Pengikut

Senin, 25 Juni 2012

Hati - hati menilai hati seseorang !



Aurat adalah bagian tubuh manusia yang
diharamkan untuk dilihat dan dipegang. Dalam
Islam, aurat bagi wanita adalah seluruh
tubuhnya, kecuali kedua telapak tangan dan
muka. Jadi, bagi seorang muslimah, memakai
jilbab, sehingga auratnya tertutup, adalah
kewajiban.
Itulah yang dilakukan Neneng Sri Wahyuni.
Sebagai seorang muslimah, ia melaksanakan
kewajibannya.
Anehnya, tampilan Neneng yang sesuai syari’at
Islam itu mendapat tanggapan negatif dari
seorang tokoh ormas Islam, Munarman dari FPI.
Dia mempertanyakan jilbab yang dipakai
Neneng, apakah Neneng memang sudah sejak
lama berjilbab sebelum ditetapkan sebagai
tersangka oleh KPK. Tidak hanya
mempertanyakan, tapi juga protes, "Kami protes
sekaligus mempertanyakan. Setiap perempuan
yang berurusan dengan hukum, termasuk
Neneng, selalu terlihat berjilbab. Sebelumnya,
Apriyani, sopir maut yang ditangkap, juga pakai
jilbab begitu ditetapkan sebagai tersangka.
Padahal kesehariannya tidak pakai jilbab."
Munarman kemudian mengimbau kepada siapa
pun juga untuk tidak menggunakan pakaian
muslim hanya ketika berurusan dengan hukum.
Seolah-olah busana muslim yang dikenakan
hanya untuk menutupi kasus hukum yang
sedang dihadapi.
Bahkan Munarman menilainya sebagai
pelecehan. "Kalau memakainya sejak sebelum
berurusan dengan hukum, itu lain soal. Tapi
ketika datang ke penegak hukum, KPK misalnya,
tiba-tiba saja pakai busana muslim, ini
pelecehan namanya."
"Busana muslim seakan hanya untuk menutupi
kelakukannya. Padahal, belum tentu
kesehariannya memakai busana muslim. Atau
mungkin, yang memakai busana muslim itu baru
sadar setelah terkena kasus hukum?"
Ada empat poin yang saya garis bawahi dari
kata-kata Munarman. Pertama, Munarman
mempertanyakan apakah Neneng memang
sudah sejak lama berjilbab sebelum ditetapkan
sebagai tersangka oleh KPK.
Kalau toh benar sebelum ini Neneng belum
berbusana muslimah dan baru kali ini, yakni
setelah ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK,
ia memakai jilbab, apa salahnya? Bahkan itu
lebih baik daripada tampil dengan
memperlihatkan auratnya. Sungguh sayang,
seorang tokoh ormas Islam, yang seharusnya
mendukung orang yang berbusana muslimah,
malah mempertanyakannya.
Kedua, tidak hanya mempertanyakan, tapi
Munarman juga protes. Ini lebih aneh lagi.
Wong seorang wanita muslimah menerapkan
ajaran Islam dengan berbusana muslimah kok
diprotes, oleh tokoh ormas Islam lagi.
Ketiga, Munarman kemudian mengimbau
kepada siapa pun juga untuk tidak
menggunakan pakaian muslim hanya ketika
berurusan dengan hukum. Seolah-olah busana
muslim yang dikenakan hanya untuk menutupi
kasus hukum yang sedang dihadapi. Lha, dari
mana Munarman tahu isi hati Neneng.
Bagimana kalau Neneng benar-benar tulus
dalam berbusana musimah tersebut, bukan
sekadar untuk menutupi kasus yang ia hadapi?
Rasulullah SAW saja pernah menegur
sahabatnya yang membunuh musuh yang sudah
mengucapkan kalimah syahadat. Sahabat itu
beralasan bahwa ucapan kalimah syahadat itu
sekadar kedok untuk menyelamatkan diri.
Rasulullah lalu mengatakan bahwa urusan hati,
beriman atau tidak, itu bukan manusia yang
menilai, melainkan Allah SWT. Lha, ini hanya
seorang Munarman. Apa hak Anda untuk
menilai hati Neneng?
Keempat, Munarman menilainya sebagai
pelecehan. "Kalau memakainya sejak sebelum
berurusan dengan hukum, itu lain soal. Tapi
ketika datang ke penegak hukum, KPK misalnya,
tiba-tiba saja pakai busana muslim, ini
pelecehan namanya.” Kalau melaksanakan
ajaran agama, berjilbab, termasuk saat datang
ke penegak hukum, dianggap pelecehan, dan
kemudia si tersangka takut untuk berjilbab,
sehingga terjadi perbuatan dosa, yakni
memperlihatkan aurat, kemudian laki-laki yang
melihat aurat itu terdorong untuk melakukan
perbuatan dosa yang lain, dan seterusnya,
Munarman turut berdosa.
Status Neneng saat ini baru tersangka. Artinya,
masih ada kemungkinan bahwa ia tidak
bersalah.
Okelah, katakan Neneng bersalah. Tapi ia kan
seorang manusia, bukan setan, yang selamanya
berkubang dengan kesalahan. Sebagai manusia,
tentu ada sisi kebaikan juga dalam diri Neneng.
Dan, siapa tahu bahwa ia telah bertaubat atas
segala kesalahannya itu.
Seharusnya kita semua memberikan motivasi
yang baik kepada Neneng agar kooperatif
dengan penegak hukum. Membesarkan hatinya.
Bukannya mengkerdilkan dirinya dengan
berbagai kecurigaan, apalagi kecurigaan yang
bersifat keagamaan.
Memang, ada saja kemungkinan bahwa
berjilbabnya orang yang “bermasalah” dalam
rangka seperti yang didugakan Munarman di
atas. Atau menutupi wajahnya agar tidak dikenal
orang lain sehingga dia aman. Atau minimal
setelah menjadi tersangka menghindar publikasi
ketika dijepret kamera. Namun, mudah-
mudahan tidak demikian yang ada di benak
Neneng, juga para tersangka lain yang
berpakaian muslimah.
Atau, jika pun segala kecurigaan itu benar
adanya, mudah-mudahan tampilan mereka
yang Islami itu bisa membuat mereka berhati
Islami pula. Mudah-mudahan, semua itu
menjadi awal pertaubatan mereka.


source : alkisah

0 komentar:

Posting Komentar