Pengikut

Rabu, 31 Juli 2013

Pengertian Malam lailatul Qadar

Pengertian Malam lailatul Qadar
Berdasarkan keterangan al Qur’an dan al- Sunnah Pengertian Malam lailatul Qadar , disebutkan bahwa dalam bulan Ramadhan terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan.

Malam yang indah
itu disebut Lailatul Qadar atau malam kemuliaan. Bila seorang muslim mengerjakan kebaikan-kebaikan di malam itu, maka nilainya lebih baik dari mengerjakan kebaikan selama
seribu bulan atau sekitar 83 – 84 tahun.

Malam indah yang lebih baik dari seribu bulan itu adalah malam yang penuh berkah, malam yang mulia, dan memiliki keistimewaan-keistimewaan tersendiri.
Syaikh Muhammad Abduh memaknai kata “al-Qadar ” dengan kata “takdir”. Ia berpendapat demikian, karena Allah s.w.t, pada malam itu mentakdirkan agama- Nya dan menetapkan khittah untuk Nabi-Nya, dalam menyeru umat manusia ke jalan yang
benar. Khittah yang dijalani itu, sekaligus melepaskan umat manusia dari kerusakan dan
kehancuran yang waktu itu sedang membelenggu mereka. (hasbi Ash-Shiddieqy, 1996:247)

Kata “al-Qadar ” diartikan juga “al-Syarf ” yang artinya mulia (kemuliaan dan kebesaran).
Maksudnya Allah s.w.t, telah mengangkat kedudukan Nabi-Nya pada malam Qadar itu dan memuliakannyadengan risalah dan membangkitkannya menjadi Rasul terakhir.
Mengenai hal ini diisyaratkan dalam surat al- Qadar. Bahwa malam itu adalah malam yang
mulia, malam diturunjannya al-qur’am sebagai.kitab suci yang terakhir. Surat al-Qadar itu lengkapnya sebagai berikut:
ﺍِﻧَّﺎ ﺍَﻧْﺰَﻟْﻨَﻪُ ﻓِﻰ ﻟَﻴْﻠَﺔِ ﺍﻟْﻘَﺪْﺭِ . ﻭَﻣَﺎ ﺍَﺩْﺭَﺍﻙَ ﻣَﺎ ﻟَﻴْﻠَﺔُ ﺍﻟْﻘَﺪْﺭِ.
ﻟَﻴْﻠَﺔُ ﺍﻟْﻘَﺪْﺭِ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِﻦْ ﺍَﻟْﻒِ ﺷَﻬْﺮٍ. ﺗَﻨَﺰَّﻝُ ﺍﻟْﻤَﻠَﺌِﻜَﺔُ ﻭَﺍﻟﺮُّﻭْﺡُ
ﻓِﻴْﻬَﺎ ﺑِﺎِﺫْﻥِ ﺭَﺑِّﻬِﻢْ ﻣِﻦْ ﻛُﻞِّ ﺍَﻣْﺮٍ . ﺳَﻠَﺎﻡٌ ﻫِﻰَ ﺣَﺘَّﻰ ﻣَﻄْﻠَﻊِ
ﺍﻟْﻔَﺠْﺮِ

Sesungguhnya aku telah menurunkan al-qur’an pada malam lailatul qadar, tahukah kamu “apa itu lailatul qadar?”, lailatul qadar adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan, pada
malam itu turun para malaikat dan ruh qudus (malaikat jibril) dengan idzin Tuhannya untuk
mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar’. (QS. Al- Baqarah,97: 1-5)

Dari ayat tersebut, maka jelaslah lailatul qadar adalah malam yang memiliki keistimewaannya
sediri disbanding dengan malam-malam yang selainnya. Dan apabila malam itu digunakan
untuk ibadah kepada Allah SWT, maka ia akan mendapatkan pahala berlibat ganda satu
berbanding seribu amal kebajikan (ibadah) yang dilakukan di selain malam lailatul qadar.

Sedangkan keagungan dan keistimewaan malam Qadar pada dasarnya terletak dalam
dua kemuliaan, yaitu turunnya al-qur’an dan turunnya para malaikat dalam jumlah yang
besar, termasuk di dalamnya malaikat Jibril.

Para malaikat turun di malam itu dengan cahaya yang cemerlang penuh kedamaian dan kesejahteraan. Kedatangan mereka adalah untuk menyampaikam ucapan selamat kepada orang yang yang melaksanakan puasa Ramadhan dan melaksanakan ibadah lainnya.
Kemuliaan turunnya al-qur’an, merupakan hari yang agung dan bersejarah, turunnya kitab suci
itu merupakan titik awal dimulainya suatu.kehidupan “Dunia Baru” yang terlepas dari
kesesatan dan kedzaliman, menuju kebenaran yang hakiki.

(Pen. H. Syaifullah Amin / Red.
Ulil H)

Rabu, 24 Juli 2013

Diantara Penghalang datangnya Hidayah Pada Seorang Hamba

Diantara penghalang datangnya hidayah pada seorang hamba adalah:
1. Sibuk dengan Nikmat Allah namun lalai untuk mensyukurinya.
2. Amat Cinta terhadap Ilmu namun enggan untuk mengamalkannya.
3. Gemar berbuat dosa namun lambat untuk bertaubat.
4. Bangga bergaul dengan orang shalih namun tidak mengambil teladan darinya.
5. Tau dunia menjauhi, namun justru mereka mengejarnya.
6. Tau akhirat mendatangi, namun mereka malah berpaling menjauhinya.
Smoga kita terhindar dari ke 6 sifat tersebut, sehingga hidayah tetap menghampiri kita...
Selamat menunaikan ibadah puasa dipertengahan Ramadhan ini...met beraktifitas..harus semakin semangat dan semangat

Selasa, 23 Juli 2013

Malas BerinfakTermasuk Golongan Tertipu

Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Sya’roni Ahmadi mengajak umat melaksanakan dengan harta.
Sebab, harta benda seisinya adalah titipan dari Allah yang pada akhirnya akan kembali kepada-Nya.
“Bila manusia sudah mati, harta benda dari bumi dan langit seisinya menjadi kekuasaannya Allah. Makanya mumpung masih hidup, berinfaklah untuk sabilillah,” katanya saat melanjutkan keterangan ayat 10-15 Surat Al-Hadid dalam pengajian Tafsir Al Qur’an di Masjid al-Aqsha Menara Kudus, Selasa (23/7) pagi.
Di depan ribuan jamaah, ulama kharismatik tersebut menjelaskan, berinfak kepada sabililah adalah menyumbangkan harta benda untuk kepentingan menegakkan agama Allah.
Kategori sabilillah itu berupa untuk pembangunan masjid, musholla, pondok pesantren, madrasah, tempat-tempat pengajian, dan bentuk kebaikan lainya. Berinfak, terang Mbah Sya’roni, akan mendapat pahala (balasan) dari Allah. Orang berinfak pahalanya berbeda-beda antara besar dan kecil sesuai kadar infaknya. Diceritakan dalam ayat ini, beinfak sebelum kota Makkah dikuasai Nabi Muhammad itu lebih besar pahalanya setelah Makkah dikuasai.
“Meskipun berbeda-beda pahalanya, semua yang berinfak mendapat pahala di surga.
Pahala itu tergantung amalannya, namun meski berinfak banyak maupun sedikit tetap ada balasannya,” jelasnya.
Orang yang tidak mau berinfak, kata Mbah Sya’roni, termasuk golongan yang tertipu.
Dengan mengutip syair Ba’dhul Fudhola’, ia menerangkan orang yang selalu mengumpulkan
dan memikirkan harta benda untuk angan- angan yang belum diketahui waktunya.
“Misalnya, orang berlimpah harta sudah merancang membuatkan rumah untuk cucunya padahal belum jelas lahirnya seorang cucu.
Orang yang demikian tertipu oleh angan terlalu tinggi, ini tidak baik,” terangnya.
Pada penjelasan ayat lainnya, Mbah Sya’roni menerangkan hidup di dunia pasti akan selalu ribut (rekoso) sebagaimana nash Al-Qur’an.
“Oleh karenanya, kita harus selalu bersabar,” imbaunya.
Mbah Sya’roni melanjutkan, barang siapa yang mau mengutangi Allah maka bakal dibalas berlipat-lipat oleh Allah. Kata utang merupakan kiasan menyuruh berinfak yang pada akhirnya nanti Allah akan mengganti.
Kenapa Allah tidak memberikan balasan sekarang? Mbah Sya’roni menerangkan Allah memberikan balasan di surga supaya manusia
tidak kaget dan disibukkan dengan balasan- Nya tersebut.
“Bayangkan saja, bila balasan Allah dengan gedung berupa emas diberikan langsung di dunia, manusia pasti sibuk ngrumati pemberian-Nya. Jadi, Allah menyimpannya untuk di akhirat nanti,” terangnya.
Pengajian tafsir yang berlangsung tiap hari selama bulan Ramadhan ini,diikuti ribuan jamaah dari berbagai daerah Kudus,Jepara dan sekitarnya.Saking membludaknya jamaah, pihak pengurus masjid menyediakan layar lebar di tempat parkir dan jalan depan Menara Kudus.
Redaktur : Abdullah Alawi
Kontributor : Qomarul Adib

IMAM SYAFI'I DAN PARA SUFI

Oleh Ahmad Azmi

semoga dengan FAKTA ini, tidak ada lagi yang salah faham dengan maksud Imam Syafii yang termaktub dalam kitab Manaqib Al Imam as-Syafii karya Imam Baihaqi, beliau mencela itu hanya pada oknum sufi dan bukan sufi yang sesungguhnya. 

Di beberapa tempat, Imam As Syafi’i telah memberi penilaian terhadap para sufi. Yang sering dinukil dari perkataan beliau mengenai sufi bersumber dari Manaqib Al Imam As Syafi’i yang ditulis oleh Imam Al Baihaqi. 

Di dalam kitab itu, Imam As Syafi’i menyatakan, “Kalau seandainya seorang laki-laki mengamalkan tashawuf di awal siang, maka tidak tidak sampai kepadanya dhuhur kecuali ia menjadi hamqa (kekurangan akal).” (Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/207) 

Beliau juga menyatakan,”Aku tidak mengetahui seorang sufi yang berakal, kecuali ia seorang Muslim yang khawwas.” (Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/207) 

Beberapa pihak secara tergesa-gesa menyimpulkan dari perkataan di atas bahwa Imam As Syafi’i mencela seluruh penganut sufi. Padahal tidaklah demikian, Imam As Syafi’i hanya mencela mereka yang menisbatkan kepada tashawuf namun tidak benar-benar menjalankan ajarannya tersebut. 

Dalam hal ini, Imam Al Baihaqi menjelaskan,”Dan sesungguhnya yang dituju dengan perkataan itu adalah siapa yang masuk kepada ajaran sufi namun mencukupkan diri dengan sebutan daripada kandungannya, dan tulisan daripada hakikatnya, dan ia meninggalkan usaha dan membebankan kesusahannya kepada kaum Muslim, ia tidak perduli terhadap mereka serta tidak mengindahkan hak-hak mereka, dan tidak menyibukkan diri dengan ilmu dan ibadah, sebagaimana beliau sifatkan di kesempatan lain.” (Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/208) 

Jelas, dari penjelasan Imam Al Baihaqi di atas, yang dicela Imam As Syafi’i adalah para sufi yang hanya sebatas pengakuan dan tidak mengamalkan ajaran sufi yang sesungguhnya. 

Imam As Syafi’i juga menyatakan,”Seorang sufi tidak menjadi sufi hingga ada pada dirinya 4 perkara, malas, suka makan, suka tidur dan berlebih-lebihan.” (Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/207) 

Imam Al Baihaqi menjelaskan maksud perkataan Imam As Syafi’i tersebut,”Sesungguhnya yang beliau ingin cela adalah siapa dari mereka yang memiliki sifat ini. Adapun siapa yang bersih kesufiannya dengan benar-benar tawakkal kepada Allah Azza wa Jalla, dan menggunakan adab syari’ah dalam muamalahnya kepada Allah Azza wa Jalla dalam beribadah serta mummalah mereka dengan manusia dalam pergaulan, maka telah dikisahkan dari beliau (Imam As Syafi’i) bahwa beliau bergaul dengan mereka dan mengambil (ilmu) dari mereka. (Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/207) 

Kemudian Imam Al Baihaqi menyebutkan satu riwayat, bahwa Imam As Syafi’i pernah mengatakan,”Aku telah bersahabat dengan para sufi selama sepuluh tahun, aku tidak memperoleh dari mereka kecuali dua huruf ini,”Waktu adalah pedang” dan “Termasuk kemaksuman, engkau tidak mampu” (maknanya, sesungguhnya manusia lebih cenderung berbuat dosa, namun Allah menghalangi, maka manusia tidak mampu melakukannya, hingga terhindar dari maksiat). 

Jelas, bahwa Imam Al Baihaqi memahami bahwa Imam As Syafi’i mengambil manfaat dari para sufi tersebut. Dan beliau menilai bahwa Imam As Syafi’i mengeluarkan pernyataan di atas karena prilaku mereka yang mengatasnamakan sufi namun Imam As Syafi’i menyaksikan dari mereka hal yang membuat beliau tidak suka. (lihat, Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/207) 

Bahkan Ibnu Qayyim Al Jauziyah menilai bahwa pernyataan Imam As Syafi’i yang menyebutkan behwa beliau mengambil dari para sufi dua hal atau tiga hal dalam periwayatan yang lain, sebagai bentuk pujian beliau terhadap kaum ini,”Wahai, bagi dua kalimat yang betapa lebih bermanfaat dan lebih menyeluruh. Kedua hal itu menunjukkan tingginya himmahdan kesadaran siapa yang mengatakannya. Cukup di sini pujian As Syafi’i untuk kelompok tersebut sesuai dengan bobot perkataan mereka.” (lihat, Madarij As Salikin, 3/129) 

Imam As Syafi’i Memuji Ulama Sufi 

Bahkan di satu kesempatan, Imam As Syafi’I memuji salah satu ulama ahli qira’ah dari kalangan sufi. Ismail bin At Thayyan Ar Razi pernah menyatakan,”Aku tiba di Makkah dan bertemu dengan As Syafi’i. Ia mengatakan,’Apakah engkau tahu Musa Ar Razi? Tidak datang kepada kami dari arah timur yang lebih pandai tentang Al Qur`an darinya.’Maka aku berkata,’Wahai Abu Abdillah sebutkan ciri-cirinya’. Ia berkata,’Berumur 30 hingga 50 tahun datang dari Ar Ray’. Lalu ia menyebut cirri-cirinya, dan saya tahu bahwa yang dimaksud adalah Abu Imran As Shufi. Maka saya mengatakan,’Aku mengetahunya, ia adalah Abu Imran As Shufi. As Syafi’i mengatakan,’Dia adalah dia.’” (Adab As Syafi’i wa Manaqibuhu, hal. 164) 

Walhasil, Imam As Syafi’I disamping mencela sebagian penganut sufi beliau juga memberikan pujian kepada sufi lainnya. Dan Imam Al Baihaqi menilai bahwa celaan itu ditujukan kepada mereka yang menjadi sufi hanya dengan sebutan tidak mengamalkan ajaran sufi yang sesungguhnya dan Imam As Syafi’i juga berinteraksi dan mengambil manfaat dari kelompok ini. Sedangkan Ibnu Qayyim menilai bahwa Imam As Syafi’i juga memberikan pujian kepada para sufi. 

Dengan demikian, pernyataan yang menyebutkan bahwa Imam As Syafi’i membenci total para sufi tidak sesuai dengan data sejarah, juga tidak sesuai dengan pemahaman para ulama mu’tabar dalam memahami perkataan Imam As Syafi’i. 

Rujukan: 
1. Manaqib Al Imam As Syafi’i, karya Al Baihaqi, t. As Sayyid Ahmad Shaqr, cet.Dar At Turats Kairo, th.1390 H. 
2. Madarij As Salikin, karya Ibnu Qayyim Al Jauziyah, cet. Al Mathba’ah As Sunnah Al Muhamadiyah, th. 1375 H. 
3. Adab As Syafi’I wa Manaqibuhu, karya Ibnu Abi Hatim Ar Razi, cet. Dar Al Kutub Al Ilmiyah, th. 1424 H. 

Pokok-pokok Ilmu Tasawuf 
================ 

1. Ta'rif / had / definisi ilmu tasawuf (حده): 
هو علم يعرف به أحوال النفس و صفاتها الذميمة و الحميدة 

ِArtinya: "Ilmu yang mempelajari tentang bagaimana cara mengetahui tingkah-tingkahatau keadaan-keadaan(kondisi) nafsu dan sifat-sifatnya,baik sifat-sifat yang tercela maupun sifa-sifat yang terpuji". 

2. Objek atau sasaran ilmu tasawuf (موضوعه): 
هو النفس من حيث ما يعرض لها من الأحوال و الصفات 

Artinya: "Isi ilmu tasawuf adalah nafsu dari sesuatu yang muncul dari keadaan-keadaandan sifat-sifat manusia. 

3. Buah ilmu tasawuf (ثمرته): 
هو التوصل به الى تحلية القلب عن الأغيار و تحليته بمشاهدة الملك الغفار 

Artinya: "Buah mempelajari ilmu tasawuf adalah seseorang dapat menghiasi hatinya dengan melakukan amal-amal perbuatan yang bersifat terpuji, meninggalkan dari berbagai macam perubahan hati yang bersifat tercela dan dapat bermusyahadah (menyaksikan) Dzat Yang Maha Menguasai, Yang Maha Pengampun" (Allah swt). 

4. Hukum mempelajari ilmu tasawuf (حكمه): 
هو الوجوب العيني على كل مكلف, و ذلك لأنه كما يجب تعلم ما يصلح الظاهر , كذلك يجب تعلم ما يصلح الباطن 

Artinya: " Hukumnya wajib 'ain bagi setiap mukallaf (orang yang diperintah syara'). Kewajiban mempelajari ilmu tasawut tersebut harus segera dilaksanakan seperti hukumnya wajib mempelajari tentang sesuatu yang dapat memperbaiki anggota tubuh, baik anggota tubuh yang bersifat lahir, maupun anggota tubuh yang bersifat bathin". 

5. Keutamaan ilmu Tasawuf (فضله): 
هو فوقانه على سائر العلوم من جهة انه يوصل الى ما ذكر 

Artinya: " Keutamaan ilmu tasawuf dengan ilmu-ilmu lainnya adalah ilmu tasawuf berada di atas ilmu-ilmu selainnya dari segi bahwa ilmu tasawuf itu dapat menghantarkan seseorang yang mempelajarinya dapat menghiasi hatinya dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang terpuji dan dapat wushul atau sampai kepada Dzat Yang Maha Kuasa." 

6. Hubungan ilmu tasawuf dengan ilmu-ilmu lain (نسبته للعلزم): 
هي أنه أصل كل علم و ما سواه فرع , و نسبته للباطن كنسبة الفقه الى الظاهر

Artinya: "Hubungan ilmu tasawuf dengan ilmu-ilmu lainnya adalah ilmu tasawuf itu pokok dari setiap ilmu, sedangkan selainnya (ilmu tasawuf) adalah cabang. Dan hubungan ilmu tasawuf kepada sesuatu yang bersifat bathin (yang samar) seperti hubungan ilmu fiqih kepada sesuatu yang bersifat zhohir (yang tampak)." 

7. Tokoh-tokoh ilmu tasawuf (واضعوه): 
هم الأئمة الأعيان, العارفون بربهم المنان 

Artinya: "Imam-imam pada zamannya masing-masing (seperti Imam Junaedi, Imam Ghazali, dsb), yaitu orang-orang makrifat kepada Allah Yang Maha Pemberi Anugerah." 

8. Pengambilan ilmu tasawuf (استمداده): 
هو من كلام الله و كلام رسوله سيدنا ولد عدنان صلى الله عليه و سلم و ذوي اليقين و العرفان 

Artinya: "Ilmu Tasawuf diambil dari Kalamullah (Al-Qur'an) dan kalam Rasul-Nya (Hadits Nabi) Sayyidina putera 'Adnan saw, orang-orang yang ahli yaqin, dan orang-orang makrifat." 

9. Masalah-masalahilmu tasawuf (مسائله): 
هي قضاياه التى يبحث فيها عن عوارضه الذاتية كالفناء و البقاء و المراقبة و غير ذلك 

Artinya: "Masalah-masalah yang terkandung di dalam ilmu tasawuf adalah keterangan-keterangan yang membahas tentang esensi sesuatu yang muncul di dalam diri seseorang, seperti fana' (leburnya hati dengan Yang Maha Kuasa), baqa' (kekal), muraqabah (perasaan selalu diawasi Allah swt), dan sebagainya. 

ini sedikit tambahan 

Syekh Imam Ghazali sang Hujjatul Islam, juga tokoh sufi dunia, dalam an-Nusrah an-Nabawiahnya mengatakan bahwa mendalami dunia tasawuf itu penting sekali. Karena, selain Nabi, tidak ada satupun manusia yang bisa lepas dari penyakit hati seperti riya, dengki, hasud dll. Dan, dalam pandangannya, tasawuf lah yang bisa mengobati penyakit hati itu. Karena, tasawuf konsentrasi pada tiga hal dimana ketiga-tiganya sangat dianjurkan oleh al-Qur'an al-karim. 

Pertama, selalu melakukan kontrol diri, muraqabah (pendekatan pada Allah) dan muhasabah (introspeksi diri). 

Kedua, selalu berdzikir atau selalu mengingat Allah Ta'ala 

Ketiga, menanamkan sifat zuhud, cinta damai, jujur,sabar, syukur, tawakal, dermawan dan ikhlas. 

Melihat konsenstrasi bahasan tasawuf di atas, jelas sekali bahwa tasawuf adalah bagian dari Islam. Alhamdulillaah 

Syari'at Islam yang kita pelajari terangkum dalam ilmu Fiqh 
Rukun Iman yang kita yakini terangkum dalam ilmu Tauhid 
dan Konsep Ihsan dalam beribadah terangkum dalam ilmu Tasawuf 

jadi siapapun yang ingin SEMPURNA iman juga Islamnya, maka mari kita pelajari ilmu Fiqh, ilmu Tauhid dan Ilmu Tasawuf, sehingga amal ibadah yang kita laksanakan bisa baik, yang akhirnya bisa diterima oleh Allah Ta'ala 

tentunya belajar pada guru yang benar2 'alim dan 'amil, 
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya (terjemah QS. Qaaf ayat 16) 

Allah Maha Dekat, sehingga Allah tahu apapun yang terbersit di dalam hati kita, entah itu kesombongan, dengki atau iri hati 

sedang urat leher kita hanya tahu peredaran darah yg melewati urat tsb. dan urat leher tidak tahu apa2 yg terbersit dlm hati kita 

para sufi adalah kaum yang ikhlas dan tawakkal pada Allah, mereka mudah memaafkan cacian, fitnah juga hinaan, dan mereka juga tidak merasa hebat, lantaran dipuji atau banyak yang mendukungnya, karena para sufi faham dengan penuh keyakinan bahwa celaan, fitnah atau pujian serta dukungan manusia, tidak bisa membuat pengaruh akan pandangan Allah pada dirinya, yang diutamakan para sufi adalah ridlo Allah juga pandangan kasih sayang Allah, sehingga mereka pun selalu merasa damai, tenang dan bahagia karena mereka selalu dekat dengan Allah Ta'ala Alhamdulillaah 

para sufi adalah para waliyullah, jadi ana sarankan kepada saudara2 ana sesama muslim janganlah kalian mencela para sufi, karena sama saja dengan kalian menantang dan memusuhi Allah Ta'ala 

dan siapapun yang sudah dimusuhi Allah Ta'ala, maka kehidupannya pasti jauh dari ketenangan dan kebahagiaan...na'udzbubillaah min dzaalik.

Macam Macam Metode Dakwah

Cara mengentaskan saudara-saudara yang terjerembab di lembah hitam memang variatif.
1. Ada yang memilih jalur "kepruk" dan anarkisme sembari menyerobot alih tugas aparat
2. Ada yang memegang “kepala ular” alias pimpinan komplotan dengan cara elegan dan memanusiakan manusia sebagaimana yang dilakukan oleh Kiai As’ad Syamsul Arifin dan Habib Syech bin Abdul Qadir Assegaf.
3. Dan ada pula yang masuk ke “sarang harimau” lalu menjinakkannya karena sudah memiliki kemampuan “pawang”. Metode ketiga ini dilakukan oleh KH. Chamim Djazuli alias Gus Miek.
Cara kedua dan ketiga, saya kira, lebih manusiawi, elegan, dan berkelas.
Inilah alasan mengapa saya selalu takjub pada dengan caranya yang khas memanusiakan manusia. Mereka bekerja dalam sunyi, menawarkan alternatif, tanpa slogan bombastis, tanpa parade ekstravagan, tanpa cacimaki, tanpa fitnah dan tetap realistis memandang realitas.
Mereka berusaha menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan masalah baru.
Bagi saya pribadi, inilah cara yang ekselen alias ahsan dan inilah cara dakwahnya kyai2 NU (NAHDLATUL ULAMA) /aswaja...

Minggu, 14 Juli 2013

MENGENAL LEBIH DEKAT PROFIL MAULANA SYAIKH HISYAM KABBANI

PROFIL MAWLANA SYAIKH HISYAM KABBANI

Shaykh Muhammad Hisham Kabbani adalah seorang Ulama Ahl sunnah wal jama'ah dengan wawasan dan pengalaman luas, serta memiliki pengaruh dakwah yang signifikan baik di temp at asalnya Beirut, dan Internasional. Beliau adalah keturunan Nabi Muhammad SAW baik dari jalur Ayah ataupun jalur Ibunya.
Latar belakang pendidikan beliau: diawali dengan bidang Kimia di American University. of Beirut, selanjutnya melanjutkan studi dalam bidang kedokteran specialis anak di UniversitY 'of Louvain, Belgia, semua diselesaikan dalam waktu yang singkat. Sehingga beliau sempat menyelesaikan gelar pula dalam bidang Syari'ah Islam dari AI Azhar University hingga ke tingkat Masterate. Dalam bidang Tasawwuf ilmu Tafsir Qur'an, dan Ma'rifah beliau dibimbing oleh Grand Shaykh Abdullah Faiz Ad-Daghestani dan Shaykh Muhammad Nazim Adil Haqqani selama kurang lebih tiga puluh tahun.
Dalam bidang bahasa, terutama beberapa dialek Bahasa Arab, beliau menguasai secara aktif, juga berbagai bahasa lain Turki, Perancis, Inggris, Belanda, Urdu.
Beliau sempat cukup lama tinggal di Arab Saudi sebagai Manajer dan Dokter specialis (MD) pada beberapa rumah sakit ternama di Jeddah dan Madinah; bersamaan dengan hal tersebut beliau banyak belajar dari para Imam dan Mursyid Thariqah baik di Madinah maupun Makkah al Mukaromah.
Atas perintah Shaykh Muhammad Nazim Adil Haqqani beliau telah menyelesaikan beberapa khalwat bervariasi diantara empat puluh hari hingga enam bulan. Diantaranya dilakukan di Madinah dekat Masjid Nabi Muhammad saw serta di Yaman dan Jordania. Pada tahun 1991 atas perintah Shaykh Muhammad Nazim Haqqani, Shaykh Muhammad Hisham Kabbani melangkahkan kakinya untuk memulai dakwah di benua Amerika. Pada saat itu beliau memulai di California bertujuan untuk
menyebarluaskan ajaran Islam sebagai dicontohkan Nabi Muhammad saw dan para sahabat. Sejak saat itu pula beliau ditasbihkan sebagai khalifah Shaykh Nazim Adil
Haqqani An-Naqshbandi di benua Amerika.
Alhamdulillah wa syukurilliih, hingga saat ini lebih 100.000 non muslim di Amerika dan sekitarnya telah disyahadatkan oleh beliau, dibimbing melaksanakan Rukun Islam (syari'ah), dalam hal spiritual (Iman & Ikhsan) menjadi salik Thariqah Naqshbandi alHaqqani. Shaykh Hisham Kabbani aktif memberikan ceramah, dan hadir di banyak konferensi dalam usaha perjalanan dakwah beliau selama ini. Tempat-tempat yang banyak beliau kunjungi adalah Universitas dengan melaksanakan diskusi ilmiah Islam atau dialog interfaith, misalnya di UC Berkeley, McGill University, UCLA, University of
Stanford, Harvard, University of Toronto, Howard University, University of Montreal, Universityof Chicago, SUNY, UC San Diego, dan lain sebagainya.
Sampai tahun 1998 telah banyak pusat-pusat Suluk/ zawiyyah (retreat centers) didirikan di Amerika, misalnya di California (L.A, San Fransisco, San Jose, Hollywood, Beverly Hills, Los Altos, Oakland), Toronto, New York, Michigan, dan Washington, D.C. Pusat-pusat dakwah, mushola, dan zawiyyah didirikan di lokasi-Iokasi yang beliau rasakan diperlukannya proses dakwah spiritual Islam secara kontinu dan terbimbing. Hingga saat ini tumbuh pusat-pusat Sufisme diseluruh kota di Amerika Utara, Amerika Serikat dan Amerika Selatan.
Tak ada satupun negara di Eropa yang tidak memiliki perwakilan Naqshbandi Haqqani. Rusia, Jepang, Malaysia, Singapore, Indonesia akan selalu dapat ditemui murid Naqshabdni Haqqani hingga ke Australia dan Afrika.  Silahkan akses www.mevlanasufi.blogspot.com untuk mengetahui Cabang Naqshbandi Haqqani diseluruh dunia berikut Portal Sufi yang dapat diakses sesuai bahasa setempat.
Beberapa posisi yang beliau duduki saat ini di Amerika antara lain :
1. President Islamic Supreme Council of America
2. The Muslim Magazine, President
3. As Sunnah Foundation of America, Chairman
4. Unity One, sebuah organisasi ditujukan untuk
   perdamaian antar gank di Amerika, Advisor
5. Human Rights Council, USA, Advisor
6. American Islamic Association of Mental Health    Providers, Advisor
7. Office of Religious Persecution, U.S Department of  State, Advisor
Beberapa publikasi yang telah beredar secara Internasional antara lain :
1. Naqshbandi Sufi Way - The Story of The Golden Chain
2. Angles Unveiled
3. Pearls & Coral, Volume I & II
4. Encyclopedia of Islamic Doctrine and Beliefs (7
   volumes, 1,500 pages)
5. The Permissibility of Mawlid
6. 'Salafi' Unveiled, (www,mevlanasufi.blogspot.com)
7. Approach of Armageddon ( www,naqshbandi.org)
April tahun 1997 beliau untuk pertama kalinya mengunjungi Indonesia. Kunjungan ke-dua dan 'ke-tiga dilaksanakan pada tahun 1998 dan 2000. Alhamdulillah wa syukrillah, perjalanan dakwah beliau di Indonesia berjalan dengan baik dan mulus ditandai dengan didirikannya Zawiyyah Naqshbandi Haqqani pertama kalinya di wilayah Kampung Melayu, Jakarta beberapa tempat tersebar untuk diadakannya zikir
khatam kwajagan dua kali seminggu seiring bertambahnya jama'ah dan murid beliau.
Yayasan Haqqani Indonesia telah didirikan sejak tahun 2000 sebagai cabang Haqqani Foundation International yang sudah tersebar di beberapa negara. Yayasan mempunyai fungsi sebagai payung kegiatan yang bersifat spiritual dan non-spiritual. Sampai saat ini murid beliau tersebar di Bandung, Jakarta, Cililin, Nagrek, dan Pekalongan. Puluhan ribu santri beserta para pimpinan Pondok Pesantren di Cililin (AI-Bidayah), Nagrek/Cicalengka (AI Falah), dan Wonopringgo, Pekalongan (At Taufiqy) menyerahkan bai'at Thariqah Naqshbandi al-Haqqani kepada beliau, atas nama Shaykh Muhammad Nazim Adil Haqqani An-Naqshbandi.

Sabtu, 13 Juli 2013

Puasa dan Qanaah

MANUSIA salah satu makhluk Allah SWT yang memiliki nafsu ganda, yaitu nafsu baik dan jahat. Sifat yang muncul pada diri manusia tergantung nafsu mana yang dapat memenangi pertarungan dalam diri manusia itu sendiri.
Namun tidak dapat dimungkiri bahwa kecendrungan manusia memunculkan nafsu jahatnya yang lebih besar (QS Yusuf: 53) sungguhpun kadang nafsu jahat ini memerlukan biaya yang tak murah dan tenaga yang tak sedikit.
Salah satu nafsu jahat manusia yang sering muncul adalah rakus dan tamak. Manusia memiliki sifat tak pernah puas terhadap apa yang telah ia capai. Rasulullah saw bersabda, "Kalau anak Adam (manusia) telah mempunyai harta sepenuh dua lembah, niscaya dia masih mencari lembah yang ketiga. Tiada yang memenuhi perut anak Adam selain tanah, Allah menerima taubat sesiapa yang bertaubat." (HR Muslim)
Manusia sifatnya rakus, maunya tambah terus dan tak puas terhadap apa yang telah dicapainya. Makanya dalam kehidupan sehari-hari, manusia tak cukup dengan satu kendaraan. Sudah memiliki satu kendaraan maunya tambah lagi sehingga macet di mana-mana.
Manusia selalu takut akan kekurangan dan takut hidupnya menderita. Maka, manusia senang menumpuk-numpuk harta sampai lalai kewajiban terhadap Tuhannya (QS Al-Takatsur: 1). Memang tak mudah mengendalikan nafsu serakah manusia karena memang watak ini sudah melekat erat pada diri manusia.
Demi tuntutan nafsunya, banyak orang mengabaikan bagaimana cara mendapatkan hartanya, halal haram tak lagi jadi pertimbangan. Karena itu, korupsi merajalela, penipuan di mana-mana, pencurian, penjambretan terjadi di mana-mana.
Manusia demi kepuasan nafsunya tidak lagi takut kepada hisab di hari akhirat nanti. Padahal, semua perbuatan manusia dalam perburuannya untuk memuaskan nafsunya nanti akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah swt.
Allah swt berfirman, "Sesungguhnya kepada Kami-lah kembali mereka, kemudian sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka." (QS Al-Ghasyiah: 25-26)
Dengan datangnya bulan Ramadan, manusia (khususnya umat muslim) diperintahkan berpuasa. Puasa yang secara bahasa diartikan dengan menahan (al-imsak) dan secara terminologi menjauhkan diri sepenuhnya dari makanan, minuman, hubungan intim, dan segala hal yang dapat membatalkan puasa, mulai fajar sampai matahari terbenam, merupakan ibadah yang bertujuan mengendalikan nafsu jahat manusia.
Dengan puasa, manusia disuruh belajar menahan "suatu perbuatan" yang selama ini menjadi kegemaran, bahkan kebutuhan dasar manusia, yakni makan, minum, hubungan seksual, dan lain- lain.
Puasa melatih manusia tidak serakah. Puasa melatih manusia mengontrol nafsunya untuk tidak melakukan perbuatan yang pada hari-hari tidak berpuasa diperbolehkan. Karena itu,puasa akan menghasilkan manusia-manusia yang terlatih nafsunya dalam menghadapi kemewahan dunia, yaitu insan bertakwa (QS Al-Baqarah: 183).
Puasa melatih manusia untuk bersabar (syahr al-shabr) dalam menghadapi godaan megahnya dunia. Batapapun nafsu sangat menginginkannya, jikalau perbuatan itu maksiat, atau mencapainya harus dengan kemaksiatan, manusia yang telah terlatih dengan puasa akan mampu menahannya.
Berbeda dengan orang yang tak terlatih dengan puasa, atau puasa tapi puasanya tak benar, nafsunya tidak memiliki kendali sehingga ia tak mampu menahan godaan-godaan kemaksiatan yang ada di depannya.
Karena itu, Rasulullah saw menyebut puasa itu sebagai perisai (al-shaumu junnatun). Sebab, dengan puasa, manusia mampu menangkis berbagai hal yang akan menjerumuskan dalam keserakahan.
Puasa mengembalikan sifat-sifat serakah manusia kepada sifat mau menerima dengan apa yang diberikan Allah swt kepadanya (qanaah). Orang yang berpuasa dididik melihat dan merasakan kehidupan orang-orang yang lebih susah darinya dan dididik tidak selalu melihat orang yang nasibnya lebih baik darinya.
Karena itu, orang yang berpuasa akan menyadari bahwa nikmat Allah swt yang diberikan kepadanya masih jauh lebih baik dibanding yang diberikan kepada orang lain. Jika orang selalu melihat nasib orang yang lebih baik, ia tidak pernah bersyukur dan tak pernah puas terhadap apa yang telah ia perolehnya.
Di sinilah puasa mendidik manusia untuk selalu memiliki kesadaran bahwa kekayaan tidak selalu identik dengan harta atau glamoritasnya dunia. Tapi, kekayaan letaknya dalam hati. Sejauh mana ia dapat mensyukuri nikmat Ilahi Rabbi, maka di situlah ia menemukan kecukupan hidupnya.
Rasulullah saw telah mengingatkan kita dalam sabdanya, "Kekayaan (yang hakiki) bukanlah dengan banyaknya harta. Namun, kekayaan (yang hakiki) adalah hati yang selalu merasa cukup." (HR Bukhari dan Muslim)
Puasa mendidik manusia agar menjadi orang-orang yang merasa cukup dengan pemberian dari Allah swt. (*)


Oleh :
HM Cholil Nafis Lc PhD
Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail PBNU
Sekretaris Pengkajian MUI

Selasa, 09 Juli 2013

Pengertian Puasa dan Puasa Ramadhan

Pengertian Puasa dan Puasa Ramadhan

Kata puasa dalam bahasa Arab adalah “Shiyam atau shaum”, keduanya merupakan bentuk masdar, yang bermakna menahan.

Sedangkan secara istilah fiqh berarti menahan diri sepanjang hari dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari dengan niat tertentu, menahan dari segala sesuatu yang menyebabkan batalnya puasa bagi orang islam yang berakal, sehat, dan suci dari haid dan nifas bagi seorang muslimah.
Puasa ramadhan hukumnya wajib untuk semua muslim yang memenuhi syarat untuk melakukannya. Kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan berdasarkan nash al-Qur’an yang sifatnya qot’i dalam kajian ilmu fiqh.
ﻳَﺎﺍَﻳُّﻬَﺎﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺍَﻣَﻨُﻮْﺍ ﻛُﺘِﺐَ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢُ ﺍﻟﺼِّﻴَﺎﻡُ ﻛَﻤَﺎ ﻛُﺘِﺐَ ﻋَﻠَﻰ
ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﻣِﻦْ ﻗَﺒْﻠِﻜُﻢْ ﻟَﻌَﻠَّﻜُﻢْ ﺗَﺘَّﻘُﻮْﻥَ ...
Hai orang-orang yang beriman diwajibkan bagimu ibadah puasa,sebagaimana diwajibkan bagi orang-orang sebelum kalian, agar kalian menjadi orang-orang yang bertaqwa...(QS. al- Baqarah, 2: 183)
ﺷَﻬْﺮُ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ ﺍﻟَّﺬِﻯ ﺍَﻧْﺰَﻝَ ﻓِﻴْﻪِ ﺍﻟْﻘُﺮْﺍَﻥُ ﻫُﺪًﻯ ﻟﻠِّﻨَّﺎﺱِ
ﻭَﺑَﻴِﻨَﺖٍ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻬُﺪَﻯ ﻭَﺍﻟْﻔُﺮْﻗَﺎﻥِ ﻓَﻤَﻦْ ﺷَﻬِﺪَ ﻣِﻨْﻜُﻢُ ﺍﻟﺸَّﻬْﺮَ
ﻓَﻠْﻴَﺼُﻤْﻪُ ...
Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan- penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu,..(QS. al-Baqarah, 2:185)

( Penulis: KH. Syaifullah Amin/Red: Ulil H)

Senin, 01 Juli 2013

Hikmah dan Cara Dzikir La Ilaha Illallah

Hikmah dan Cara Dzikir La Ilaha Illallah

Salah satu dzikir yang paling utama adalah kalimat La ilaha Illallah/ ﻻﺇﻟﻪ ﺇﻻﺍﻟﻠﻪ yang artinya tiada Tuhan yang pantas disembah kecuali Allah swt.

Begitulah pesan Rasulullah saw kepada Sayyidina Ali Karramallahu Wajahah, ketika beliau secara pribadi memohon agar diberikan dzikir khusus yang lebih berat dari dunia seisinya, dan lebih mudah mendekatkan diri kepada Allah swt. Maka Rasulullah saw pun menjawab,”Jangan begitu Saudaraku Ali, bahwa ucapan yang paling utama yang aku ucapkan dan juga diucapkan nabi-nabi sebelumku adalah La ilaha Illallah ”ﺃﻓﻀﻞ ﻣﺎﻗﻠﺖ ﺃﻧﺎ ﻭﺍﻟﻨﺒﻴﻮﻥ ﻣﻦ ﻗﺒﻠﻲ ﻻﺇﻟﻪ ﺇﻻﺍﻟﻠﻪ Demikianlah Rasulullah saw memberikan ijazah dzikir ﻻﺇﻟﻪ ﺇﻻﺍﻟﻠﻪ kepada sayyidina Ali yang kemudian diturunkan kepada para sahabat, tabi’in dan tabiut tabi’in hingga kepada kita semua.

Karena sesungguhnya kalimat ﻻﺇﻟﻪ ﺇﻻﺍﻟﻠﻪ menyimpan berbibu hikmah bahkan juga dunia seisinya. Dalam salah satu hadits riwayat sahabat Anas disebutkan ﻣَﻦْ ﻗَﺎﻝَ ﻻ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻭَﻣَﺪَّﻫَﺎ ﻫُﺪِﻣَﺖْ ﻟَﻪُ ﺃَﺭْﺑَﻌَﺔُ ﺁﻻﻑِ ﺫَﻧْﺐٍ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻜَﺒَﺎﺋِﺮِ “ Sesungguhnya barang siapa membaca kalimat Tauhid ﻵ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠﻪُ dan memanjangkannya, maka baginya akan dihapus empat ribu macam dosa besar”. Pada saat itu para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, lalu bagaimana apabila satupun dia tidak memiliki dosa besar ?”, Rasulullah menjawab ; “Maka yang dihapuskan empat ribu macam dosa besar adalah keluarga dan para tetangganya”.

Diantara ajaran para ulama ketika membaca panjang kalimat Tauhid, adalah memanjangkan kata LA sambil kepala berpaling ke sebelah kanan dan hati menghayati artinya yaitu “tidak ada”. Dan Ketika melafalkan ILAHA sambil kepala bergerak ke bagian tengah dan hati menghayati artinya yaitu “Tuhan yang wajib disembah”.

Kemudian ktika melafalkan ILLALLAH sambil kepala berpaling kesebalah kiri dan hati menghayati artinya yaitu “melainkan Allah”. Dan yang penting diperhatikan juga adalah menyambung kalimat tauhid tersebut dengan kalimat ﻣُﺤَﻤَّﺪُ ﺭَﺳُﻮْﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ di dalam hati serta menghayati artinya yaitu “Muhammad adalah utusan Allah”. Hal ini untuk membedakan cara membaca kalimat Tauhid umat Rasulullah Muhammad saw dengan umat terdahulu.

Sebenarnya berdzikir dengan kalimat tauhid ini tidak hanya dianjurkan kepada umat Muhammad saw saja, tetapi juga umat para nabi terdahulu. Sebuah cerita menggambarkan hal ini diriwayatkan dari Wahab bin Manbah. ﻋﻦ ﻭﻫﺐ ﺑﻦ ﻣﻨﺒﻪ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻗﺎﻝ ﻗﺮﺃﺕ ﻓﻲ ﺁﺧﺮ ﺯﺑﻮﺭ ﺩﺍﻭﺩ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭﺍﻟﺴﻼﻡ ﺛﻼﺛﻴﻦ ﺳﻄﺮﺍ ﻳﺎ ﺩﺍﻭﺩ ﻫﻞ ﺗﺪﺭﻯ ﺃﻱ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ﺃﺣﺐ ﺇﻟﻰ ﺃﻥ ﺃﻃﻴﻞ ﺣﻴﺎﺗﻪ ﺍﻟﺬﻱ ﺇﺫﺍ ﻗﺎﻝ ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻗﺸﻌﺮ ﺟﻠﺪﻩ ﻭﺇﻧﻲ ﺃﻛﺮﻩ ﻟﺬﻟﻚ ﺍﻟﻤﻮﺕ ﻛﻤﺎ ﺗﻜﺮﻩ ﺍﻟﻮﺍﻟﺪﺓ ﻟﻮﻟﺪﻫﺎ ﻭﻻﺑﺪ ﻟﻪ ﻣﻨﻪ ﺍﻧﻰ ﺃﺭﻳﺪ ﺍﻥ ﺃﺳﺮﻩ ﻓﻲ ﺩﺍﺭ ﺳﻮﻯ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﺪﺍﺭ ﻓﺎﻥ ﻧﻌﻴﻤﻬﺎ ﺑﻼﺀ ﻭﺭﺧﺎﺀﻫﺎ ﺷﺪﺓ ﻓﻴﻬﺎ ﻋﺪﻭﻻ ﻳﺄﻟﻮﻫﻢ ﺧﺒﺎﻻ ﻳﺠﺮﻯ ﻣﻨﻬﻢ ﻣﺠﺮﻯ ﺍﻟﺪﻡ ﻣﻦ ﺃﺟﻞ ﺫﻟﻚ ﻋﺠﻠﺖ ﺃﻭﻟﻴﺎﺋﻲ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺠﻨﺔ ﻟﻮﻻ ﺫﻟﻚ ﻟﻤﺎ ﻣﺎﺕ ﺃﺩﻡ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺴﻼﻡ ﻭﻭﻟﺪﻩ ﺣﺘﻰ ﻳﻨﻔﺦ Diriwayatkan dari Wahab bin Manbah bahwa dia pernah berkata “aku telah membaca tiga puluh baris terakhir dari kitab zaburnya Nabi Daud as. (di dalamnya diterangkan) Allah berfirman kepada Nabi Daud “apakah kau tahu orang mukmin yang paling aku inginkan untuk ku panjangkan umurnya?” Nabi Dawud menjawab “tidak tahu”. Kemudian Allah menjelaskan “yaitu orang mu’min yang jika membaca kalimat tauhid akan merinding bulu-bulanya. Dan aku sangat membenci (tidak ingnkan) orang mu’min seperti itu lekas mati, seperti orang tua yang tidak rela anaknya mati.

Sesungguhnya aku ingin sekali menyenangkannya di rumah yang bukan rumah ini (fana = dunia). Karena kenikmatan di dunia ini merupakan cobaan, dan kemewahan-kemewahan itu hanyalah kesengsaraan. Di samping itu di dunia banyak musuh yang mondar-mandir terus mengalir menyelebunginya seperti aliran darah yang mengajak pada kerusakan. Oleh karena itu aku segerakan mereka para kekasihku (mati lalu) masuk ke surgaku. Andaikata tidak demikian, niscaya tidak akan mati Nabi adam dan anak cucunya hingga ditiupnya sangka kala. Demikianlah posisi pentingnya kalimat tauhid ﻵ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠﻪُ bagi seorang mu’min, ia tidak sekedar sebagai kalimat pengakuan keesaan Allah swt, akan tetapi juga sebagai kunci menuju kesuksesan hidup di akhirat nanti. Sebagaimana janji Allah yang dijelaskan kepada Nabi Dawud as. Karena itulah dikatakan ﻣﻔﺘﺎﺡ ﺍﻟﺠﻨﺔ ﻵ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠﻪُ bahwa pintu surga adalah la ilaha illallah.