SIFAT AL-MUKHALAFAH LIL HAWADITSI:
ALLAH BERBEDA DENGAN MAKHLUK
oleh :
Thobary Syadzily
Dalam ilmu aqidah Ahlussunnah wal
Jama'ah, di anatara sifat yang wajib bagi
Allah SWT adalah sifat "Al-Mukhalafah lil
Hawaditsi". Artinya: Allah SWT berbeda
dengan makhluk, baik pada segi dzat-Nya,
sifat-sifat-Nya, maupun pekerjaan-
pekerjaan-Nya, sebagaimana diterangkan
dalam kitab "Tijan ad-Darari" karya Syeikh
Nawawi bin Umar Al-Bantani halaman 9-10,
cettakan "Darul Kutub al-Islamiyyah"
Kalibata Jakarta Selatan, yang artinya
sebagai berikut: Dan wajib bagi hak Allah
ta'ala bersifat Al-Mukhalafah lil Hawaditsi
(berbeda dengan sekalian makhluk). Adapun
berbeda dengan sekalian makhluk adalah
sebuah ungkapan tentang peniadaan
sesuatu yang berkaitan dengan jirim
(bentuk suatu benda, baik benda hidup
maupun benda mati), 'aradh (sifat makhluk),
keseluruhan (universal), bagian-bagian
(parsial), dan kelaziman-kelazimannya
(ketetapan-ketetapan yang tidak terlepas
darinya) dari Dzat Allah SWT. Kelaziman
kategori 'jirim' adalah menempati suatu
tempat. Kelaziman kategori 'aradh' tetap
pada dzat lain suatu benda. Kelaziman
kategori 'universal' adalah berukuran besar.
Kelaziman kategori 'parsial' adalah
berukuran kecil, dan lain sebagainya.
Adapun artinya sifat "Al-Mukhalafah lil
Hawaditsi" sebagaimana yang telah
diceritakan adalah bahwa Allah ta'ala tidak
sama dengan sekalian makhluk. Olehkarena
itu, apabila setan melontarkan kata-kata di
dalam hatimu, yaitu: Apabila Dia bukan jirim,
bukan 'aradh, bukan universal, dan bukan
parsial, maka apakah hakekat Dia? Jawablah
oleh engkau untuk menyanggah
perkataannya !: Tidak ada yang mengetahui
Allah kecuali Allah sendiri. Tidak ada
sesuatu pun yang dapat menyerupai-Nya.
Dia adalah Dzat Yang Maha Mendengar lagi
Maha Melihat. Dia bukanlah jisim (benda
atau materi) yang bisa digambarkan dan
bukan pula jauhar (benda atau materi
terkecil) yang dapat dibatasi dan
diperkirakan ukurannya. Dia tidak
mempunyai tangan, mata, telinga dan lain
sebagainya dari sifat-sifat sekalian
makhluk. Karena, Dia tidak menyerupai
jisim-jisim (bentu-bentuk suatu benda atau
materi), tidak di dalam ukurannya, tidak bisa
terbagi-bagi, dan jauhar (benda atau materi
terkecil) tidak dapat menempati-Nya. Dia
bukanlah 'Aradh (sifat makhluk), dan
'aradh-aradh tidak dapat menempati-Nya.
Begitupula, Dia tidak menyerupai sesuatu
yang maujud (pada makhluk), dan sesuatu
yang maujud /ada tidak dapat menyerupai-
Nya. Dia tidak bisa dibatas oleh ukuran. Dia
tidak bisa diliputi oleh sudut-sudut tempat
dan arah. Begitupula, Dia tidak bisa
dikelilingi oleh bumi dan langit. Meskipun
demikian, Dia lebih dekat kepada hamba-
Nya daripada urat-urat nadi. Dia Maha
Menyaksikan atas segala sesuatu.
Kedekatan-Nya tidak sama seperti
kedekatan bentuk-bentuk makhluk. Maha
Luhur Allah dari anggapan bahwa Dia
terlingkupi oleh tempat, sebagaimana ke-
Maha Suci-an Dia dari anggapan bahwa Dia
dapat dibatasi oleh zaman. Dia Maha Ada
sebelum zaman dan tempat diciptakan.
Adanya Dia sekarang sebagaimana adanya
Dia dahulu. Lawan dari sifat "Al-Mukhalafah
lil Hawaditsi" adalah Al-Mumatsalah lil
Hawaditsi (menyerupai makhluk). Adapun
dalilnya sifat "Al-Mukhalah lil Hawaditsi
adalah: Seandainya Allah tidak berbeda
dengan makhluk, maka Dia menyerupainya.
Namun, menyerupai makhluk itu adalah
sesuatu yang bathil. Karena, seandainya Dia
menyerupai makhluk, maka Dia bersifat baru
sepertinya halnya makhluk. Karena, semua
ketetapan suatu benda bagi salah satu dua
benda yang sama dapat memberikan
ketetapan bagi benda yang lainnya.
Akantetapi, Dia bersifat baru, itu merupakan
sesuatu yang mustahil.
0 komentar:
Posting Komentar