Pengikut

Rabu, 08 Agustus 2012

Bigrafi singkat Syaikhona Kholil Bangkalan

Bigrafi singkat Syaikhona Kholil Bangkalan  Kiai Kholil lahir pada hari Selasa, 11 Jumadil Akhir 1235 H di Bangkalan Madura. Ayahnya
bernama Abdul Latif bin Kiai Harun bin Kiai Muharram bin Kiai Asrol Karomah bin Kiai
Abdullah bin Sayyid Sulaiman. Sayyid
Sulaiman ialah cucu Sunan Gunung Jati.
Oleh karena itu beliau sangat mengharap
dan mohon kepada Allah SWT agar anaknya
menjadi pemimpin umat serta
mendambakan anaknya mengikuti jejak
Sunan Gunung Jati.
Setelah tahun 1850 Kiai Kholil muda berguru
kepada Kiai Muhammad Nur di Pesantren
Langitan Tuban, kemudian untuk menambah
ilmu dan pengalaman beliau nyantri di
Pesantren Cangaan Bangil, Pasuruan. Dari
sini pindah lagi ke Pesantren Keboncandi
Pasuruan. Selama di Keboncandi beliau juga
berguru kepada Kiai Nur Hasan di Sidogiri,
Pasuruan. Selama di Keboncandi, beliau
mencukupi kebutuhan hidup dan belajarnya
sendiri dengan menjadi buruh batik, agar
tidak merepotkan orang tuanya, meskipun
ayahnya cukup mampu membiayainya.
Kemandirian Kiai Kholil nampak ketika beliau
berkeinginan belajar ke Makkah, beliau tidak
menyatakan niatnya kepada orang tuanya
apalagi minta biaya, tetapi beliau
memutuskan belajar di sebuah pesantren di
Banyuwangi. Selama nyantri di Banyuwangi
ini belaiau juga menjadi buruh pemetik
kelapa pada gurunya, dengan diberi upah
2,5 sen setiap pohon, upah ini selalu
ditabung.
Tahun 1859 ketika berusia 24 tahun Kiai
Kholil memutuskan untuk berangkat ke Makkah dengan biaya tabungannya, tetapi
sebelum berangkat oleh orang tuanya Kiai
Kholil dinikahkan dengan Nyai Asyik. Di Makkah beliau belajar pada syekh dari berbagai madzhab di Masjidil Haram, tetapi
beliau lebih banyak mengaji kepada syekh
yang bermadzhab Syafi'i.
Sepulang dari Tanah Suci, Kiai Kholil dikenal
sebagai ahli fiqih dan thoriqot yang hebat,
bahkan ia dapat memadukan kedua ilmu itu
dengan serasi dan beliau juga hafidz (hafal
Al-Quran 30 juz). Kiai Kholil kemudian
mendirikan pesantren di Desa Cengkebuan.
Setelah puterinya yang bernama Siti
Khotimah dinikahkan dengan keponakannya
sendiri Kiai Muntaha, pesantren di Desa
Cengkebuan itu diserahkan kepada
menantunya. Sedangkan Kiai Kholil sendiri
mendirikan pesantren di Desa Kademangan,
hampir di pusat kota sekitar 200 m sebelah
barat alun-alun Kota Bangkalan. Di
pesantren yang baru ini beliau cepat
memperoleh santri. Santri yang pertama dari
Jawa tercatat nama Hasyim Asy’ari dari Jombang.

Pada tahun 1924 di Surabaya ada sebuah kelompok diskusi yang bernama Tashwirul Afkar yang didirikan oleh seorang kiai muda Abduk Wahab Hasbullah. Dalam perkembangannya, ketika Kiai Wahab
Hasbullah beserta Kiai Hasyim Asy’ari
bermaksud mendirikan jam’iyah, Kiai Kholil memberikan restu dengan cara memberikan tongkat dan tasbih melalui Kiai As’ad
kepada Kiai Hasyim Asy’ari.
Pada tanggal 29 Romadlon 1343 H dalam usia 91 tahun, karena usia lanjut belaiu wafat. Hampir semua pesantren di Indonesia yang ada sekarang masih mempunyai sanad dengan pesantren Kiai Kholil.

Sumber: Pendidikan
Aswaja & Ke-NU-an

untuk SMP/MTs. PW LP Ma’arif Jawa Timur.


0 komentar:

Posting Komentar