Pengikut

Jumat, 27 Juli 2012

Inilah perbedaan Hadits dhoif dengan hadits palsu ( maudhu)

Perbedaan hadits dhoif dengan hadits palsu

Apakah hadits dhaif sama dengan hadits
palsu ?
Jika sama lalu kenapa harus ada klasifikasi
hadits dhaif ?
Hadits palsu sudah pasti bukan berasal dari
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
sedangkan hadits dhaif belum pasti bukan
berasal dari Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam
Namun hadits dhaif tidak dipergunakan
untuk halal dan haram atau untuk
menetapkan perkara wajib (kewajiban) yakni
perkara yang jika ditinggalkan berdosa dan
perkara haram (larangan dan apa yang
diharamkanNya) yakni perkara yang jika
dikerjakan/dilanggar berdosa.
Hadits dhaif digunakan untuk nasehat,
tuntunan akhlak dan anjuran (motivasi)
amal kebaikan selama matan/redaksinya
tidak bertentangan dengan Al Qur'an dan As
sunnah
Habib Munzir Almusawa berkata, “ Maka
tidak sepantasnya kita menggolongkan
semua hadits dhaif adalah hadits palsu, dan
menafikan (menghilangkan) hadits dhaif
karena sebagian hadits dhaif masih diakui
sebagai ucapan Rasul shallallahu alaihi
wasallam, dan tak satu muhaddits pun yang
berani menafikan (menghilangkan)
keseluruhannya, karena menuduh seluruh
hadist dhaif sebagai hadits yang palsu
berarti mendustakan ucapan Rasul
shallallahu alaihi wasallam dan hukumnya
kufur"
Habib Munzir Almusawa, ulama yang sholeh
dari kalangan "orang-orang yang membawa
hadits" dari dua jalur sekaligus yakni
1. melalui dari nasab (silsilah / keturunan),
pengajaran agama yang disampaikan
melalui lisan maupun praktek dari orang
tua-orang tua mereka terdahulu tersambung
kepada lisannya Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam dan
2. melalui sanad ilmu (sanad guru),
pengajaran agama yang didapat dengan
bertalaqqi (mengaji) dengan ulama yang
sholeh yang mengikuti Imam Mazhab yang
empat yakni ulama yang memiliki
ketersambungan sanad ilmu (sanad guru)
kepada Imam Mazhab yang empat atau para
ulama yang memiliki ilmu riwayah dan
dirayah dari Imam Mazhab yang empat yang
bertalaqqi (mengaji) dengan Salafush
Sholeh yang meriwayatkan dan mengikuti
sunnah Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam.
Sehingga para ulama yang sholeh dari
kalangan ahlul bait, keturunan cucu
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam lebih
terjaga kemutawatiran sanad, kemurnian
agama dan akidahnya.
Tanda atau ciri seorang ulama tidak terputus
sanad ilmu atau sanad gurunya adalah
pemahaman atau pendapat ulama tersebut
tidak menyelisihi pendapat gurunya dan
guru-gurunya terdahulu atau tidak
menyelisihi pendapat Imam Mazhab yang
empat serta berakhlak baik
Asy-Syeikh as-Sayyid Yusuf Bakhour al-
Hasani menyampaikan bahwa “ maksud dari
pengijazahan sanad itu adalah agar kamu
menghafazh bukan sekadar untuk
meriwayatkan tetapi juga untuk meneladani
orang yang kamu mengambil sanad
daripadanya, dan orang yang kamu ambil
sanadnya itu juga meneladani orang yang di
atas di mana dia mengambil sanad
daripadanya dan begitulah seterusnya
hingga berujung kepada kamu meneladani
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dengan demikian, keterjagaan al-Qur’an itu
benar-benar sempurna baik secara lafazh,
makna dan pengamalan“
Oleh karenanya terlusurilah apa yang
disampaikan lisannya Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam melalui apa yang
disampaikan oleh Al Imam Al Haddad dan
yang setingkat dengannya, sampai ke Al
Imam Umar bin Abdurrahman Al Attos dan
yang setingkat dengannya, sampai ke
Asy’syeh Abubakar bin Salim, kemudian Al
Imam Syihabuddin, kemudian Al Imam Al
Aidrus dan Syeh Ali bin Abibakar, kemudian
Al Imam Asseggaf dan orang orang yang
setingkat mereka dan yang diatas mereka,
sampai keguru besar Al Fagih Almugoddam
Muhammad bin Ali Ba’alawi
Syaikhutthorigoh dan orang orang yang
setingkat dengannya, sampai ke Imam Al
Muhajir Ilalloh Ahmad bin Isa dan orang
orang yang setingkat dengannya
Sejak abad 7 H di Hadramaut (Yaman),
dengan keluasan ilmu, akhlak yang lembut,
dan keberanian, Imam Ahmad Al Muhajir bin
Isa bin Muhammad bin Ali Al Uraidhi bin
Ja’far Ash Shodiq bin Muhammad Al Baqir
bin Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Husain ra
beliau berhasil mengajak para pengikut
Khawarij untuk menganut madzhab Syafi’i
dalam fiqih , Ahlus Sunnah wal jama’ah
dalam akidah (i’tiqod) mengikuti Imam
Asy’ari (bermazhab Imam Syafi’i) dan Imam
Maturidi (bermazhab Imam Hanafi) serta
tentang akhlak atau tentang ihsan
mengikuti ulama-ulama tasawuf yang
mutakbaroh dan bermazhab dengan Imam
Mazhab yang empat.
Di Hadramaut kini, akidah dan madzhab
Imam Al Muhajir yang adalah Sunni Syafi’i,
terus berkembang sampai sekarang, dan
Hadramaut menjadi kiblat kaum sunni yang
“ideal” karena kemutawatiran sanad serta
kemurnian agama dan aqidahnya. Dari
Hadramaut (Yaman), anak cucu Imam Al
Muhajir menjadi pelopor dakwah Islam
sampai ke “ufuk Timur”, seperti di daratan
India, kepulauan Melayu dan Indonesia.
Mereka rela berdakwah dengan memainkan
wayang mengenalkan kalimat syahadah ,
mereka berjuang dan berdakwah dengan
kelembutan tanpa senjata , tanpa kekerasan,
tanpa pasukan , tetapi mereka datang
dengan kedamaian dan kebaikan. Juga ada
yang ke daerah Afrika seperti Ethopia,
sampai kepulauan Madagaskar. Dalam
berdakwah, mereka tidak pernah bergeser
dari asas keyakinannya yang berdasar Al
Qur’an, As Sunnah, Ijma dan Qiyas
Prof.Dr.H. Abdul Malik Karim Amrullah
(HAMKA) dalam majalah tengah bulanan
“Panji Masyarakat” No.169/ tahun ke XV11
15 februari 1975 (4 Shafar 1395 H) halaman
37-38 menjelaskan bahwa pengajaran
agama Islam di negeri kita diajarkan
langsung oleh para ulama keturunan cucu
Rasulullah seperti Syarif Hidayatullah atau
yang dikenal dengan Sunan Gunung Jati.
Berikut kutipan penjelasan Buya Hamka
***** awal kutipan ****
“Rasulallah shallallahu alaihi wasallam
mempunyai empat anak-anak lelaki yang
semuanya wafat waktu kecil dan mempunyai
empat anak wanita. Dari empat anak wanita
ini hanya satu saja yaitu (Siti) Fathimah
yang memberikan beliau shallallahu alaihi
wasallam dua cucu lelaki dari
perkawinannya dengan Ali bin Abi Thalib.
Dua anak ini bernama Al-Hasan dan Al-
Husain dan keturunan dari dua anak ini
disebut orang Sayyid jamaknya ialah Sadat.
Sebab Nabi sendiri mengatakan, ‘kedua
anakku ini menjadi Sayyid (Tuan) dari
pemuda-pemuda di Syurga’. Dan sebagian
negeri lainnya memanggil keturunan Al-
Hasan dan Al-Husain Syarif yang berarti
orang mulia dan jamaknya adalah Asyraf.
Sejak zaman kebesaran Aceh telah banyak
keturunan Al-Hasan dan Al-Husain itu
datang ketanah air kita ini. Sejak dari
semenanjung Tanah Melayu, kepulauan
Indonesia dan Pilipina. Harus diakui banyak
jasa mereka dalam penyebaran Islam
diseluruh Nusantara ini. Diantaranya
Penyebar Islam dan pembangunan kerajaan
Banten dan Cirebon adalah Syarif
Hidayatullah yang diperanakkan di Aceh.
Syarif kebungsuan tercatat sebagai
penyebar Islam ke Mindanao dan Sulu. Yang
pernah jadi raja di Aceh adalah bangsa
Sayid dari keluarga Jamalullail, di Pontianak
pernah diperintah bangsa Sayyid Al-Qadri.
Di Siak oleh keluaga Sayyid bin Syahab,
Perlis (Malaysia) dirajai oleh bangsa Sayyid
Jamalullail. Yang dipertuan Agung 111
Malaysia Sayyid Putera adalah Raja Perlis.
Gubernur Serawak yang ketiga, Tun Tuanku
Haji Bujang dari keluarga Alaydrus.
Kedudukan mereka dinegeri ini yang turun
temurun menyebabkan mereka telah
menjadi anak negeri dimana mereka
berdiam. Kebanyakan mereka jadi Ulama.
Mereka datang dari hadramaut dari
keturunan Isa Al-Muhajir dan Fagih Al-
Muqaddam. Yang banyak kita kenal dinegeri
kita yaitu keluarga Alatas, Assegaf, Alkaff,
Bafaqih, Balfaqih, Alaydrus, bin Syekh
Abubakar, Alhabsyi, Alhaddad, Al Jufri,
Albar, Almusawa, bin Smith, bin Syahab, bin
Yahya …..dan seterusnya.
Yang terbanyak dari mereka adalah
keturunan dari Al-Husain dari Hadramaut
(Yaman selatan), ada juga yang keturunan
Al-Hasan yang datang dari Hejaz, keturunan
syarif-syarif Makkah Abi Numay, tetapi tidak
sebanyak dari Hadramaut. Selain dipanggil
Tuan Sayid mereka juga dipanggil Habib.
Mereka ini telah tersebar didunia. Di negeri-
negeri besar seperti Mesir, Baqdad, Syam
dan lain-lain mereka adakan NAQIB, yaitu
yang bertugas mencatat dan mendaftarkan
keturunan-keturunan Sadat tersebut. Disaat
sekarang umum- nya mencapai 36-37-38
silsilah sampai kepada Sayyidina Ali bin Abi
Thalib dan Sayyidati Fathimah Az-Zahra ra.
****** akhir kutipan ******
Wassalam
Zon di Jonggol , Kabupaten Bogor 16830


4 komentar:

  1. terimakasih atas info nya,
    info nya sangat bermanfaat,
    dan jangan lupa kujungi alamat kami http://www.unsri.ac.id

    BalasHapus
  2. subhanallah ilmu baru, kunjungi kami juga di
    www.markazruqyah.blogspot.com

    BalasHapus
  3. Sumber Bukunya apa y'all akh?

    BalasHapus
  4. Alhamdulillah ternyata Turunan Nabi Muhammd saw masih
    ada sampai sekarang. Ka'bah di mekah akan kembali di pegang oleh turunan abdul mutholib seperti jaman dahulu. aamiin

    BalasHapus