Pengikut

Selasa, 23 Juli 2013

IMAM SYAFI'I DAN PARA SUFI

Oleh Ahmad Azmi

semoga dengan FAKTA ini, tidak ada lagi yang salah faham dengan maksud Imam Syafii yang termaktub dalam kitab Manaqib Al Imam as-Syafii karya Imam Baihaqi, beliau mencela itu hanya pada oknum sufi dan bukan sufi yang sesungguhnya. 

Di beberapa tempat, Imam As Syafi’i telah memberi penilaian terhadap para sufi. Yang sering dinukil dari perkataan beliau mengenai sufi bersumber dari Manaqib Al Imam As Syafi’i yang ditulis oleh Imam Al Baihaqi. 

Di dalam kitab itu, Imam As Syafi’i menyatakan, “Kalau seandainya seorang laki-laki mengamalkan tashawuf di awal siang, maka tidak tidak sampai kepadanya dhuhur kecuali ia menjadi hamqa (kekurangan akal).” (Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/207) 

Beliau juga menyatakan,”Aku tidak mengetahui seorang sufi yang berakal, kecuali ia seorang Muslim yang khawwas.” (Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/207) 

Beberapa pihak secara tergesa-gesa menyimpulkan dari perkataan di atas bahwa Imam As Syafi’i mencela seluruh penganut sufi. Padahal tidaklah demikian, Imam As Syafi’i hanya mencela mereka yang menisbatkan kepada tashawuf namun tidak benar-benar menjalankan ajarannya tersebut. 

Dalam hal ini, Imam Al Baihaqi menjelaskan,”Dan sesungguhnya yang dituju dengan perkataan itu adalah siapa yang masuk kepada ajaran sufi namun mencukupkan diri dengan sebutan daripada kandungannya, dan tulisan daripada hakikatnya, dan ia meninggalkan usaha dan membebankan kesusahannya kepada kaum Muslim, ia tidak perduli terhadap mereka serta tidak mengindahkan hak-hak mereka, dan tidak menyibukkan diri dengan ilmu dan ibadah, sebagaimana beliau sifatkan di kesempatan lain.” (Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/208) 

Jelas, dari penjelasan Imam Al Baihaqi di atas, yang dicela Imam As Syafi’i adalah para sufi yang hanya sebatas pengakuan dan tidak mengamalkan ajaran sufi yang sesungguhnya. 

Imam As Syafi’i juga menyatakan,”Seorang sufi tidak menjadi sufi hingga ada pada dirinya 4 perkara, malas, suka makan, suka tidur dan berlebih-lebihan.” (Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/207) 

Imam Al Baihaqi menjelaskan maksud perkataan Imam As Syafi’i tersebut,”Sesungguhnya yang beliau ingin cela adalah siapa dari mereka yang memiliki sifat ini. Adapun siapa yang bersih kesufiannya dengan benar-benar tawakkal kepada Allah Azza wa Jalla, dan menggunakan adab syari’ah dalam muamalahnya kepada Allah Azza wa Jalla dalam beribadah serta mummalah mereka dengan manusia dalam pergaulan, maka telah dikisahkan dari beliau (Imam As Syafi’i) bahwa beliau bergaul dengan mereka dan mengambil (ilmu) dari mereka. (Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/207) 

Kemudian Imam Al Baihaqi menyebutkan satu riwayat, bahwa Imam As Syafi’i pernah mengatakan,”Aku telah bersahabat dengan para sufi selama sepuluh tahun, aku tidak memperoleh dari mereka kecuali dua huruf ini,”Waktu adalah pedang” dan “Termasuk kemaksuman, engkau tidak mampu” (maknanya, sesungguhnya manusia lebih cenderung berbuat dosa, namun Allah menghalangi, maka manusia tidak mampu melakukannya, hingga terhindar dari maksiat). 

Jelas, bahwa Imam Al Baihaqi memahami bahwa Imam As Syafi’i mengambil manfaat dari para sufi tersebut. Dan beliau menilai bahwa Imam As Syafi’i mengeluarkan pernyataan di atas karena prilaku mereka yang mengatasnamakan sufi namun Imam As Syafi’i menyaksikan dari mereka hal yang membuat beliau tidak suka. (lihat, Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/207) 

Bahkan Ibnu Qayyim Al Jauziyah menilai bahwa pernyataan Imam As Syafi’i yang menyebutkan behwa beliau mengambil dari para sufi dua hal atau tiga hal dalam periwayatan yang lain, sebagai bentuk pujian beliau terhadap kaum ini,”Wahai, bagi dua kalimat yang betapa lebih bermanfaat dan lebih menyeluruh. Kedua hal itu menunjukkan tingginya himmahdan kesadaran siapa yang mengatakannya. Cukup di sini pujian As Syafi’i untuk kelompok tersebut sesuai dengan bobot perkataan mereka.” (lihat, Madarij As Salikin, 3/129) 

Imam As Syafi’i Memuji Ulama Sufi 

Bahkan di satu kesempatan, Imam As Syafi’I memuji salah satu ulama ahli qira’ah dari kalangan sufi. Ismail bin At Thayyan Ar Razi pernah menyatakan,”Aku tiba di Makkah dan bertemu dengan As Syafi’i. Ia mengatakan,’Apakah engkau tahu Musa Ar Razi? Tidak datang kepada kami dari arah timur yang lebih pandai tentang Al Qur`an darinya.’Maka aku berkata,’Wahai Abu Abdillah sebutkan ciri-cirinya’. Ia berkata,’Berumur 30 hingga 50 tahun datang dari Ar Ray’. Lalu ia menyebut cirri-cirinya, dan saya tahu bahwa yang dimaksud adalah Abu Imran As Shufi. Maka saya mengatakan,’Aku mengetahunya, ia adalah Abu Imran As Shufi. As Syafi’i mengatakan,’Dia adalah dia.’” (Adab As Syafi’i wa Manaqibuhu, hal. 164) 

Walhasil, Imam As Syafi’I disamping mencela sebagian penganut sufi beliau juga memberikan pujian kepada sufi lainnya. Dan Imam Al Baihaqi menilai bahwa celaan itu ditujukan kepada mereka yang menjadi sufi hanya dengan sebutan tidak mengamalkan ajaran sufi yang sesungguhnya dan Imam As Syafi’i juga berinteraksi dan mengambil manfaat dari kelompok ini. Sedangkan Ibnu Qayyim menilai bahwa Imam As Syafi’i juga memberikan pujian kepada para sufi. 

Dengan demikian, pernyataan yang menyebutkan bahwa Imam As Syafi’i membenci total para sufi tidak sesuai dengan data sejarah, juga tidak sesuai dengan pemahaman para ulama mu’tabar dalam memahami perkataan Imam As Syafi’i. 

Rujukan: 
1. Manaqib Al Imam As Syafi’i, karya Al Baihaqi, t. As Sayyid Ahmad Shaqr, cet.Dar At Turats Kairo, th.1390 H. 
2. Madarij As Salikin, karya Ibnu Qayyim Al Jauziyah, cet. Al Mathba’ah As Sunnah Al Muhamadiyah, th. 1375 H. 
3. Adab As Syafi’I wa Manaqibuhu, karya Ibnu Abi Hatim Ar Razi, cet. Dar Al Kutub Al Ilmiyah, th. 1424 H. 

Pokok-pokok Ilmu Tasawuf 
================ 

1. Ta'rif / had / definisi ilmu tasawuf (حده): 
هو علم يعرف به أحوال النفس و صفاتها الذميمة و الحميدة 

ِArtinya: "Ilmu yang mempelajari tentang bagaimana cara mengetahui tingkah-tingkahatau keadaan-keadaan(kondisi) nafsu dan sifat-sifatnya,baik sifat-sifat yang tercela maupun sifa-sifat yang terpuji". 

2. Objek atau sasaran ilmu tasawuf (موضوعه): 
هو النفس من حيث ما يعرض لها من الأحوال و الصفات 

Artinya: "Isi ilmu tasawuf adalah nafsu dari sesuatu yang muncul dari keadaan-keadaandan sifat-sifat manusia. 

3. Buah ilmu tasawuf (ثمرته): 
هو التوصل به الى تحلية القلب عن الأغيار و تحليته بمشاهدة الملك الغفار 

Artinya: "Buah mempelajari ilmu tasawuf adalah seseorang dapat menghiasi hatinya dengan melakukan amal-amal perbuatan yang bersifat terpuji, meninggalkan dari berbagai macam perubahan hati yang bersifat tercela dan dapat bermusyahadah (menyaksikan) Dzat Yang Maha Menguasai, Yang Maha Pengampun" (Allah swt). 

4. Hukum mempelajari ilmu tasawuf (حكمه): 
هو الوجوب العيني على كل مكلف, و ذلك لأنه كما يجب تعلم ما يصلح الظاهر , كذلك يجب تعلم ما يصلح الباطن 

Artinya: " Hukumnya wajib 'ain bagi setiap mukallaf (orang yang diperintah syara'). Kewajiban mempelajari ilmu tasawut tersebut harus segera dilaksanakan seperti hukumnya wajib mempelajari tentang sesuatu yang dapat memperbaiki anggota tubuh, baik anggota tubuh yang bersifat lahir, maupun anggota tubuh yang bersifat bathin". 

5. Keutamaan ilmu Tasawuf (فضله): 
هو فوقانه على سائر العلوم من جهة انه يوصل الى ما ذكر 

Artinya: " Keutamaan ilmu tasawuf dengan ilmu-ilmu lainnya adalah ilmu tasawuf berada di atas ilmu-ilmu selainnya dari segi bahwa ilmu tasawuf itu dapat menghantarkan seseorang yang mempelajarinya dapat menghiasi hatinya dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang terpuji dan dapat wushul atau sampai kepada Dzat Yang Maha Kuasa." 

6. Hubungan ilmu tasawuf dengan ilmu-ilmu lain (نسبته للعلزم): 
هي أنه أصل كل علم و ما سواه فرع , و نسبته للباطن كنسبة الفقه الى الظاهر

Artinya: "Hubungan ilmu tasawuf dengan ilmu-ilmu lainnya adalah ilmu tasawuf itu pokok dari setiap ilmu, sedangkan selainnya (ilmu tasawuf) adalah cabang. Dan hubungan ilmu tasawuf kepada sesuatu yang bersifat bathin (yang samar) seperti hubungan ilmu fiqih kepada sesuatu yang bersifat zhohir (yang tampak)." 

7. Tokoh-tokoh ilmu tasawuf (واضعوه): 
هم الأئمة الأعيان, العارفون بربهم المنان 

Artinya: "Imam-imam pada zamannya masing-masing (seperti Imam Junaedi, Imam Ghazali, dsb), yaitu orang-orang makrifat kepada Allah Yang Maha Pemberi Anugerah." 

8. Pengambilan ilmu tasawuf (استمداده): 
هو من كلام الله و كلام رسوله سيدنا ولد عدنان صلى الله عليه و سلم و ذوي اليقين و العرفان 

Artinya: "Ilmu Tasawuf diambil dari Kalamullah (Al-Qur'an) dan kalam Rasul-Nya (Hadits Nabi) Sayyidina putera 'Adnan saw, orang-orang yang ahli yaqin, dan orang-orang makrifat." 

9. Masalah-masalahilmu tasawuf (مسائله): 
هي قضاياه التى يبحث فيها عن عوارضه الذاتية كالفناء و البقاء و المراقبة و غير ذلك 

Artinya: "Masalah-masalah yang terkandung di dalam ilmu tasawuf adalah keterangan-keterangan yang membahas tentang esensi sesuatu yang muncul di dalam diri seseorang, seperti fana' (leburnya hati dengan Yang Maha Kuasa), baqa' (kekal), muraqabah (perasaan selalu diawasi Allah swt), dan sebagainya. 

ini sedikit tambahan 

Syekh Imam Ghazali sang Hujjatul Islam, juga tokoh sufi dunia, dalam an-Nusrah an-Nabawiahnya mengatakan bahwa mendalami dunia tasawuf itu penting sekali. Karena, selain Nabi, tidak ada satupun manusia yang bisa lepas dari penyakit hati seperti riya, dengki, hasud dll. Dan, dalam pandangannya, tasawuf lah yang bisa mengobati penyakit hati itu. Karena, tasawuf konsentrasi pada tiga hal dimana ketiga-tiganya sangat dianjurkan oleh al-Qur'an al-karim. 

Pertama, selalu melakukan kontrol diri, muraqabah (pendekatan pada Allah) dan muhasabah (introspeksi diri). 

Kedua, selalu berdzikir atau selalu mengingat Allah Ta'ala 

Ketiga, menanamkan sifat zuhud, cinta damai, jujur,sabar, syukur, tawakal, dermawan dan ikhlas. 

Melihat konsenstrasi bahasan tasawuf di atas, jelas sekali bahwa tasawuf adalah bagian dari Islam. Alhamdulillaah 

Syari'at Islam yang kita pelajari terangkum dalam ilmu Fiqh 
Rukun Iman yang kita yakini terangkum dalam ilmu Tauhid 
dan Konsep Ihsan dalam beribadah terangkum dalam ilmu Tasawuf 

jadi siapapun yang ingin SEMPURNA iman juga Islamnya, maka mari kita pelajari ilmu Fiqh, ilmu Tauhid dan Ilmu Tasawuf, sehingga amal ibadah yang kita laksanakan bisa baik, yang akhirnya bisa diterima oleh Allah Ta'ala 

tentunya belajar pada guru yang benar2 'alim dan 'amil, 
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya (terjemah QS. Qaaf ayat 16) 

Allah Maha Dekat, sehingga Allah tahu apapun yang terbersit di dalam hati kita, entah itu kesombongan, dengki atau iri hati 

sedang urat leher kita hanya tahu peredaran darah yg melewati urat tsb. dan urat leher tidak tahu apa2 yg terbersit dlm hati kita 

para sufi adalah kaum yang ikhlas dan tawakkal pada Allah, mereka mudah memaafkan cacian, fitnah juga hinaan, dan mereka juga tidak merasa hebat, lantaran dipuji atau banyak yang mendukungnya, karena para sufi faham dengan penuh keyakinan bahwa celaan, fitnah atau pujian serta dukungan manusia, tidak bisa membuat pengaruh akan pandangan Allah pada dirinya, yang diutamakan para sufi adalah ridlo Allah juga pandangan kasih sayang Allah, sehingga mereka pun selalu merasa damai, tenang dan bahagia karena mereka selalu dekat dengan Allah Ta'ala Alhamdulillaah 

para sufi adalah para waliyullah, jadi ana sarankan kepada saudara2 ana sesama muslim janganlah kalian mencela para sufi, karena sama saja dengan kalian menantang dan memusuhi Allah Ta'ala 

dan siapapun yang sudah dimusuhi Allah Ta'ala, maka kehidupannya pasti jauh dari ketenangan dan kebahagiaan...na'udzbubillaah min dzaalik.

8 komentar:

  1. Teori bagus tapi prakteknya sangat jauh...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Anda benar, sebagian, loginya, jika yang pegang teorinya saja anda anggap jauh dr prakteknya, lalu bagaimana yg tidak pegang teorinya. NOL BESAR.

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Hai,kawan itu jelas sudah perkataan al- Imam syafii : “Kalau seorang menganut ajaran tasawuf (tashawwuf) pada awal siang hari, tidak datang waktu zhuhur kepadanya melainkan engkau mendapatkan dia menjadi dungu“ jangan di pelintir-pelintirkan,Kebenaran Itu Amat Jelas Dan Terang.

    Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

    الْحَلَالُ بَيِّنٌ وَالْحَرَامُ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا أُمُوْرٌ مُشْتبِهَاتٌ

    “Sesungguhnya perkara halal itu sudah jelas dan perkara haram itu sudah jelas. Dan di antara keduanya ada perkara-perkara yang samar”. (Muttafaqun ‘alaih).

    BalasHapus
  4. Kebanyakan kita mengaku ikut Mazhab Syafi’i padahal masih jauh dari apa yang dipegang sendiri oleh Imam Syafi’i. Kalaulah benar kita pengikut Mazhab Syafi’i sejati pasti kita mengikuti pegangan beliau dari kitab-kitab asli beliau seperti Al Umm.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Imam syafi'i menggalakkan orang membaca Al Qur'an di kuburan...wahabi bilang baca Al Qur'an di kuburan itu syirik...jadi siapa yang nantang imam Syafi'i?

      Hapus