HM Musa Said*

Idul Adha kembali hadir. Hari raya yang mengandung hikmah pengorbanan itu tak
jemu menghampiri kita. Di sisi lain, kita seolah bebal dan tak mampu menangkap spirit berkorban. Padahal sejatinya idul adha adalah momentum yang tepat mengikis krisis kepemimpinan dengan menumbuhkan semangat berkurban.

Qurban dalam istilah fikih adalah udhiyyah
yang artinya hewan yang disembelih waktu
dhuha, waktu saat matahari naik. Secara
terminologi fikih, udhiyyah adalah hewan
sembelihan yang terdiri onta, sapi, kambing
pada hari raya Idul Adha dan hari-hari tasriq
untuk mendekatkan diri kepada Allah. Artinya
qurban merupakan wujud kesediaan seorang
hamba untuk mengqurbankan yang
dicintainya dalam rangka mendekatkan diri
kepada Allah. Islam mengakui konsep
persembahan kepada Allah berupa
penyembelihan hewan, namun diatur
sedemikian rupa sehingga sesuai dengan
nilai-nilai kemanusiaan dan bersih dari unsur
penyekutuan terhadap Allah.
Ada dua nilai penting dalam ibadah qurban
yang menjadi ciri utama, yaitu nilai historis
berupa mengabadikan kejadian penggantian
qurban Nabi Ibrahim dengan se-ekor domba
dan nilai kemanusiaan berupa pemberian
sedekah atau makan dan membantu fakir
miskin pada saat hari raya idul qurban.
Ibadah qurban merupakan sarana pembuktian
keimanan kita kepada Allah yang meliputi
keikhlasan. Ibadah qurban yang dilakukan
harus murni dilakukan hanya semata-mata
karena Allah dan dalam rangka menjalankan
perintah-Nya. Jadi, dalam pelaksanaan
ibadah qurban sangat dituntut adanya
keikhlasan yang tumbuh dari dalam hati.
Dari penyembelihan hewan qurban, kita
sebagai manusia belajar mengenai
pengorbanan, yang dalam konteks ini
direfleksikan dalam bentuk materi yaitu
hewan qurban. Ritual ibadah qurban telah
melatih kita untuk selalu siap berqurban,
karena ketaatan kepada perintah yang
diterima. Kata pengorbanan yang
dimunculkan mempunyai arti yang sangat
penting. Pengorbanan merupakan salah satu
bentuk sikap moral yang apabila
diejawantahkan dalam kehidupan sehari-hari,
akan menjadi ciri tersendiri. Kerelaan dan
kesediaan untuk berqurban, adalah terapi
ampuh untuk menata benang kusut persoalan
hidup, yang kian hari kian menumpulkan akal
sehat kita.
Para pemimpin yang rela berqurban dengan
meninggalkan hawa nafsu dan ego akan
melahirkan kebijakan-kebijakan yang bijak.
Bukan yang mendzalimi dan mengorbankan
rakyatnya apalagi menyalahgunakan
jabatanya dengan melakukan korupsi. Pada
tataran dasar kehidupan, setiap individu
adalah pemimpin termasuk bagi dirinya
sendiri. Ada konsekuensi yang melekat
dengan sendirinya, yakni setiap perbuatan
dan tindakan memiliki resiko yang harus
dipertanggungjawabkan. Namun, konteks
tanggung jawab di sini bukanlah semata-
mata bermakna hanya melaksanakan tugas,
lalu setelah itu selesai dan tidak menyisakan
dampak ( atsar ) bagi yang dipimpin. Makna
hakikinya adalah lebih kepada upaya untuk
mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh
lapisan rakyat.
Pemimpin memang mendapatkan otoritas
kewenangan, tetapi pada saat yang sama
menjadi pelayan bagi orang yang
dipimpinnya. Pemimpin suatu kaum adalah
pelayan mereka, oleh sebab itulah setiap
pemimpin harus memiliki visi dan misi
melayani (service centric) terhadap orang-
orang yang dipimpinnya.
Jika kita melihat potret kepemimpinan di
tanah air saat ini, hanya segelintir pemimpin
yang mau melayani dan berqurban bagi
rakyat yang dipimpinnya. Tidak bisa
dipungkiri, sebagian besar pemimpin mulai
dari lingkungan tempat tinggal kita sampai
dengan nasional, lebih cenderung berbicara
atas nama rakyat atau kepentingan rakyat
padahal sebenarnya untuk kepentingan diri,
keluarga atau golongannya. Padahal, dalam
hadist Rasulullah yang diriwayatkan oleh HR
Thabrani menjelaskan bahwa khianat yang
paling besar adalah bila seorang penguasa
memperdagangkan rakyatnya. Tidaklah
mengherankan, jika kebijakan-kebijakan yang
digulirkan pun, sama sekali jauh dari upaya
memanusiakan rakyat yang dipimpinnya.
Karena, rakyat sudah diposisikan diametral
oleh pemimpin, sebagai pihak yang
dikhianati. Akibatnya, berbagai persoalan
multidimensi yang melanda rakyat kita,
seolah tiada henti meluluhlantakkan
kehidupan mereka.
Memaknai Semangat Ber-Qurban
Kepemimpinan adalah sesuatu yang muncul
dari dalam dan merupakan buah dari
keputusan seseorang untuk tampil selangkah
di depan, baik bagi dirinya sendiri, keluarga,
lingkungan maupun bangsa dan negara.
Kepemimpinan adalah tanggung jawab yang
dimulai dari dalam diri kita. Kepemimpinan
menuntut suatu transformasi dari dalam hati
dan perubahan karakter. Kepemimpinan
sejati dimulai dari dalam dan kemudian
bergerak ke luar untuk bertanggung jawab
kepada yang dipimpin. Disinilah pentingnya
karakter dan integritas seorang pemimpin
untuk menjadi pemimpin sejati dan diterima
oleh masyarakat atau komunitas yang
dipimpinnya. Belajar dari makna Hari Raya
Idul Adha, seyogyanyalah para pemimpin di
negeri ini, khususnya yang beragama Islam,
mau dan mampu bermetamorfosis dari
pemimpin yang mengorbankan rakyat,
menjadi pemimpin yang selalu mau
berkorban dan dan dikorbankan demi
kepentingan rakyat.
Selama ini kita memaknai kurban dalam Idul
Adha hanya sebatas ritual penyembelihan
hewan kurban. Sebagai pemimpin, kita dapat
meneladani lebih dalam makna kontekstual
qurban yakni kedekatan dan mendekatkan.
Qurban bisa bermakna sebagai upaya untuk
menyingkirkan segala sesuatu yang dapat
menghalangi kita untuk mendekatkan diri
pada Tuhan. Tabir yang bisa menghalangi
diri kita untuk mendekatkan diri kepada siapa
pun adalah berhala dalam berbagai
bentuknya, seperti ego, nafsu, cinta
kekuasaan, cinta harta benda, cinta
kemaksiatan, dan lain-lainnya secara
berlebihan.
Jikalau seorang pemimpin tidak ada
semangat berqurban dan mencintai, lebih-
lebih kepada rakyatnya sendiri, perlahan
namun pasti bangsa ini akan hancur lebur.
Harus diingat, kehancuran suatu bangsa itu
dimulai ketika para elite-nya berbuat fasik,
zalim, maksiat, dan tidak mengindahkan
hukum. Jiwa dari memimpin adalah
mencintai orang lain, dan mencintai berarti
konsekuensinya adalah harus siap berqurban.
Jadi, adalah syarat mutlak bagi seorang pemimpin untuk memiliki kesediaan
berkorban yang didorong rasa cinta terhadap sesamanya yang didasari cinta pada Tuhan.
Marilah kita semua sebagai pemimpin memulai dari diri sendiri, untuk menumbuhkembangkan semangat berkorban untuk sesama. Semangat ini akan melahirkan manusia-manusia dan pemimpin generasi seperti Nabi Ibrahim yang dengan tulus ikhlas mengqurbankan anak tercintanya Ismail. Bahwa kerelaan itu menyiratkan kesediaan dalam mengorbankan segala hal yang dimilikinya. Kita juga dapat berkaca pada para pemimpin di masa perjuangan dan revolusi dulu, yang keluar masuk penjara untuk menegakkan keadilan dan melawan penindasan. Semua pengorbanan itu dilakoni karena mereka sadar bahwa pemimpin adalah pelayan bagi rakyatnya. Rela
berkorban, dan bukannya mengorbankan para insan jelata tersebut. Mendekatkan diri kepada rakyat adalah kunci untuk dapat menjadi pemimpin yang ikhlas berkorban, kapan pun, buat siapa pun dan dengan cara
apa pun.

* Penulis adalah Ketua Presidium Koordinator Nasional Jaringan Alumni Muda JAM-PMII, - Wakil Sekretaris Jenderal Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor


Kamis, 04 Oktober 2012

Rezeki yang Utama

Bismillaah... ^_^
Rezeki yang utama adalah iman, Islam,
keselamatan, ketenangan dan kebahagiaan
dalam hidup, serta wafat dalam keadaan
husnul khotimah... ^_^
jangan pernah berfikir bahwa rezeki itu hanya
uang, karena mendapat uang belum tentu
dapat rezeki, dan tidak mendapat uang bukan
berarti tidak mendapat rezeki, misalnya
seorang yang dapat uang dari menipu, korupsi,
mencuri, maka sebenarnya dia mendapatkan
azab, yaitu azab rasa was-was, ketakutan,
kegalauan dalam hidup serta mendapat murka
dari Allah Ta'ala, dan seorang yang jujur tidak
mau menerima suap, tidak mau menipu, maka
sebenarnya dia mendapat rezeki utama, yaitu
rezeki tetap dalam keimanan, mendapat ridlo
Allah Ta'ala serta hidup dalam ketenangan dan
kebagiaan ^_^
Alhamdulillaah... ^_^

Oleh :Ust. Imam Nawawi


Rabu, 26 September 2012

Penyebab Munculnya Ekstremisme

Ulama yang sholeh keturunan cucu Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam, Abuya Prof. Dr.
Assayyid Muhammad Bin Assayyid Alwi Bin
Assayyid Abbas Bin Assayyid Abdul Aziz
Almaliki Alhasani Almakki Alasy’ari Assyadzili
pada Pertemuan Nasional dan Dialog
Pemikiran Kedua dengan judul pertemuan,
‘Esktrem dan Moderat: Sisi Pandang
Sistematis dan Universal” di Makkah al
Mukarromah , pada tanggal 5 s/d 9
Dzulqo’dah 1424 H mengatakan bahwa
pembagian tauhid menjadi tiga adalah
penyebab munculnya ekstremisme atau
radikalisme berikut kutipannya
***** awal kutipan *****
Tiga Pembagian Tauhid sebagai faktor
dominan di antara faktor terpenting dan
dominan yang menjadi sebab munculnya
ekstremisme adalah apa yang kita saksikan
bersama pada metode pembelajaran tauhid
dalam kurikulum sekolah. Dalam materi
tersebut terdapat pembagian tauhid menjadi
tiga bagian:
1) Tauhid Rububiyyah,
2) Tauhid Uluhiyyah,
3) Tauhid Asma’ was Shifaat.
(Padahal pembagian seperti ini), tidak pernah
dikenal oleh generasi salaf dari masa Sahabat,
Tabi’in maupun Tabi’it Taabi’in. Bahkan,
pembagian dengan format seperti ini tidak
terdapat dalam al Qur’an atau Sunnah
Nabawiyyah.
Jadi, pembagian (taqsiim) tersebut tak lebih
merupakan ijtihad yang dipaksakan dalam
masalah ushuluddin serta tak ubahnya seperti
tongkat yang berfungsi membuat perpecahan
di antara umat Islam dengan konsekuensi
hukumnya yang memunculkan sebuah konklusi
bahwa kebanyakan umat Islam (as-sawadul
a’zham) telah kafir, menyekutukan Allah, dan
lepas dari tali tauhid.
***** akhir kutipan *****
Apa yang menjadi landasan kurikulum sekolah
di wilayah kerajaan dinasti Saudi adalah
mengikuti pola pemahaman ulama Muhammad
bin Abdul Wahhab yang dapat diketahui dari
tulisan beliau, Qawaidul Arba’ yang
disyarahkan oleh ulama Sholih Fauzan Al-
Fauzan pada http://mutiarazuhud.fil
es.wordpress.com/2012/03/pemahaman-
tauhid-maw.pdf
Dalam tulisan tersebut terlihat jelas
dipengaruhi oleh pembagian tauhid menjadi
tiga bagian. Sehingga Ulama Muhammad bin
Abdul Wahhab berprasangka buruk bahwa
kaum muslim pada umumnya hanya bertauhid
Rububiyyah dan belum sepenuhnya bertauhid
Uluhiyyah.
Pada halaman 23 terjemahan Syarah Qawaidul
Arba’ tertulis, “Ketahuilah bahwa orang-orang
kafir yang diperangi oleh Rasulullah -
shallallahu‟alaihi wa sallam- –mereka itu
mengakui tauhid rububiyyah, sementara
pengakuan mereka terhadap tauhid rububiyyah
tidak dapat memasukkan mereka ke dalam
Islam, sehingga tidak haram harta-harta serta
darah mereka”
Pada orang-orang seperti Dzul Khuwaishirah
dari Bani Tamim an Najdi yang
pemahamannya telah keluar (kharaja) dari
pemahaman mayoritas kaum muslim (as-
sawad al a’zham) atau yang disebut dengan
khawarij (khawarij adalah bentuk jamak
(plural) dari kharij (bentuk isim fail) artinya
yang keluar) mempergunakan ayat-ayat yang
diturunkan bagi orang-orang kafir lantas
mereka terapkan untuk menyerang kaum
muslim
Abdullah bin Umar ra dalam mensifati
kelompok khawarij mengatakan: “Mereka
menggunakan ayat-ayat yang diturunkan bagi
orang-orang kafir lantas mereka terapkan
untuk menyerang orang-orang beriman”.[Lihat:
kitab Sohih Bukhari jilid:4 halaman:197].
Begitupuula sebagai pembenaran
pemahamannya, ulama Muhammad bin Abdul
Wahhab menerapkan ayat-ayat yang
diturunkan bagi orang-orang kafir digunakan
unutk menyerang kaum muslim seperti pada
halaman 36 s/d 38 terjemahan Syarah
Qawaidul Arba’ tertulis,

Oleh Zon Jonggol


Senin, 10 September 2012

PENGERTIAN TENTANG ULAMA

PENGERTIAN TENTANG ULAMA
***********************
Secara bahasa, ‘ulama’ berasal dari kata kerja
dasar ‘alima (telah mengetahui); berubah
menjadi kata benda pelaku ‘alimun (orang yang
mengetahui – mufrad/singular) dan ‘ulama
(jamak taksir/irregular plural). Berdasarkan
istilah, pengertian ulama dapat dirujuk pada al-
Quran dan hadis.
Yang sangat masyhur dalam hal ini adalah :
‘innama yakhsya Allahu min ‘ibadihi al ulama’
artinya : sesungguhnya yang paling taqwa
kepada Allah diantara hambaNya adalah ulama
(Fathir 28).
‘Al ulama-u waratsatu al anbiya’ artinya : ulama
adalah pewaris para nabi – hadits.
Secara hakikat, taqwa tidak mudah dipakai untuk
kategorisasi, sebab yang mengetahui tingkat
ketaqwaan seseorang hanyalah Allah.
Penyebutan taqwa di sini hanya untuk memberi
batasan bahwa ulama haruslah beriman kepada
Allah dan secara dhahir menunjukkan tanda-
tanda ketaqwaan. Jadi Islamolog yang tidak
beriman kepada Allah tidak masuk dalam
kategori ulama.
Untuk batasan kedua, ulama adalah mereka
yang mewarisi nabi. Al Maghfurllah Kiyai Ahmad
Siddiq, Situbondo, menyatakan bahwa yang
diwarisi ulama dari nabi adalah ilmu dan
amaliyahnya yang tertera dalam al-Quran dan
hadis.
Dengan batasan ini, ahli-ahli ilmu lain yang tidak
berhubungan dengan al-Quran dan hadis tidak
masuk dalam kategori ulama. Kyai Ahmad
mengistilahkan kelompok ahli itu sebagai
zuama.
Kata al-’ulama’ dan al-’alimun sekalipun berasal
dari akar kata yang sama tapi keduanya memiliki
perbedaan makna yang sangat signifikan.
Perbedaan makna ini dapat ditengarai dalam Al-
Qur’an ketika kata al-’ulama’ disebutkan hanya 2
(dua) kali dan kata al-’alimun sebanyak 5 (lima)
kali, dan kata al-’alim sebanyak 13 (tiga belas)
kali. (lihat al-Baqi, al-Mu’jam, hlm. 603-604).
Penggunaan kata al-’ulama’ dalam Al-Qur’an
selalu saja diawali dengan ajakan untuk
merenung secara mendalam akan esensi dan
eksistensi Tuhan serta ayat-ayat-Nya baik yang
tertulis maupun yang tidak tertulis. Ajakan
perenungan terhadap ayat-ayat Tuhan ini adalah
untuk mencari sebab akibat terhadap hal-hal
yang akan terjadi sehingga dapat melahirkan
teori-teori baru. Kata al-’alimun diiringi dengan
usainya suatu peristiwa dan Al-Qur’an menyuruh
mereka untuk merenungi kejadian ini sebagai
bahan evaluasi agar kejadian tersebut tidak
terulang lagi.
Contoh pada tataran ini adalah ketika Al-Qur’an
mengajak al-’alimun untuk memikirkan
peristiwa-peristiwa yang dialami oleh umat
terdahulu disebabkan dosa yang mereka lakukan
(lihat Q.S. Al-’Ankabut ayat 40-43). Penyebutan
kata al-’alim dalam bentuk tunggal semuanya
mengacu hanya kepada Allah dan tidak kepada
selain-Nya. Penggunaan kata ini diiringi dengan
penciptaan bumi dan langit serta hal-hal yang
ghaib dan yang nyata. Hal ini mengindikasikan
bahwa munculnya pengetahuan manusia
berbarengan dengan munculnya ciptaan-ciptaan
Tuhan.
Kyai Muchith Muzadi,- salah seorang ulama dari
NU- membuat kategorisasi ulama atas dasar
ilmu, secara garis besar sebagai berikut:
1. Ulama Ahli Quran ialah ulama yang
menguasai ilmu qiraat, asbabunnuzul, nasih
mansuh dsb. Ulama tafsir adalah bagian dari ini
yang memiliki kemampuan menjelaskan
‘maksud’ Qur’an.
2. Ulama Ahli Hadits yaitu ulama yang
menguasai ilmu hadits, mengenal dan hafal
banyak hadist, mengetahui bobot kesahihannya,
asbabul wurudnya (situasi datangnya hadits)
dsb.
3. Ulama Ahli Ushuluddin ialah ulama yang ahli
dalam aqidah Islam secara luas dan mendalam,
baik dari segi filsafat, logika, dalil aqli dan dalil
naqlinya.
4. Ulama Ahli Tasawuf adalah ulama yang
menguasai pemahaman, penghayatan, dan
pengamalan akhlaq karimah, lahir dan bathin
serta metodologi pencapaiannya.
5. Ulama Ahli Fiqh adalah ulama yang
memahami hukum Islam, menguasai dalil-2nya,
metodologi penyimpulannya dari Qur’an dan
hadis, serta mengerti pendapat-2 para ahli
lainnya.
6. Ahli-ahli yang lain, i.e., ahli pada berbagai
bidang yang diperlukan sebagai sarana
pembantu untuk dapat memahami Qur’an dan
hadits, seperti ahli bahasa, ahli mantik, ahli
sejarah, dsb. Merujuk pada arti ulama-baik
secara bahasa dan istilah- dan kategorisasi
ulama menurut Kyai Muchit Muzadi, ternyata
selama ini yang dipahami masyarakat telah
mengalami ‘kecelakaan pemahaman’.
Menurut kebanyakan orang, yang dimaksudkan
sebagai ulama hanyalah orang-orang yang
mumpuni di bidang agama-dalam hal ini meliputi
tafsir, tasawuf, aqidah, muamalah, dan
sejenisnya bahkan ada yang menambahkan
ulama dalaha orang ahli agama yang memilki
pondok pesantren (sekaligus memiliki santri).
Sedangkan ahli bidang keilmuan yang lain,
misalnya: ahli bahasa, ahli sains, ahli teknik, ahli
ekonomi- yang nota bene juga merupakan
bidang ilmu yang dapat dijadikan sarana untuk
lebih memahami al-Qur’an dan hadits serta
mendekatkan diri kepada Allah ternyata tidak
pernah disebut sebagai ulama, melainkan sering
dinamakan dengan sebutan Guru/Dosen. Yang
lebih merepotkan, istilah “ulama” yang beredar
dalam masyarakat kita – seperti berbagai istilah
lain – mempunyai “kelamin ganda” dan berasal
tidak hanya dari satu sumber. Dalam bahasa
Indonesia, ulama berarti “orang yang ahli dalam
hal atau dalam pengetahuan Islam agama
Islam” (lihat Kamus Besar bahasa Indonesia,
halaman 985).
Sedangkan di Arab sendiri, ulama (bentuk jamak
dari alim) hanya mempunyai arti “orang yang
berilmu”. Dalam hali ini, menurut Imam
Suprayogo (2006)-dalam bukunya-Paradigma
Pengembangan Keilmuan Islam- menegaskan
bahwasannya selama ini, pembidangan ilmu
agama Islam (seputar tauhid, fiqh, akhlaq,
tasawuf, bahasa arab, dan sejenisnya) telah
berhasil melahirkan berbagai sebutan ulama,
seperti ulama fiqh, ulama tafsir, ulama hadits,
ulama tasawuf, ulama akhlaq, dan lainnya.
Tetapi, tidak pernah dijumpai ulama yang
menyandang ilmu selain tersebut.
Misalnya ulama matematika, ulama teknik,
ulama ekonomi dan sebagainya. Mereka yang
ahli di bidang tersebut hanya cukup disebut
sebagai sarjana matematika, sarjana teknik,
sarjana ekonomi, dan seterusnya. Para ahli di
bidang ini dipandang tidak memiliki otoritas
dalam ilmu keislaman sekalipun mereka
beragama Islam dan juga mengembangkan ilmu
yang bersumber dari ajaran Islam. Selama ini,
definisi ulama yang dikonstruk masyarakat
adalah orang yang mengkaji fiqh, tasawuf,
akhlaq, tafsir, hadits, dan sebagainya. Berangkat
dari hal ini, menurut Suprayogo seharusnya
ulama tidak sebatas dilekatkan pada diri
seseorang yang memahami tentang fiqh, tauhid,
tasawuf, dan akhlaq saja melainkan orang yang
mengetahui dan memahami tentang segala hal
yang terkait dengan objek yang dikaji.
Jika demikian penggunaan arti ulama, maka
ulma bisa dilekatkan pada berbagai orang yang
mendalami ilmu tentang apa saja, termasuk
misalnya kedokteran, ekonomi, sains, teknik, dan
bahkan juga seni dan budaya. Selanjutnya tidak
diperlukan lagi pembedaan istilah intelek dan
ulama, karena pada hakekatnya ulama yang
intelek dan intelek yang ulama tidak memilki
perbedaan. Penggunaan konstruk yang berbeda
terhadap fenomena yang sama tetapi berbeda
objeknya saja ternyata terjadi dalam banyak hal.
Misalnya menggunakan istilah madrasah
yangberbeda dengan sekolah, guru dengan
ustadz, kitab dengan buku, asrama mahasiswa
dengan pondok pesantren, perpisahan dengan
akhirussanah, dan lain sebagainya. Di sini,
penggunaan konstruk yang bernuansa ke Arab-
araban dipandang sebagai bernuansa spiritual
transcendental yang dirasakan terdapat nuansa
agama Islam. Untuk memahami lebih dalam
bagaimana masyarakat membedakan antara
konstruk yang bernuansa agama dengan yang
bukan agama, dapat mengikuti pembedaan yang
sama antara guru dengan ustadz.
Disebut guru jika seseorang mengajar
matematika, biologi, teknik, ekonomi, bahasa
Inggris dan seterusnya. Lain halnya jika
seseorang mengajar ilmu fiqh, tafsir, tasawuf,
bahasa Arab dan lainnya maka akan disebut
dengan ustadz. Pembedaan seperti ini
menjadikan Islam terkesan eklusif (tertutup) dan
bukan inklusif (terbuka), seolah-olah Islam hadir
ke bumi ini hanya mengurus hal-hal yang
berkenaan dengan ke-akhirat-an saja. Padahal
kalau kita mau mencermati secara seksama
dalam al-Qurâan dan al-Hadits justru lebih
banyak berbicara tentang keselamatan hidup di
sini dan sekarang, karena memang yang di sini
dan sekarang akan berdampak pada kehidupan
di akhirat yang nanti dan di sana.




Sabtu, 01 September 2012

Jenis - Jenis Perbuatan Manusia


Firman Allah ta’ala yang artinya
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan agar mereka beribadah kepada-
Ku” (QS Adz Dzaariyaat 51 : 56)
“Beribadahlah kepada Tuhanmu sampai kematian
menjemputmu” (QS al Hijr [15] : 99)
Sebagai hamba Allah maka seluruh sikap dan
perbuatan kita adalah untuk beribadah kepada
Allah Azza wa Jalla.
Perbuatan manusia ada dua jenis yakni
1. Perbuatan yang tekait dengan dosa untuk
menghindari neraka dengan berbagai tingkatan.
2. Perbuatan yang terkait dengan ridho Allah
ta'ala untuk meraih cintaNya sehingga masuk
surga dengan berbagai tingkatan.
Perbuatan yang terkait dosa ada dua jenis yakni
1. Jika ditinggalkan berdosa yakni perkara
kewajiban
2. Jika dilanggar / dikerjakan berdosa yakni apa
yang telah diharamkanNya dan apa yang telah
dilarangNya.
Perbuatan yang terkait dosa disebut juga
perbuatan yang telah diwajibkanNya yakni wajib
dijalankan (perkara kewajiban) dan wajib dijauhi
(perkara larangan dan perkara yang
diharamkanNya).
Muslim yang menjalankan perbuatan yang telah
diwajibkanNya disebut dengan orang beriman
atau mukmin / mukminin
Perbuatan yang terkait dengan ridho Allah ta'ala
ada dua jenis yakni
1. Apa yang telah disyariatkanNya atau apa yang
telah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam
2. Di luar dari apa yang telah disyariatkanNya
atau di luar dari apa yang telah dicontohkan oleh
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam selama
tidak melanggar satupun laranganNya atau
selama tidak bertentangan dengan Al Qur'an dan
As Sunnah
Perbuatan yang terkait dengan ridho Allah
disebut juga dengan amal kebaikan.
Muslim yang telah menjalankan perbuatan yang
telah diwajibkanNya dan menjalakan amal
kebaikan disebut dengan muslim yang sholeh
(sholihin) atau muslim yang ihsan (muhsin/
muhsinin)
Dalam sebuah hadit qudsi, Rasulullah bersabda
“Allah berfirman, hamba-Ku tidak bisa
mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu
yang lebih Aku cintai daripada yang telah Aku
wajibkan (perkara syariat), jika hamba-Ku terus
menerus mendekatkan diri kepadaKu dengan
amal kebaikan maka Aku mencintai dia . (HR
Bukhari 6021)
Dari Jabir ra berkata: Aku mendengar Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak
seorang pun dari kalian yang dimasukkan surga
oleh amalnya dan tidak juga diselamatkan dari
neraka karenanya, tidak juga aku kecuali karena
rahmat dari Allah.” (HR Muslim 5042)
Janji Allah ta’ala bagi mereka yang beriman
(mukmin) dan mengerjakan amal sholeh (amal
kebaikan), masuk surga tanpa hisab
“….Dan barangsiapa mengerjakan amal yang
saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang
ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan
masuk surga, mereka diberi rezki di dalamnya
tanpa hisab. (QS Al Mu’min [40]:40 )
“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal
saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia
orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke
dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau
sedikitpun”. (QS An Nisaa’ [4]:124 ).
Oleh karenanya ada sebuah kisah seorang wanita
pelacur (tidak menjalankan apa yang
diwajibkanNya yakni wajib dijauhi , larangan
berzina) namun dia masuk surga setelah
melakukan sebuah amal kebaikan memberi
minum seekor anjing setelah dia bertaubat
Telah bercerita kepada kami Al Hasan bin ash-
Shobbah telah bercerita kepada kami Ishaq Al
Azraq telah bercerita kepada kami 'Auf dari Al
Hasan dan Ibnu Sirin dari Abu Hurairah
radliallahu 'anhu dari Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: Ada seorang wanita
pezina yang diampuni dosanya disebabkan
(memberi minum seekor anjing). Ketika dia
berjalan ada seekor anjing dekat sebuah sumur
yang sedang menjulurkan lidahnya dalam
kondisi hampir mati kehausan. Wanita itu segera
melepas sepatunya lalu diikatnya dengan
kerudungnya kemudian dia mengambil air dari
sumur itu. Karena perbuatannya itulah maka dia
diampuni dosanya (HR Bukhari 3074)
Sebaliknya seorang wanita masuk neraka karena
tidak menjalankan apa yang diwajibkanNya yakni
wajib dijauhi yakni tidak memberikan hewan
peliharaannya makanan
Telah menceritakan kepada kami Isma'il berkata,
telah menceritakan kepadaku Malik dari Nafi' dari
'Abdullah bin 'Umar radliallahu 'anhuma bahwa
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
Ada seorang wanita disiksa disebabkan
mengurung seekor kucing hingga mati kelaparan
lalu wanita itupun masuk neraka. Nafi' berkata;
Beliau berkata: Sungguh Allah Maha Mengetahui
bahwa kamu tidak memberinya makan dan
minum ketika engkau mengurungnya dan tidak
membiarkannya berkeliaran sehingga dia dapat
memakan serangga tanah (HR Bukhari 2192)

Oleh : Zon Jonggol


Kamis, 30 Agustus 2012

Biographi Singkat Imam Nawawi

Biografi Imam Nawawi

Imam nawawi lahir di desa Nawa di daerah khauran sebelah selatan kota Damsyik pada bulan Muharram 131 H. Beliau hidup di kelurga yang sangat menghargai ilmu dien. Allah memberikan kepada beliau kecintaan kepada ilmu dan hafalan Al quran. Dengan dukungan ayah beliau , imam nawawi memperoleh kemulian besar dalam kehidupan ilmiah.

Tsaqofah Imam Nawawi pindah ke Damsyik, tinggal di madrasah untuk menuntut ilmu. Beliau sangat tekun menuntut ilmu, hafal 'at tanbih' dalam waktu 4,5 bulan, di bulan sisanya di tahun itu beliau menghafal rab'ul muhadzdzab. Beliau belajar ilmu terus menerus hingga menjadi ulama besar dalam fiqh madzhab syafi'i, dalam bidang hadits dan bahasa.

Akhlaq Imam Nawawi dikenal sebagai seorang alim rabbani, zuhud dalam dunia, wara' dan beliau hampir tidak pernah berpaling dari ketaatan, kuat dalam amar ma'ruf nahi munkar, menasehati penguasa, tidak takut celaan orang karena Allah Ta'ala.

Kedudukan beliau Imam memiliki kedudukan yang tinggi yang dikenal oleh ulama di jamannya. Berkaitan dengan ini syaikh ibn farh menyatakan bahwa imam nawawi memiliki tiga derajat yang satu derajatnya saja sangat berat dicapai oleh orang lain, yaitu ilmu, zuhud dan amar ma'ruf nahi mungkar.
Wafat beliau Nawawi meninggal pada tanggal 14 rajab 176 H di Nawa. Umur Imam Nawawi memang tidak panjang, tidak lebih dari 45 tahun, meskipun demikian usia yang tidak panjang itu penuh barakah. Umur yang tidak panjang itu, beliau habiskan untuk ibadah, ketaatan, mengajar dan menulis.
Karya Imam Nawawi Beliau mewariskan peninggallan yang berharga dalam beragam ilmu-ilmu agama, yang dapat dibaca oleh para penelaah, dan pembaca. Disaat beliau diberi kekuatan pemahaman dalam memahami nash, ilmu fiqh, ushul fiqh, mustholah, bahasa dan bidang ilmu yang lain. Diantara karangan beliau adalah
1.Minhaj fi syarah shahih Muslim
2.taahdzibul asma' waal lughoh
3.Minhajuj tholibin
4.ad daqoiq
5.Tashhihul tanbih fi fiqhil asy syafi'iyah
6.Taqrib wa tahsin fi mushtolah al hadits
7.Riyadhus shalihin min kalamisayidil mursalin
Dan tulisan-tulisan lain yang masih banyak.


Menjadi seorang Muallaf Setelah Merampok toko Muslim

Merasa iba mendengar kata-kata si perampok,
Sohail membuka dompetnya lalu mengulurkan
uang tunai sebanyak $ 40 dan sebungkus roti.
Pada tengah malam itu, di sebuah sudut kota
di Amerika, Muhammad Sohail, 47 tahun,
tengah bersiap untuk menutup tokonya.
Namun tiba-tiba, ada seorang laki-laki
bertopeng datang menghampirinya dengan
membawa tongkat pemukul baseball dan
meminta Sohail untuk menyerahkan sejumlah
uang.
Tidak mau tunduk kepada penjahat tersebut,
Sohail langsung meraih senapan yang
diletakkan di bawah laci kasir tokonya.
Merasa kalah dalam hal senjata, laki-laki
bertopeng tersebut langsung kehilangan nyali.
Maka seketika itu juga dia menjatuhkan
tongkat pemukulnya ke tanah dan berlutut
memohon ampun sambil menangis.
Perampok tersebut mengatakan bahwa dia
terpaksa merampok untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya, yang tengah
kelaparan. “Tolong jangan panggil polisi....
Saya tidak punya uang, saya tidak punya
makanan di rumah saya,” tutur Sohail
menirukan kata-kata perampok tersebut.
Merasa iba mendengar kata-kata si perampok,
Sohail membuka dompetnya lalu mengulurkan
uang tunai sebanyak $ 40 dan sebungkus
roti. Namun ia mengatakan, “Pulanglah,
kembalilah kepada keluargamu. Dan kamu
harus berhenti merampok.”
Perampok itu tertegun, dan secara tidak
terduga ia mengatakan kepada Sohail bahwa
dia ingin menjadi seorang muslim seperti
Sohail.
“Apakah kamu sungguh-sungguh dengan
ucapanmu itu?”
Sang perampok menjawab, “Ya. Saya ingin
menjadi muslim sepertimu....”
Maka Sohail pun kemudian menuntun
perampok tersebut untuk mengucapkan dua
kalimah syahadat.
Beberapa bulan kemudian, mantan perampok
itu mengirim surat kepada Sohail dan di dalam
surat tersebut berisi uang 40 dolar.
Dalam surat itu ia menulis, “You have changed
my life (Kamu telah mengubah hidupku).” Dan
di akhir surat, sang mantan perampok itu
menulis identitasnya, “your muslim brother
(saudaramu seiman)”.
Subhanallah…
AP, ES (sumber: Debatislam.com )


Selasa, 28 Agustus 2012

Tirakat Imam Ghazali

Setelah melalui perenungan mendalam, pada 488 H/1095 M ia meninggalkan Baghdad, dengan segala kemewahan dan ketermasyhurannya, menuju Damaskus, Syria, untuk menemukan ketenangan dan
kesejatian hidup.
Imam Ghazali, atau lengkapnya Syaikh
Abu Hamid Muhammad ibnu Muhammad
ibnu Ahmad Ath-Thusi Al-Ghazali, adalah
ulama besar penyusun kitab tasawuf Ihya Ulumuddin , yang sangat terkenal.
Al-Ghazali, anak pemintal wol dari Desa Ghazalah, sejak kanak-kanak memang
sudah rajin mempelajari ilmu agama.
Sejak belia ia sudah mengembara
mendulang ilmu kepada para ulama
besar, seperti Syaikh Ahmad ibnu
Muhammad Al-Razhani Al-Thusi, Abu
Nash Ismail Al-Jurjani, Syaikh Yusuf Al- Nassaj, Imam Al-Haramain (Imam
Masjidil Haram dan Masjid Nabawi) Abu
Ma’al Al-Juwaini, serta belajar tasawuf
kepada Syaikh Abu Ali Al-Fadhl ibnu
Muhammad ibnu Ali Farmadi.
Puncak pencapaian keilmuannya ialah
ketika ia diangkat menjadi rektor
Madrasah Tinggi Nizhamiyah, perguruan
paling bergengsi kala itu. Namun,
kemapanan hidup dan ketenaran tersebut
justru mulai menorehkan kegelisahan
jiwanya. Kesenangan hidup yang
melimpah malah membuatnya sakit.
Selama hampir enam bulan ia
terombang-ambing antara upaya
mempertahankan keduniawian dan
meraih kebahagiaan akhirat. Guncangan
jiwa itu terjadi ketika hatinya bertanya-
tanya, “Apakah sebenarnya pengetahuan
hakiki itu? Dapatkah pengetahuan hakiki
diraih melalui indra, ataukah dengan
akal?” Guncangan-guncangan ruhaniah
itu sempat membuatnya linglung. Tapi semua itu akhirnya terjawab dalam kitab Al-Munqidz Minadh Dhalal (Penyelamat
dari Kesesatan).

Dalam beberapa riwayat diceritakan,
untuk mengendapkan gejolak hatinya,
Ghazali menghentikan seluruh
aktivitasnya, baik perenungan maupun
ibadah, selama 40 hari, sampai akhirnya
cahaya Ilahi menerangi jiwa, qalbu, dan
raganya sehingga ia mampu keluar dari
keraguan.
Tasawuf, itulah jalan baru yang
dianggapnya tepat, yang kemudian
ditempuhnya untuk menjawab pertanyaan
demi pertanyaan yang mengusik
qalbunya.
Setelah melalui perenungan mendalam,
pada 488 H/1095 M ia meninggalkan
Baghdad, dengan segala kemewahan dan
ketermasyhurannya, menuju Damaskus,
Syria, untuk menemukan ketenangan dan
kesejatian hidup. Di bekas ibu kota
Dinasti Umayyah ini, ia hidup bersama
para sufi di Masjid Umawi. Ia menjalani
kehidupan zuhud, penuh riyadhah dan
mujahadah, dengan disiplin keras.
Pernah ia melakukan i’tikaf di menara
masjid selama beberapa bulan dengan
hanya makan sangat terbatas.
Tak lama kemudian ia hijrah ke Palestina.
Rupanya ia sengaja hendak berkhalwat di
Qubbatush Shakhrah di Baitul Maqdis,
sebuah gua tempat Nabi Dawud dan Nabi
Sulaiman pernah berkhalwat. Di sana pula
Rasulullah SAW berangkat mi’raj. Di
kubah berwarna kuning itu, setiap hari
Ghazali bermunajat kepada Allah SWT.
Semua pintu kubah ia kunci sehingga tak
ada yang mengganggunya. Kemudian ia berziarah ke makam Nab Ibrahim AS di Al-Khalil. Setelah merasa cukup, ia menuju Hijaz untuk beribadah haji dan menziarahi makam Rasulullah SAW.

Lalu ia bertolak ke Iskandariah, Mesir.
Baru beberapa hari tinggal di kota
pelabuhan ini, ia diminta kembali
memimpin perguruan Nizhamiyah. Maka
kembalilah ia ke Baghdad. Namun, saat
itu ia telah menjadi sufi, yang tentu tak
mungkin kerasan tinggal di ibu kota
Dinasti Abbasiyah, yang gemerlapan.
Maka tak lama kemudian ia pindah ke
Thus dan mendirikan Madrasah
Khanaqah sebagai lembaga untuk
memperdalam tasawuf. Di kota inilah,
pada 505 H/1111 M, ia menghadap Sang
Pencipta, dalam usia 55 tahun.
Perjumpaan Ruhani
Mengenai riyadhah bathinnya, ia
mengatakan, “Setelah semua kegelisahan
itu, perhatianku kupusatkan di jalan sufi.
Ternyata jalan ini tidak akan dapat
ditempuh kecuali dengan ilmu dan amal.
Langkahnya harus ditempuh melalui
tanjakan-tanjakan bathin dan penyucian
diri untuk mengkondisikan kesiapan
bathin, kemudian mengisinya dengan
dzikir kepada Allah SWT.”
Katanya lagi, “Bagiku, ilmu lebih mudah
daripada amal. Maka aku pun segera
memulai perjalanan spiritualku dengan
mempelajari ilmu para sufi terdahulu,
membaca karya-karya mereka. Antara lain
Qutb al-Qulub , karya Abu Thalib Al-
Makki, dan karya-karya Haris Al-
Muhasibi. Juga ujaran-ujaran Junaid Al-
Bagdadi, Asy-Syibli, Abu Yazid Al-
Busthami, dan lain-lain.”
Dari beberapa ungkapannya, terutama
ketika ia mengatakan “Penjelasan lebih
jauh kudengar sendiri dari lisan Al-Makki,
Al-Muhasibi, Al-Junaid, As-Syibli, dan
lain-lain”, sepertinya ia mengalami
perjumpaan dengan para pendahulunya
itu secara ruhani.
Mengenai praktek tasawuf, ia
menyatakan, ada hal-hal khusus yang
hanya dapat dicapai dengan dzauq
(perasaan) dan pengalaman bathin.
“Sangat jauh jika engkau bermaksud
memaknai sehat atau kenyang tanpa
mengalami sendiri rasa sehat atau
kenyang. Mengalami mabuk lebih jelas
daripada hanya mendengar keterangan
tentang arti mabuk. Maka, mengetahui
arti dan syarat-syarat zuhud tidak sama
dengan bersifat zuhud.”
Menurut Ghazali, kehidupan seorang
muslim tidak dapat dicapai dengan
sempurna kecuali mengikuti jalan Allah
secara bertahap. Tahapan-tahapan itu,
antara lain, taubat, sabar, fakir, zuhud,
tawakal, cinta, ma’rifat, dan ridha. Karena
itu, seseorang yang mempelajari tasawuf
wajib mendidik jiwa dan akhlaqnya.
Sementara itu, hati adalah cermin yang sanggup menangkap ma’rifat. Dan kesanggupan itu terletak dalam qalbu yang suci dan jernih.


Senin, 27 Agustus 2012

Bahayanya Sifat kikir dan keutamaan shadaqah

Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa Siti Aisyah RA bercerita, pada suatu ketika datanglah seorang perempuan kepada
Rasulullah SAW sedangkan tangan kanan perempuan itu dalam keadaan melepuh.

Perempuan itu berkata: "Wahai Rasulullah, mohonkanlah doa kepada Allah agar tanganku ini bisa sembuh seperti sedia
kala". Rasulullah SAW bertanya: "Apa yang menyebabkan tanganmu melepuh seperti itu?".
Perempuan itu menjawab: "Wahai
Rasulullah, pada suatu malam aku
bermimpi seolah-olah kiamat telah terjadi dan neraka jahim telah dinyalakan. Dan di jurang neraka itu aku melihat ibuku memegang sepotong lemak di tangan
kanan dan sebuah kain kecil di tangan kiri.

Hanya kain kecil dan lemak itulah yang menjaga ibuku dari terjangan api neraka".
"Wahai Rasulullah, melihat keadaan ibuku aku menjadi iba kemudian aku bertanya kepadanya, "Wahai ibu, kenapa engkau di
sini? bukankah engkau seorang ahli ibadah dan selalu taat pada suami?". Ibuku menjawab, "Benar wahai anakku, aku dulu
memang ahli ibadah dan selalu taat pada suami.. tapi sebenarnyalah aku seorang
yang kikir waktu hidup di dunia. Dan
tempat ini adalah tempat golongan orang2
yang kikir." Kemudian aku bertanya, "Kalau
kain kecil dan lemak yang ada di tanganmu
itu apa ibu?" Ibuku menjawab, "Hanya
inilah temanku di sini anakku, lemak dan kain kecil inilah yang pernah aku
shadaqahkan selama hidupku di dunia.

Dan kedua benda ini yang melindungiku dari terjangan api neraka." Kemudian aku bertanya, "Ayah di mana ibu? mengapa dia tidak menolong ibu?" Ibuku menjawab,

"Ayahmu bersama dengan orang-orang yang dermawan, anakku.."
"Wahai Rasulullah, kemudian akupun
mendatangi ayahku yang pada saat itu sedang menuang air di telagamu.., dan aku berkata kepada ayahku, "Wahai ayahku, ibuku saat ini sedang menderita dan ayah tahu bahwa ibu rajin beribadah dan selalu taat pada ayah, berikanlah seteguk air dari telaga ini untuk ibu.." Ayahku menjawab,
"Wahai anakku, air telaga ini haram bagi orang2 yang kikir seperti ibumu.."
"Wahai Rasulullah, karna belas kasihanku kepada ibuku maka akupun nekat mengambilkan segelas air dari telagamu itu untuk kuberikan kepada ibuku. Akan tetapi pada saat kuberikan air itu kepada ibuku, tiba-tiba terdengarlah olehku suara tanpa rupa, "Semoga Allah melepuhkan tanganmu." Kemudian akupun terbangun dan aku melihat tangan kananku ini melepuh, wahai Rasulullah.."
Rasulullah bersabda, "Begitu bahayanyasifat kikir ibumu itu.." Kemudian Beliau pun berdoa kapada Allah, maka sembuhlah tangan perempuan itu.
Demikianlah kisah tentang bahayanya sifat kikir dan keutamaan shadaqah. Semoga kita dapat memetik manfaatnya.

(J.Mu'tashim Billah - Mustofa Hasyim)


Makna Silaturahim

Rasulullah SAW mengatakan
dalam HR Bukhari dan Muslim bahwa
“barang siapa yang ingin rizkinya
diluaskan dan dipanjangkan umurnya,
maka hendaklah menghubungkan tali
silaturahim.”

Istilah silaturahim di tengah-tengah
masyarakat kita sering diartikan sebagai kegiatan kunjung mengunjungi, saling
bertegur sapa, saling menolong, dan
saling berbuat kebaikan. Namun,
sesungguhnya bukan itu makna
silaturahim sesungguhnya. Silaturahim bukan hanya ditandai dengan saling
berbalasan salam tangan atau memohon maaf belaka. Bila mencermati dari asal katanya, yakni shilat atau washl, yang
berarti menyambungkan atau
menghimpun, dan ar-rahiim yang berarti kasih sayang, maka silaturahim diartikan
sebagai menghubungkan kasih sayang antar sesama. Silaturahim juga bermakna
menghubungkan mereka yang
sebelumnya terputus hubungan atau
interaksi, dan memberi kepada orang yang tidak memberi kepada kita.
Contohnya adalah ketika ada salah satu pihak yang lebih dulu menyapa
saudaranya, sementara sebelumnya
interaksi di antara keduanya sedang tidak harmonis, maka dialah yang mendapat pahala lebih besar. Dan juga silaturahim ditandai dengan hubungan dengan hati, yakni keluasan hati.

Sebagaimana yang disebutkan oleh
Rasulullah saw, bahwa beliau bersabda,

"Yang disebut bersilaturahim itu bukanlah seseorang yang membalas
kunjungan atau pemberian, melainkan
bersilaturahmi itu ialah menyambungkan apa yang telah putus," (HR Bukhari).

Demikian, silaturahmi pun memiliki
fadhilah yang mustajab untuk
mendatangkan kebaikan; bahkan
keburukan, bila memutuskannya.
Sebagaimana disabdakan oleh Rasul saw:

"Tahukah kalian tentang sesuatu yang
paling cepat mendatangkan kebaikan
ataupun keburukan? 'Sesuatu yang paling cepat mendatangkan kebaikan,'sabda Rasulullah SAW, 'adalah balasan (pahala)
orang yang berbuat kebaikan dan
menghubungkan tali silaturahmi,
sedangkan yang paling cepat
mendatangkan keburukan ialah balasan (siksaaan) bagi orang yang berbuat jahat dan yang memutuskan tali persaudaraan," (HR Ibnu Majah).
Rasulullah Saw juga pernah bersabda
bahwa “tidak akan masuk surga orang
yang memutuskan tali silaturahim.”
Sudah Ada balasan dari Allah bagi orang yang bersilaturahim yaitu surge, dan sebaliknya bagi orang yang memutuskan tali
silaturahim yaitu neraka. Begitu besarnya balasan Allah sehingga begitu besar juga
cobaan yang akan dihadapi. Dalam
cobaan tersebut, hendaknya tidak
mendahulukan hawa nafsu dan dendam,
sehingga akan hilang balasan surga dari Allah.
Rasulullah SAW memberikan tips kepada kita agar terjalin saling mencintai dengan
sesama muslim, yakni:

Tebarkan salam
Menghubungkan tali silaturahim
Memberi makan kepada yang
membutuhkan Betapa pentingnya silaturahim dalam hubungan sesame, Rasulullah saw
berpesan, “Sayangilah apa yang ada di muka bumi, niscaya Allah dan semesta alam akan menyayangimu,” (HR Tirmidzi),
yang dapat diartikan bahwa hak saling berkasih sayang dan silaturahim tidak
terbatas pada kerabat, tetapi sesama
makhluk ciptaan Allah SWT.
Oleh karena itu, menjadi sangat penting bagi kita untuk menyadari bahwa
silaturahmi tidak hanya tampilan lahiriah belaka, namun harus melibatkan pula
aspek hati. Dengan kombinasi amalan
lahiriah dan amalan hatinya, kita akan
mempunyai kekuatan untuk bisa berbuat
silaturahmi lebih baik. Kalau orang lain mengunjungi kita dan kita balas
mengunjunginya, ini tidak memerlukan
kekuatan mental yang kuat. Namun, bila ada orang yang tidak pernah
bersilaturahmi kepada kita, lalu dengan
sengaja kita mengunjunginya, maka inilah
yang disebut silaturahmi. Apalagi bila kita
bersilaturahmi kepada orang yang
membenci kita atau seseorang yang
sangat menghindari pertemuan dengan
kita, lalu kita mengupayakan diri untuk
bertemu dengannya. Inilah silaturahmi
yang sebenarnya.
Dalam sebuah hadis
diungkapkan, "Maukah kalian aku
tunjukkan amal yang lebih besar
pahalanya daripada shalat dan shaum?"
tanya Rasul pada para sahabat. "Tentu
saja," jawab mereka. Beliau kemudian
menjelaskan, "Engkau damaikan yang
bertengkar, menyambungkan
persaudaraan yang terputus,
mempertemukan kembali saudara-saudara
yang terpisah, menjembatani berbagai
kelompok dalam Islam, dan mengukuhkan
tali persaudaraan di antara mereka adalah
amal saleh yang besar pahalanya.
Barangsiapa yang ingin dipanjangkan
umurnya dan diluaskan rezekinya,
hendaklah ia menyambungkan tali
silaturahmi". (HR Bukhari Muslim).
Silaturahmi adalah kunci terbukanya
rahmat dan pertolongan Allah SWT.
Dengan terhubungnya silaturahim, maka
ukhuwah Islamiyah akan terjalin dengan
baik. Semoga kita bisa meraih surga Nya dengan membina silaturahim antar
sesama.


Jumat, 24 Agustus 2012

Tradisi Sowan dan Mencium tangan Kyai

Sowan adalah tradisi santri berkunjung kepada kyai dengan harapan mendapatkan petunjuk atas sebuah permasalahan yang
diajukannya, atau mengharapkan doa dari kyai atau sekedar bertatap muka
silaturrhim saja. Seperti yang dianjurkan oleh Rasulullah saw bahwa bersilaturhim dapat menjadikan umur dan rizqbi
bertambah panjang. Sowan dapat dilakukan oleh santri secara individu atau bersama- sama. Bisanya seorang kyai akan menerima
para tamu dengan lapang dada.

Bagi wali santri yang hendak menitipkan anaknya di pesantren, sowan kepada kyai
sangat penting. Karena dalam kesempatan
ini ia akan memasrahkan anaknya untuk
dididik di pesantren oleh sang kyai. Begitu
pula dengan calon santri, inilah kali
pertama ia melihat wajah kyainya yang akan menjadi panutan sepanjang hidupnya.
Sowan tidak hanya dilakukan oleh santri
yang masih belajar di pesantren. Banyak
santri yang telah hidup bermasyarakat dan
berkeluarga mengunjungi kyainya hanya
sekedar ingin bersalaman semata. Atau
sengaja datang membawa permasalahan
yang hendak ditanyakan kepada kyai
tentang berbagai masalah yang
dihadapinya.
Hal ini menjadikan bahwa hubungan kyai
santri tidak pernah mengenal kata putus.
Kyai tetap menjadi guru dan santri tetap
menjadi murid. Dalam dunia pesantren
istilah alumni hanya menunjuk pada
batasan waktu formal belaka, dimana
seorang santri pernah belajar di sebuah
pesantren tertentu. Tidak termasuk di
dalamnya hubungan guru-murid. Meskipun
telah manjadi alumni pesantren A,
seseorang akan tetap menjadi santri atau
murid Kyai A.
Di beberapa daerah tradisi sowan memiliki
momentumnya ketika idul fitri tiba.
Biasanya, seorang kyai sengaja
mempersiapkan diri menerima banyak tamu
yang sowan kepadanya. Mereka yang
sowan tidaklah sebatas para santri yang
pernah berguru kepadanya, namun juga
masyarakat, tetangga dan bahkan para
pejabat tidak pernah berguru langsung
kepadanya. Mereka datang dengan
harapan mendapatkan berkah dari
kealiman seorang kyai. Karena barang
siapa bergaul dengan penjual minyak
wangi, pasti akan tertular semerbaknya bau
wangi.
Pada bulan syawal seperti ini, sowan
kepada kyai merupakan sesuatu yang
utama bagi kalangan santri. Hampir sama pentingnya dengan mudik untuk berjumpa
keuarga dan kedua orang tua. Pantas saja, karena kyai bagi santri adalah guru
sekaligus berlaku sebagai orang tua. Oleh karena itu sering kali mereka yang kembali
pulang dari perantauan menjadikan sowan kepada kyai sebagai alasan penting mudik
di hari lebaran. Bagi santri yang telah jauh
berkelana mengarungi kehidupan, kembali
ke pesantren dan mencium tangan kyai
merupakan ‘isi ulang energi’ recharger
untuk menghadapi perjalanan hidup ke
depan. Seolah setelah mencium tangan
kyai dan bermuwajjahah dengannya semua
permasalahan di depan pasti akan teratasi.
Semua itu berlaku berkat do’a orang tua
dan kyai.
Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan
Imam Nawawi sebagai mana dinukil oleh
Ibn Hajar al-Asqolani dalam fathul Bari
ﻗﺎﻝَ ﺍﻻِﻣَﺎﻡْ ﺍﻟﻨَّﻮَﺍﻭِﻱْ : ﺗﻘﺒِﻴْﻞُ ﻳَﺪِ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞِ ِﻟﺰُﻫْﺪِﻩِ
ﻭَﺻَﻼَﺣِﻪِ ﻭَﻋِﻠْﻤِﻪِ ﺍَﻭْ ﺷﺮَﻓِﻪِ ﺍَﻭْ ﻧَﺤْﻮِ ﺫﺍﻟِﻚَ ﻣِﻦَ
ﺍْﻻُﻣُﻮْﺭِ ﺍﻟﺪِّﻳْﻨِﻴَّﺔِ ﻻَ ﻳُﻜْﺮَﻩُ ﺑَﻞ ﻳُﺴْﺘَﺤَﺐُّ .
Artinya : Imam Nawawi berkata : mencium
tangan seseorang karena zuhudnya,
kebaikannya, ilmunya, atau karena
kedudukannya dalam agama adalah
perbuatan yang tidak dimakruhkan, bahkan
hal yang demikian itu disunahkan.
Demikianlah tradisi sowan ini berlangsung
hingga sekarang. Para santri meyakini
benar bahwa seorang kyai yang alim dan
zuhud jauh lebih dekat kepada Allah swt
dibandingnkan manusia pada umumnya.
Karena itulah para santri sangat
mengharapkan do’a dari para kyai. Karena
do’a itu niilainya lebih dari segudang harta.
Inilah yang oleh orang awam banyak
diisitlahkan dengan tabarrukan,
mengharapkan berkah dari do’a kyai yang
mustajab karena kezuhudannya, ke-wirai-
annya dan kealimanyya.
Dengan demikian optimism dalam
menghadapi kehidupan dengan berbagai
macam permasalahnnya merupakan nilai
posittif yang tersimpan di balik tradisi
sowan. Sowan model inilah yang
dianjurkan oleh Rasulullah saw
ﺃَﻥَّ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻗَﺎﻝَ ﻣَﻦْ
ﺃَﺣَﺐَّ ﺃَﻥْ ﻳُﺒْﺴَﻂَ ﻟَﻪُ ﻓِﻲ ﺭِﺯْﻗِﻪِ ﻭَﻳُﻨْﺴَﺄَ ﻟَﻪُ ﻓِﻲ
ﺃَﺛَﺮِﻩِ ﻓَﻠْﻴَﺼِﻞْ ﺭَﺣِﻤَﻪُ
Barangsiapa yang ingin dipanjangkan
usianya dan dibanyakkan rezekinya,
hendaklah ia menyambungkan tali
persaudaraan” (H.R. Bukhari-Muslim)

.
ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﺃَﻳُّﻮﺏَ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻨْﻪُ ﺃَﻥَّ ﺭَﺟُﻠًﺎ ﻗَﺎﻝَ
ﻟِﻠﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺃَﺧْﺒِﺮْﻧِﻲ ﺑِﻌَﻤَﻞٍ
ﻳُﺪْﺧِﻠُﻨِﻲ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ ﻗَﺎﻝَ ﻣَﺎ ﻟَﻪُ ﻣَﺎ ﻟَﻪُ ﻭَﻗَﺎﻝَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ
ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺃَﺭَﺏٌ ﻣَﺎ ﻟَﻪُ ﺗَﻌْﺒُﺪُ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻭَﻟَﺎ
ﺗُﺸْﺮِﻙُ ﺑِﻪِ ﺷَﻴْﺌًﺎ ﻭَﺗُﻘِﻴﻢُ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓَ ﻭَﺗُﺆْﺗِﻲ ﺍﻟﺰَّﻛَﺎﺓَ
ﻭَﺗَﺼِﻞُ ﺍﻟﺮَّﺣِﻢَ . ” ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ .

Dari Abu Ayyub Al-Anshori r.a bahwa ada
seorang berkata kepada Nabi saw.,
“Beritahukanlah kepadaku tentang satu
amalan yang memasukkan aku ke surga.
Seseorang berkata, “Ada apa dia? Ada apa
dia?” Rasulullah saw. Berkata,

“Apakah dia
ada keperluan? Beribadahlah kamu kepada Allah jangan kamu menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, tegakkan shalat, tunaikan zakat, dan ber-
silaturahimlah.” (Bukhari).

Artinya hanya silatrrahim yang bernialai positiflah yang akan diganjar oleh Allah sebagaimana dijanjikan Rasulullah dalam kedua haditsnya. Bukan silatrrahim yang bernilai negative yaitu silaturrahim yang melanggar aturan syariat Islam.

Source nu.co.id


Tradisi Halal Bihalal

Di tanah kelahiran Islam, Arab Saudi, tradisi halal bihalal
justru tak dikenal. Juga di sebagian besar negara-negara
muslim di dunia. Dalam Al-Quran dan Hadis, istilah itu
juga tak ditemukan. Tradisi ini hanya khas di Indonesia.
Di kampung-kampung, tradisi bermaaf-maafan biasanya
dilakukan usai shalat Idul Fitri atau usai berziarah.

Mereka
mendatangi satu rumah ke rumah lainya, terutama
pemilik rumah yang lebih tua atau dituakan seperti para
kiai. Si pemilik rumah menyediakan rupa-rupa makanan,
biasanya makanan khas, lokal sebagai penghormatan
terhadap tamu dan kegembiraan di hari lebaran.
Tak hanya di kampung-kampung, tradisi saling bermaaf-
maafan ini juga menjadi tradisi rutin yang digelar instansi
pemerintah dan perusahaan-perusahaan swasta. Para
pemimpin instansi dan perusahaan menjadikan momen
halal bihalal sebagai medium bermaaf-maafan kepada
karyawan dan bawahannya. Begitu sebaliknya.
Tradisi ini juga dikembangkan dengan menggelar
kegiatan khusus berupa pengajian dan mendatangkan
penceramah untuk memberi tausiyah atau pesan-pesan agama.
Makna halal bihalal lebih dekat dengan pengertian saling
memaafkan atas segala salah dan khilaf agar bisa kembali menjadi manusia suci.
Karena itu, perkataan yang biasa dilontarkan, Minal Aidin wal Faizin, semoga termasuk orang-orang yang kembali dan
beruntung. Padahal, kata “halal” biasanya terkait erat dengan konteks hukum berarti sesuatu yang diizinkan atau dibolehkan.

Tapi untuk konteks halal bihalal, tidak dimaksudkan untuk itu.

Tradisi ini salah satu model pribumisasi Islam.

( Alamsyah M. Dja’far)
Source: nu.co.id


Senin, 20 Agustus 2012

Masjid Tertua di China

Guangzhuo - Masjid pertama dan tertua
China itu memang tidak utuh lagi. Tapi
dari kisah dan benda yang tersisa, masjid
berusia lebih dari 1.300 tahun itu tetap
menunjukkan kebesaran dan
kemegahannya.
Orang menyebutnya Masjid Huaisheng.
Letaknya di Jalan Guang Ta Lu, Kota
Guangzhuo, Provinsi Guangdong. Dari
bentuk bangunannya, masjid tersebut
tidak seperti tempat ibadah. Ia dikelilingi
tembok berwarna merah dengan gapura
bertuliskan berhuruf China. Tidak ada
kubah sebagai penanda adanya masjid.
Satu-satunya yang bisa menunjukkan
bahwa tempat itu benar-benar masjid
adalah menara atau dalam bahasa China
disebut 'Minaret'. Dan kebetulan, itulah
benda yang tersisa dari masjid yang
dibangun pada abad ke-7 M ini.
Tinggi menara sekitar 36 meter dan
diameternya 8,7 meter. Di beberapa
bagian, temboknya mengelupas. Beberapa
bagian lainnya ditumbuhi perdu.
Selain menara, di kompleks seluas 3.800
meter persegi tersebut berdiri gapura
peninggalan para dinasti yang di atap
bagian dalam terdapat tulisan dalam
Bahasa Arab, toko alat ibadah, pusat
kegiatan, dan dokumentasi sejarah masjid
tersebut.
Aula tempat ibadah utama berada di
bagian belakang. Sementara menara yang
tersisa itu berada di bagian depan
samping kanan pintu masuk.
Di bagian belakang aula terdapat ruangan
khusus untuk memajang souvernir dari
berbagai negara. Ada Alquran, prasasti,
atau barang lainnya.
Seluruh bangunan berunsur China, seperti
lekukan atap atau ornamen di kayu dan
dinding. Tapi di beberapa bagian terdapat
tulisan dalam Bahasa Arab.
Sekitar masjid merupakan kawasan padat,
didominasi minimarket dan toko
kebutuhan sehari-hari. Tak banyak kaum
Muslim yang lagi tinggal di kawasan
tersebut karena bermigrasi dengan alasan
pekerjaan.
"Jumlahnya (jamaah) hanya 100-an orang.
Itu pun sebagian besar bukan orang asli
China tapi warga negara lain," kata
pengelola Masjid Guangta, Nurdin, yang
memandui detikcom dan perwakilan
kantor berita Xinhua, Senin (20/8/2012).
Nurdin yang asli China itu menambahkan,
kaum Muslim asal Guangzhuo tersebar di
berbagai kota di Provinsi Guandong.
Hingga kini, mereka tetap hidup sebagai
Muslim.
Guangzhuo merupakan Ibukota Provinsi
Guangdong. Posisinya di Selatan China,
lebih dekat ke Hongkong daripada Beijing,
Ibukota China. Meski jauh dari pusat
pemerintahan, Guangzhuo berkembang
pesat. Bangunan menjulang, apartemen,
dan pusat perbelanjaan tumbuh subur.
Di kota yang kini jumlah penduduknya
mencapai 11 juta ini, Islam pertama kali
ditancapkan di China oleh Saad bin Abi
Waqash. Saad datang pada awal masa pemerintahan Dinasti Tang 627-649 M.
Kemudian ia membangun masjid dan
keberlangsungannya dilanjutkan kaum
Muslim dan beberapa dinasti.
Allohu Akbar, Allohu Akbar! Azan dengan
intonasi tanpa cengkok terdengar sekitar
pukul 16.00 waktu setempat, Senin
(20/8/2012). Memang tidak terlalu
kencang, tapi seruan itu cukup meresap
dan membuat sejumlah orang dari ras
China, Afrika, dan Timur Tengah,
berdatangan.
Usai salat, mereka kembali bekerja. Hanya
satu dua yang melanjutkan doa atau
bercengkerama. Di tengah keriuhan kota,
keagungan Ilahi terus dikumandangkan di
China. Tak peduli meski yang tersisa
hanya menara atau bahkan kelak ketika
semua sirna dimakan usia.

Detik.com