Pengikut

Minggu, 12 Juli 2015

Khazanah Ramadhan Di Kota Seribu Wali


Oleh : Imam Abdullah El-Rashied
Mahasiswa Fakultas Ilmu Syariah di Imam Shafie College, Hadramaut - Yaman.


Tepat pada Ramadhan 1436 H / 2015, Alhamdulillah saya dan sebagian besar teman kuliah saya baik yang berasal dari Indonesia maupun Saudi mendapat kesempatan mengisi waktu libur Kuliah di Kota Tarim, Kota yang terkenal dengan Kota Seribu Wali. Tak lain karena dari Kota ini terlahir ribuan Wali, bahkan tercatat di Pemakaman Zanbal, Furaith dan Akdar telah terpendam 10.000 jasad Wali dan 80 Wali Qutub (Puncak derajat kewaliaan/Pimpinan Para Wali).
Luas Kota Tarim tak ubahnya luas satu Kecamatan yang ada di Indonesia. Walaupun terbilang sangat kecil, Kota ini setidaknya memiliki sekitar 367 Masjid. Jarak dari Masjid ke Masjid hanya beberapa puluh meter saja bahkan ada yang cuma 5 M bahkan ada pula yang berdempetan satu sama lain. Jadi, kalau dalam satu hari kita Salat di satu Masjid, maka selama satu tahun penuh kita akan Salat di Masjid yang berbeda-beda dengan sajian Arsitektur yang berbeda pula.
Nah, menjelang memasuki Bulan Suci Ramadhan, warga Tarim kerap mengadakan Pengajian untuk Tarhib/menyambut kedatangan Tamu Agung yaitu Bulan Ramadhan. Ketika sudah memasuki Ramadhan maka keadaan di Tarim secara khusus dan Yaman secara umum berubah 180°, di mana siang menjadi malam dan malam menjadi siang. Di mana aktifitas jual-beli dan transaksi lainnya biasa dilaksanakan pada malam hari sampai menjelang terbitnya Fajar. Pasar dan Aneka Toko, baik Toko Sembako, Sandang dan Papan, Buku dll semuanya buka di malam hari, hanya sedikit saja yang bisa kita jumpai di siang hari khususnya selepas Salat Shubuh sampai Dzuhur karena pada waktu ini adalah waktunya orang-orang beristirahat (tidur) tak terkecuali kami para Pelajar dari Indonesia yang turut menjadi bagian dari Keluarga Besar Masyarakat Kota Tarim.
Ada hal yang membedakan Kota Tarim dengan semua Kota Islam yang ada di belahan Bumi manapun. Kota dengan jumlah Masjid terbanyak ini (jika ditinjau dari Luas Daerah dan kepadatan penduduk serta bangunannya) tak seperti Kota lainnya dalam hal pelaksanaan Salat Tarawih. Biasanya, pelaksanaan Salat Tarawih itu dilaksanakan secara serentak sekitar pkl. 19.30 atau pkl. 20.00 waktu setempat, tapi beda halnya dengan Kota Tarim di mana pelaksanaaan Salat Tarawih tiap Masjid berbeda dan terbentang mulai dari masuknya waktu Salat Isya' sampai setengah jam menjelang masuknya waktu Salat Shubuh.
Ambil saja contoh, Masjid Jamal Al-Lail, Masjid Sahl, dan Masjid Al-Birr misalnya, konsisten menggelar Salat Tarawih pkl. 21.00 sampai 22.00 waktu setempat. Masjid Ba'alawy dimulai pkl. 23.00. Disusul berikutnya oleh Masjid Al-Muhdhar pada pkl. 00.30. Sedangkan Masjid Jami’ Tarim, yang merupakan pusat kegiatan keagamaan masyarakat setempat, baru memulainya pada pkl. 01.30 dan berakhir pkl. 02.30.
Jadi, dalam semalam seseorang bisa melakukan Salat Tarawih sampai 100 rakaat kalau ia mau dan mampu, karena Nabi Muhammad SAW sendiri tidak pernah membatasi jumlah bilangan rakaat Tarawih. Hanya saja sejak masa Khalifah Umar Bin Khattab sampai pada masa para Imam Madzhab, Tarawih dengan berjama'ah di Masjid dilakukan dengan bilangan 20 rakaat dan ini yang berlangsung pula di Masjidil Haram dari masa Sahabat sampai sekarang, sedangkan di Madinah dilakukan sebanyak 36 atau 46 rakaat ditambah 3 rakaat Witir dan inilah Madhazbnya Imam Malik. Sedangkan Habib Umar Hafiz sendiri mengambil 3 jadwal Salat Tarawih atau 60 rakaat. Dan kami, Mahasiswa Fakultas Ilmu Syariah Imam Shafie College hanya mengambil jadwal Tarawih di Masjid Ba'alawy saja.
Masa puasa di Kota Tarim dimulai dari pkl. 03.50 sampai pkl. 18.22 atau sekitar 14 jam setengah. Sedangkan cuaca di Kota Tarim begitu juga di Kota-Kota sepanjang bentangan Jazirah Arab semuanya sedang dalam Suhu yang sangat panas, ditambah lagi pada Ramadhan tahun ini karena efek perang kemarin mengakibatkan pasokan minyak untuk Bidang Kelistrikan menurun sehingga berdampak pada pemadaman listrik berkala setiap harinya baik siang maupun malam.
Untuk buka puasa sendiri, biasanya kami hanya menyantap Kue Sambosa, Bahomri, Kentang Goreng dan jenis-jenis gorengan lainnya yang ditemani oleh segelas 'Ashir (Juz/Sirup). Untuk makan malamnya biasanya menjelang Salat Tarawih atau setelah Salat Tarawih. Dan, untuk Kota Tarim sendiri ada kebiasaan buka bersama yang diadakan oleh keluarga besar di masing-masing kampung dengan jadwal berbeda di tiap kampungnya.
Untuk kajian Keilmuan, karena Kota ini adalah Kota Peradabaan Islam sebagaimana dinobatkan oleh UNESCO tahun 2010 lalu, maka ketika memasuki Ramadhan kajian Ilmiyah setiap Ba'da Ashar (Rauhah) digelar di hampir semua Masjid di Kota Tarim. Begitu juga kami Mahasiswa yang sedang berlibur di Kota Tarim ini dan bertempat di salah satu Rumah seorang Syeikh yang mengajar di Kuliahan kami tak libur dari kajian keilmuan. Dari tanggal 1 sampai 20 Ramadhan setiap harinya kami mengaji 3 sampai 4 mata pelajaran, tak jarang pula ada pelajaran tambahan setelah Salat Tarawih sampai menjelang waktu Sahur. Di sisi lain setiap selepas Salat Shubuh sampai waktu Isyraq (terbitnya Matahari sampai setinggi ujung tombak) kami membuat Halaqah Tahzib, yaitu membaca Al-Qur'an dengan jumlah 5-7 orang secara bergantian, dengan satu orang satu halaman tak ubahnya Tadarus yang ada di Indonesia.
Ada kegiatan yang juga menjadi ciri khas Kota Tarim, yaitu Khataman Al-Qur'an. Seperti halnya Salat Tarawih, untuk Khataman Al-Qur'an setiap Masjid juga mempunyai jadwal tersendiri. Seperti Mushalla Ahlul Kisa' di Darul Musthofa biasa mengadakan Khataman setiap malam ke-17 bulan Ramadan. Begitu juga tempat Khataman Al-Qur'an yang tak kalah meriahnya adalah Masjid As-Segaf yaitu pada tanggal 25 Ramadan, Masjid Ba'Alawi pada tanggal 27 dan Masjid Al-Muhdhar pada tanggal 29 Ramadan. Acara tersebut tidak hanya dihadiri oleh penduduk Tarim saja, akan tapi banyak juga yang dari luar kota. Bahkan di antara mereka rela datang beberapa jam sebelumnya untuk bisa duduk di dalam masjid. Selain Masjid tersebut di atas, masih banyak lagi Masjid-Masjid yang melakukan acara serupa.
Selain itu, setiap malam 17 Ramadhan kebanyakan Habaib dan Masyayikh di Tarim pada khususnya dan Yaman pada umumnya biasa membaca Qashidah Badariyah, yaitu sebuah Qashidah yang berisi tentang kejadian dan pujian terhadap Ahli Badar. Qashidah ini dibaca setelah Salat Tarawih dan hanya berdurasi sekitar setengah jam. Pada malam 17 Ramadhan kemaren kami membacanya mulai dari pkl. 00.30 - 01.00 dini hari setelah pulang dari Masjid Ba'Alawy.
Sekian yang bisa saya sampaikan tentang Khazanah Ramadhan di Kota Tarim yang saya ketahui dan saya alami langsung. Semoga Ramadhan ini segala Amal Ibadah kita diterima oleh Allah SWT, dan semoga kita bisa meningkatkan Amal dan Ketaqwaan kita serta dianugerahi malam Lailatul Qadar, Aamiin Yaa Robbal 'Alamiin.

0 komentar:

Posting Komentar