Pengikut

Minggu, 09 Agustus 2015

Ucapan "Sayidina" Pada acara Muktamar Muhammadiyah




Pada acara Muktamar Muhammadiyah di Makasar terjadi keanehan yang
membuat kita Isykal (penuh tanda tanya). Pasalnya mereka
memperdebatkan MC yang mengucapkan lafadz "SAYYIDINA MUHAMMAD", bahkan
beberapa tokoh saat diwawancarai jawabannya kurang memuaskan,
nampaknya mereka tidak terbiasa mengucapkan penghormatan pada Kanjeng
Nabi.
Saya ingin menjelaskan kebolehan mengucapkan lafadz "Sayyidina" pada
Nabi Muhammad SAW, berikut selengkapnya :
Pertama kita harus tau apa arti kalimat Sayyid, dijelaskan dalam kitab
"Ghoytsus Sahabah" karya Sayyidi Syeikh Muhammad Ba'atiyah hal. 39,
dijelaskan bahwa:
"Kata Sayyid jika dimaknai secara mutlak, maka yang dimaksud adalah
Allah. Akan tetapi jika dikehendaki makna lain maka bisa bermakna:
1. Orang yang diikuti di kaumnya.
2. Orang yang banyak pengikutnya.
3. Orang yang mulia di antara relasinya."
Sementara pada hal. 37 disebutkan:
"Orang yang memimpin selainnya dengan berbagai kegiatan dan
menunjukkan tinggi pangkatnya".
Sedangkan di dalam Kitab "Ghoyatul Muna" hal. 32, Sayyidi Syeikh
Muhammad Ba'atiyah menyebutkan: "Sayyid ialah orang yang memimpin
kaumnya / banyak pengikutnya."
Dan masih banyak lagi makna lainnya, dari sini kita mulai bisa
mengerti makna beberapa Hadits yang ada lafadz Sayyid, misalnya:
-ﺍﻧﻬﻤﺎ ﺳﻴﺪﺍ ﺷﺒﺎﺏ ﺍﻫﻞ ﺍﻟﺠﻨﺔ
"Hasan dan Husein adalah pemimpin pemuda Ahli Surga"
-ﺍﻧﺎ ﺳﻴﺪ ﻭﻟﺪ ﺍﺩﻡ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ ﻭﻻ ﻓﺨﺮ
"Aku adalah pemimpin anak adam pada hari kiamat"
-ﺍﻧﺎ ﺳﻴﺪ ﺍﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ
"Aku adalah pemimpin alam"
-ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲ ; ﻗﻮﻣﻮﺍ ﺍﻟﻰ ﺳﻴﺪﻛﻢ
Pada hadits ini Khottobi berkomentar tidak apa-apa mengatakan Sayyid
untuk memuliakan seseorang, akan tetapi makruh jika dikatakan pada
orang tercela.
Sementara dalam Kitab Al-Adzkar karya Imam An-Nawawi dalam catatan
kaki halaman 4 nomer 2, dikatakan bahwa: "Memutlakkan kata Sayyid pada
selain Allah itu boleh".
Dalam kitab Roddul Mukhtar diterangkan: "Disunnahkan mengucapkan
Sayyid karna Ziyadah Ikhbar Waqi' itu menunjukkan tatakrama dan itu
lebih baik dari meninggalkannya".
Lalu selanjutnya jika mereka para Muktamirin bertendensi dengan dua
hadits yaitu:
1. ﻻ ﺗﺴﻴﺪﻭﻧﻲ ﻓﻲ ﺍﻟﺼﻼﺓ
2. ﺍﻧﻤﺎ ﺍﻟﺴﻴﺪ ﺍﻟﻠﻪ
Maka saya akan menjawab dari kitab "Ghoyatul Muna" karya Sayyidi
Syeikh Muhammad Ba'atiyah dijelaskan pada hal. 32:
"Adapun hadits yang mengatakan "Jangan kau men-sayyid-kan aku dalam
Shalat", Hadits ini adalah Hadits yang tidak sah matan dan sanadnya,
adapun matannya gugur menurut Ahli Hadits, sementara matannya lafadz
ﺗﺴﻴﺪﻧﻲ itu tidak benar secara Nahwu karena yang benar lafadznya ﻻ
ﺗﺴﻮﺩﻭﻧﻲ sedangkan Rasulullah SAW adalah paling fasihnya orang orang
Arab."
Sementara dalam Kitab "Maqosid Hasanah" hal. 463 dikatakan:
"Hadits ini merupakan Hadits Maudlu' (palsu), itu tanggapan Al-Hafidz
As-Sakhowi bahwa hadits ini tidak ada asal usulnya. Dan salah dalam
lafadznya."
Sementara Hadits yang kedua akan saya jawab dari kitab "Zadul Labib"
karya Sayyidi Syeikh Muhammad Ba'atiyah juz. 1 hal. 9:
"Adapun Hadits yang diriwayatkan dari Abu Dawud dan Ahmad dari Hadits
Nabi SAW ﺍﻧﻤﺎ ﺍﻟﺴﻴﺪ ﺍﻟﻠﻪ yang dimaksud Siyadah disini adalah Siyadah
secara mutlak, maka fahamilah dan diteliti betul".
Jika anda masih mempertanyakan mengapa dalam Shalawat Ibrahimiyah pada
Tahiyyat ditambah Sayyidina dan pada Tasyahhud tidak ada Sayyidina?
Saya jawab: Mengatakan Sayyidina ini bertujuan memuliakan beliau. Dan
perlu diingat memuliakan dan tatakrama itu lebih baik dari pada
mengikuti perintah seperti Sayyidina Ali yang enggan menghapus kalimat
"Rasulullah" dan berkata: "Aku tak akan menghapusmu selamanya".
Pada saat itu Rasulullah tidak menyalahkan Sayyidina Ali. Begitu juga
Hadits Dlohhak dati Ibnu Abbas, bahwa dulu orang menyebut "Ya
Muhammad", "Ya Abal Qosim", lalu Allah melarang demi memuliakan
beliau.
Sementara jika yang anda permasalahkan dari ayatالله الصمد ; اي بمعنى
سيد maka jawaban saya dari Kitab "Ibanatul Ahkam" juz 1 hal. 346:
"Bahwa kalimat Sayyid itu memiliki dua makna: Yang pertama tiada
satupun yang mengungguli, dialah yang dituju manusia dalam segala
hajat dan keinginan mereka.Sementara makna kedua yaitu yg tidak
memiliki pencernaan yang mana ia tidak makan dan tidak minum".
Sementara dalam Syahadat, Ulama dalam memberikan penghormatan beragam
dan jika tidak ada kata Sayyid-nya pastilah ada kata pujian lain pada
kata sebelum dan sesudahnya, itu terbukti setelah kata Muhammad dalam
Syahadat ada kata pemuluaannya yaitu gelar "Utusan Allah", disanding
dengan lafadz Allah yang sekaligus pencipta alam semesta. Bukankah
Allah tidak akan menyandingkan namanya kecuali dengan kekasihnya?
Dalam Kaidah Fiqih sangat mashur sekali "مراعة الأدب خير من الإتباع".
"Menjaga tatakrama lebih utama dari ittiba' (melaksanakan perintah)".
Sekian dari kami dan kami mohon maaf sebelumnya.

Minggu, 02 Agustus 2015

Presiden Ini dengan Bangga Memakai Tasbih Sebagai Kalungnya

HEGEMONI
Dari kemarin banyak teman teman di SosMed yang meng elu elukan Presiden Turki Erdogan.
Saya disini mau posting Presiden Chechnya saja, biar beda.. heu heu... Beliau juga tak kalah menarik perhatian lho...
Beberapa hari yang lalu dan bahkan beberapa kali, beliau mengunjungi Kerajaan Saudi Arabia.
Yang membuat saya salut adalah, disaat bertemu dengan Putra Mahkota, Muhammad bin Salman, beliau berpakaian kayak bukan Presiden
Disaat berpakaian ihram, beliau tetap dengan PEDE nya tak menanggalkan kalung tasbih kesayangannya yang ada sesuatunya yang mirip "jimat"... Kalau rakyat biasa jangan coba2 tawaf dengan kalungan atau gelangan semisal itu.... kena NAHI mungkar lu !! 
Kemudian disaat beliau di ajak masuk ke Ka'bah, beliau milih berpakaian warna biru, yakni seragam milik pekerja kebersihan Masjidil Haram dan sekalian PEGANG SAPU... heu heu
Duuhh ajibb dah pokoknya
Dalam hal ini Presiden Turki kalah gan  beliau juga beberapa hari yang lalu berkunjung ke Saudi Arabia..... duhh resmi banget
Silahkan lihat gambar2nya berikut:
Peace !!
‪#‎IslamGarisTauhid‬ ‪#‎NoPencitraan #Islam
Laporan dari
Baba Naheel ID

Lihat fotonya di bawah :




Ramzan Akhmadovich Kadyrov, Presiden Republik Chechnya saat ini adalah seorang negarawan sejati yang senantiasa mengikuti Sunnah Nabi shollallohu ‘alaihi wa alihi wa shohbihi wa sallam. Usianya baru 38 tahun tetapi pemikirannya sangat brilian. Kurang dari 10 tahun beliau memimpin Chechnya menjadi negara dengan tingkat pembangunan yang membuat takjub dunia. Negara yang sebelumnya hancur porak-poranda karena perang kini disulap menjadi negeri yang indah, bersih dan rapih.

Ayahnya, Akhmad Kadyrov adalah seorang ulama sekaligus Mufti Pejuang Chechnya pada masa perang, yang kemudian dilantik menjadi Presiden Republik Chechnya yang pertama, dua masa jabatan sebelum beliau. Keluarga Kadyrov adalah keluarga yang disegani oleh masyarakat Chechnya dan pemerintah Rusia.

Diantara keistimewaannya Presiden Ramzan adalah lisan beliau tidak pernah berhenti membaca shalawat dan memerintahkan kepada segenap aparatur pemerintah dan warganya untuk melazimkan shalawat. Beliau juga mewajibkan polisi dan tentaranya untuk shalat Shubuh dan Isya berjamaah di masjid. Jika shalat Jum’at tiba, beliau akan shalat di shaf ketiga, tidak mau maju ke depan karena hormat kepada para Habaib dan Ulama yang mengisi shaf pertama dan kedua.

Oleh: Sayyidil Habib Sholeh bin Muhammad Al-Jufri Surakarta dengan beberapa tambahan/ FP Pesan Cinta Habib Ali Zainal Abidin Al-Jufri. Foto: Sayyidil Habib Ali Zainal Abidin Al-Jufri bersama Presiden Ramzan Akhmadovich Kadyrov.