Pengikut

Selasa, 10 Juli 2012

Do'a (doa) yang mustajab




Oleh : Ust. ZonJonggol


Doa mustajab
Firman Allah ta'ala yang artinya " Aku
mengabulkan permohonan orang yang
berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku,
maka hendaklah mereka itu memenuhi
(segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka
beriman kepada-Ku, agar mereka selalu
berada dalam kebenaran ” (QS Al Baqarah
[2]:186 )
Doa mustajab atau cepat terkabulkan adalah
doa mereka yang memenuhi perintahNya,
beriman kepadaNya dan selalu berada dalam
kebenaran maknanya adalah doa mustajab
atau cepat terkabulkan adalah doa kaum
muslim yang telah meraih maqom (derajat)
disisiNya
Kaum muslim yang telah meraih maqom
(derajat) disisiNya adalah kaum muslim
yang mendapatkan nikmat dari Allah ta'ala
sehingga selalu dalam jalan yang lurus atau
selalu berada dalam kebenaran
Firman Allah ta’ala yang artinya,
” …Sekiranya kalau bukan karena karunia
Allah dan rahmat-Nya, niscaya tidak ada
seorangpun dari kamu yang bersih (dari
perbuatan keji dan mungkar) selama-
lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa
saja yang dikehendaki… ” (QS An-Nuur:21)
“ Sesungguhnya Kami telah mensucikan
mereka dengan (menganugerahkan kepada
mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu
mengingatkan (manusia) kepada negeri
akhirat. Dan sesungguhnya mereka pada
sisi Kami benar-benar termasuk orang-
orang pilihan yang paling baik. ” (QS Shaad
[38]:46-47)
“ Sesungguhnya orang yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling taqwa di antara kamu ” (QS Al
Hujuraat [49]:13)
“ Tunjukilah kami jalan yang lurus , (yaitu)
jalan orang-orang yang telah Engkau beri
ni’mat kepada mereka ” (QS Al Fatihah
[1]:6-7)
“ Dan barangsiapa yang menta’ati Allah dan
Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama
dengan orang-orang yang dianugerahi
ni’mat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, para
shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid,
dan orang-orang sholeh. Dan mereka itulah
teman yang sebaik-baiknya .” (QS An Nisaa
[4]: 69)
Muslim yang terbaik bukan nabi yang
mendekatkan diri (taqarub) kepada Allah
sehingga meraih maqom disisiNya dan
menjadi kekasih Allah (wali Allah) adalah
shiddiqin, muslim yang membenarkan dan
menyaksikan Allah dengan hatinya (ain
bashiroh) atau muslim yang bermakrifat.
Bermacam-macam tingkatan shiddiqin
sebagaimana yang diuraikan dalam tulisan
pada http://
mutiarazuhud.wordpress.com/2011/01/14/2011/09/28/
maqom-wali-allah
Muslim yang bermakrifat atau muslim yang
menyaksikan Allah ta’ala dengan hati (ain
bashiroh) adalah muslim yang selalu
meyakini kehadiranNya, selalu sadar dan
ingat kepadaNya.
Imam Qusyairi mengatakan “ Asy-Syahid
untuk menunjukkan sesuatu yang hadir
dalam hati, yaitu sesuatu yang membuatnya
selalu sadar dan ingat, sehingga seakan-
akan pemilik hati tersebut senantiasa
melihat dan menyaksikan-Nya, sekalipun
Dia tidak tampak. Setiap apa yang membuat
ingatannya menguasai hati seseorang maka
dia adalah seorang syahid (penyaksi) ”
Jika belum dapat bermakrifat yakinlah
bahwa Allah Azza wa Jalla melihat kita.
Lalu dia bertanya lagi, ‘Wahai Rasulullah,
apakah ihsan itu? ‘ Beliau menjawab, ‘Kamu
takut (khasyyah) kepada Allah seakan-akan
kamu melihat-Nya (bermakrifat), maka jika
kamu tidak melihat-Nya (bermakrifat) maka
sesungguhnya Dia melihatmu. (HR Muslim
11)
Muslim yang ihsan atau muslim yang
sholeh adalah mereka yang takut kepada
Allah karena mereka selalu yakin diawasi
oleh Allah Azza wa Jalla atau mereka yang
selalu memandang Allah dengan hatinya
(ain bashiroh), setiap akan bersikap atau
berbuat sehingga mencegah dirinya dari
melakukan sesuatu yang dibenciNya ,
menghindari perbuatan maksiat,
menghindari perbuatan keji dan mungkar
hingga terbentuklah muslim yang
berakhlakul karimah.
Doa seorang Wali Allah pasti akan
dikabulkanNya
Dalam sebuah hadit qudsi, Rasulullah
bersabda " jika Aku sudah mencintainya,
maka Akulah pendengarannya yang ia
jadikan untuk mendengar, dan
pandangannya yang ia jadikan untuk
memandang, dan tangannya yang ia jadikan
untuk memukul, dan kakinya yang
dijadikannya untuk berjalan, jikalau ia
meminta-Ku, pasti Kuberi, dan jika meminta
perlindungan kepada-KU, pasti Ku-
lindungi" (HR Bukhari 6021)
Diantara Salafush Sholeh yang dikabarkan
oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
telah mencapai maqom (derajat) disisiNya
adalah Uwais ra. Beliau dari kalangan Tabi’in
Suatu hari Umar r.a. kedatangan rombongan
dari Yaman, lalu ia bertanya :
“ Adakah di antara kalian yang datang dari
suku Qarn?”.
Lalu seorang maju ke dapan menghadap
Umar. Orang tersebut saling bertatap
pandang sejenak dengan Umar. Umar pun
memperhatikannya dengan penuh selidik.
“ Siapa namamu?” tanya Umar.
“ Aku Uwais ”, jawabnya datar.
“ Apakah engkau hanya mempunyai seorang
Ibu yang masih hidup?, tanya Umar lagi.
“ Benar, Amirul Mu’minin ”, jawab Uwais
tegas.
Umar masih penasaran lalu bertanya kembali
“ Apakah engkau mempunyai bercak putih
sebesar uang dirham?” (maksudnya
penyakit kulit berwarna putih seperti panu
tapi tidak hilang) .
“ Benar, Amirul Mu’minin, dulu aku terkena
penyakit kulit “belang”, lalu aku berdo’a
kepada Allah agar disembuhkan.
Alhamdulillah, Allah memberiku
kesembuhan kecuali sebesar uang dirham di
dekat pusarku yang masih tersisa, itu untuk
mengingatkanku kepada Tuhanku”.
“ Mintakan aku ampunan kepada Allah ”.
Uwais terperanjat mendengar permintaan
Umar tersebut, sambil berkata dengan
penuh keheranan. “ Wahai Amirul Mu’minin,
engkau justru yang lebih behak memintakan
kami ampunan kepada Allah, bukankah
engkau sahabat Nabi?”
Lalu Umar berkata “ Aku pernah mendengar
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
berkata “Sesungguhnya sebaik-baik Tabiin
adalah seorang bernama Uwais, mempunyai
seorang ibu yang selalu dipatuhinya, pernah
sakit belang dan disembuhkan Allah kecuali
sebesar uang dinar di dekat pusarnya,
apabila ia bersumpah pasti dikabulkan
Allah. Bila kalian menemuinya mintalah
kepadanya agar ia memintakan ampunan
kepada Allah ”
Uwais lalu mendoa’kan Umar agar diberi
ampunan Allah. Lalu Uwais pun menghilang
dalam kerumunan rombongan dari Yaman
yang akan melanjutkan perjalanan ke Kufah.
(HR Ahmad)
Oleh karenanya agar doa mustajab dapat
berperantara (washilah) atau bertawassul
dengan orang-orang sholeh baik yang
masih hidup maupun yang sudah wafat.
Bagi ulama dari kalangan " orang-orang yang
membaca hadits " , mereka mengharamkan
bertawassul dengan kaum muslim yang
telah meraih maqom (derajat) disisiNya
yang telah wafat dan menganggapnya
sebagai penyembah kuburan dan
menjulukinya sebagai kuburiyyun. Silahkan
baca dalam halaman 28 pada http://
mutiarazuhud.files.wordpress.com/2012/03/
pemahaman-tauhid-maw.pdf
Ulama dari kalangan “orang-orang yang
membaca hadits” adalahi para ulama yang
mengaku-aku mengikuti atau menisbatkan
kepada Salafush Sholeh namun tidak
bertemu atau bertalaqqi (mengaji) dengan
Salafush Sholeh. Apa yang mereka katakan
sebagai pemahaman Salafush Sholeh adalah
ketika mereka membaca hadits, tentunya
ada sanad yang tersusun dari Tabi’ut
Tabi’in , Tabi’in dan Sahabat. Inilah yang
mereka katakan bahwa mereka telah
mengetahui pemahaman Salafush Sholeh.
Bukankah itu pemahaman mereka sendiri
terhadap hadits tersebut.
Mereka berijtihad dengan pendapatnya
terhadap hadits tersebut. Apa yang mereka
katakan tentang hadits tersebut, pada
hakikatnya adalah hasil ijtihad dan ra’yu
mereka sendiri. Sumbernya memang hadits
tersebut tapi apa yang mereka sampaikan
semata lahir dari kepala mereka sendiri.
Sayangnya mereka mengatakan kepada
orang banyak bahwa apa yang mereka
sampaikan adalah pemahaman Salafush
Sholeh.

0 komentar:

Posting Komentar