Bahkan, agar warga muslim Uighur tidak melaksanakan ibadah puasa, pemerintah mendesak pemimpin partai di provinsi
tersebut untuk memberikan hadiah berupa makanan kepada para kepala desa. Upaya ini dilakukan agar warga muslim Uighur
tetap makan seperti biasa selama bulan Ramadhan.
Menyedihkan. Bulan
Ramadhan adalah bulan yang penuh keutamaan bagi umat Islam. Di seluruh belahan dunia, semua
umat Islam wajib menjalankan ibadah
puasa. Sayangnya, di Negeri Tirai Bambu, Cina, dengan dalih untuk menjaga stabilitas sosial, pemerintah melarang setiap umat muslim di Provinsi Xinjiang untuk beribadah puasa. Pemerintah
“meminta” kepada semua anggota Partai Komunis di wilayah tersebut untuk
menghalangi setiap muslim yang ingin menjalankan ibadah puasa.
Hindustan Times, Kamis 2 Agustus 2012, memberitakan, larangan ini resmi dituliskan di situs-situs yang dikelola oleh
pemerintah. Para pejabat pemerintah di
Xinjiang, yang juga anggota Partai
Komunis, menghalangi etnis muslim
Uighur yang berpuasa datang ke masjid
untuk beribadah.
Bahkan, agar warga muslim Uighur tidak melaksanakan ibadah puasa, pemerintah
mendesak pemimpin partai di provinsi
tersebut untuk memberikan hadiah berupa
makanan kepada para kepala desa. Upaya ini dilakukan agar warga muslim Uighur
tetap makan seperti biasa selama bulan Ramadhan.
"Komite Partai Komunis telah
mengeluarkan kebijakan yang
komprehensif untuk menjaga stabilitas sosial selama Ramadan. Dilarang bagi kader Partai Komunis, pegawai pemerintah
(termasuk yang sudah pensiun), dan
siswa, untuk berpartisipasi dalam aktivitas religi selama Ramadan," tulis situs milik pemerintah kota Zonglang di Distrik Kashgar Xinjiang.
Tak hanya di Xinjiang, sebuah provinsi
yang terletak di Barat Laut Cina yang
merupakan tempat bagi 9.000.000 orang muslim beretnis Uighur, di kota Wensu, perintah larangan serupa juga disampaikan
oleh biro pendidikan di daerah itu. Dalam situs mereka, sekolah-sekolah diminta untuk menjalankan perintah, dan memastikan agar murid-murid mereka yang beragama Islam tidak berpuasa dan
memasuki masjid.
Inilah contoh untuk kesekian kalinya, tak
habis-habisnya, betapa sulitnya kehidupan
keagamaan muslim minoritas, yang hidup
dalam tekanan, di tengah-tengah
mayoritas non-muslim. Sementara
mayoritas muslim di belahan bumi di mana
pun diminta toleransinya, lebih banyak dan
lebih banyak lagi, terhadap minoritas non-
muslim (Bahkan kalau perlu, menyerahkan
kepalanya!).
Jelas, larangan ini memicu kecaman di
kalangan masyarakat Uighur. Kelompok
HAM Uighur, Kongres Uighur Dunia,
khawatir larangan ini akan menimbulkan
dampak sosial yang buruk, yang akan
memicu konflik dan bentrokan baru di
Provinsi Xinjiang.
Source alkisah
0 komentar:
Posting Komentar