Harumnya Bidadari Bumi: Biografi Wanita Salehah, Sabar, dan Tegar Sepanjang Sejarah
Penulis: Fuad Abdurrahman
Penerbit: Pustaka Hidayah, cetakan 1, Shafar 1433/Januari 2012, Bandung
Harga: 38.000
Suatu ketika, di malam hari, saat mengelilingi rumah-rumah penduduk, tiba-tiba Khalifah Umar bin Khaththab mendengar suara wanita, dari dalam salah satu rumah yang dilewatinya, tengah berkata kepada anak gadisnya, “Bagunlah, hai putriku. Sekarang sudah larut malam. Buka tutup susu itu dan campurkan air ke dalamnya agar kita mendapat banyak keuntungan.”
“Tidak, Ibu. Aku tidak sanggup melakukannya.”
“Janganlah engkau membantah apa yang aku katakan. Tidakkah engkau lihat bahwa kita senantiasa dirundung kemiskinan?”
“Aku tidak sanggup melakukannya, Ibu. Aku ingat pesan Khalifah Umar bin Khaththab,” gadis itu tetap pada pendiriannya.
“Apa perintahnya?”
“Khalifah berpesan kepada semua penjual susu agar tidak mencampur susu dengan air hanya untuk mendapatkan banyak keuntungan.”
Sang ibu itu membalas, “Tapi sekarang sudah tengah malam, putriku. Tak seorang pun melihat kita melakukan pencampuran susu dengan air ini.”
“Ibu, walaupun Khalifah dan para pembantunya tidak melihat kita di tengah malam yang gelap gulita seperti ini, tetap ada yang melihat kita.”
“Siapa lagi yang melihat kita di tengah malam buta begini?” tanya sang ibu.
Sang gadis menjelaskan, “Tuhannya Khalifah Umar bin Khaththab, Tuhan kita, Tuhan semesta alam. Tuhan tetap melihat kita walau di lubang semut di tengah malam pekat sekalipun. Ibu, demi Allah, aku tidak ingin menjadi golongan orang-orang yang hanya menaati perintah di tempat ramai dan durhaka di tempat sunyi.”
Sang ibu pun terdiam, tak berkata sepatah kata pun.
Beberapa hari setelah itu, Khalifah pun datang ke rumah gadis itu.
Betapa terkejut ibu sang gadis ketika Khalifah datang ke rumahnya. Apa kesalahannya? Bukankah ia telah urung untuk mencampurkan air ke dalam susu yang akan dijualnya? Dalam hatinya, sang ibu itu berdoa, “Ya Allah, lindungilah hamba-Mu ini dari fitnah manusia.”
Setelah mengucapkan salam, Khalifah pun berkata, “Wahai Ibu, bolehkah kami bertanya?”
“Tapi gerangan apakah yang membawa Khalifah datang ke gubuk kami yang hampir roboh ini?”
“Kedatangan kami ke sini adalah untuk meminang putri Ibu untuk menjadi istri salah satu putra kami, Ashim namanya,” kata Khalifah.
Betapa terkejut bercampur gembira sang ibu manakala mendengar jawaban yang dilontarkan Khalifah. Tak salah dengarkah ia bahwa anak gadisnya hendak dipinang oleh putra seorang khalifah. Jangankan berharap, mimpi pun tak pernah.
Melihat ibu sang gadis yang gugup dan bingung itu, Khalifah pun berkata, “Bagaimana pendapat Ibu?”
Dengan tergugup-gugup ibu itu menjawab, “Baik, akan kutanyakan dahulu kepada putriku. Kiranya Khalifah berkenan menunggu dahulu sebentar.”
Berapa lama kemudian sang ibu kembali dan berkata, “Aku tidak memperoleh jawaban darinya, wahai Khalifah. Tapi kulihat wajahnya berseri-seri.”
“Baiklah, Rasulullah SAW pernah bersabda, ‘Diamnya seorang gadis yang dipinang menunjukkan keridhaan hatinya’.”
Maka berlangsunglah pernikahan putri sang ibu itu dengan putra Khalifah Umar bin Khaththab.
Kisah penuh keteladanan ini adalah satu dari puluhan kisah indah tentang wanita-wanita yang berjiwa besar karena ketundukannya kepada Allah dan keluhuran pekertinya, dari buku ini. Keagungan akhlaq mereka menjadi teladan terindah sepanjang masa. MS
Pesan Segera!
Hubungi bagian Sirkulasi Majalah alKisah
Jalan Pramuka Raya No. 410, Jakarta 13120
Telp. 021-856. 2257/ 8590. 0947
Fax: 021-8590.0947
e-mail: redaksi_alkisah@yahoo.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar