Ulama yang sholeh keturunan cucu Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam, Abuya Prof. Dr.
Assayyid Muhammad Bin Assayyid Alwi Bin
Assayyid Abbas Bin Assayyid Abdul Aziz
Almaliki Alhasani Almakki Alasy’ari Assyadzili
pada Pertemuan Nasional dan Dialog
Pemikiran Kedua dengan judul pertemuan,
‘Esktrem dan Moderat: Sisi Pandang
Sistematis dan Universal” di Makkah al
Mukarromah , pada tanggal 5 s/d 9
Dzulqo’dah 1424 H mengatakan bahwa
pembagian tauhid menjadi tiga adalah
penyebab munculnya ekstremisme atau
radikalisme berikut kutipannya
***** awal kutipan *****
Tiga Pembagian Tauhid sebagai faktor
dominan di antara faktor terpenting dan
dominan yang menjadi sebab munculnya
ekstremisme adalah apa yang kita saksikan
bersama pada metode pembelajaran tauhid
dalam kurikulum sekolah. Dalam materi
tersebut terdapat pembagian tauhid menjadi
tiga bagian:
1) Tauhid Rububiyyah,
2) Tauhid Uluhiyyah,
3) Tauhid Asma’ was Shifaat.
(Padahal pembagian seperti ini), tidak pernah
dikenal oleh generasi salaf dari masa Sahabat,
Tabi’in maupun Tabi’it Taabi’in. Bahkan,
pembagian dengan format seperti ini tidak
terdapat dalam al Qur’an atau Sunnah
Nabawiyyah.
Jadi, pembagian (taqsiim) tersebut tak lebih
merupakan ijtihad yang dipaksakan dalam
masalah ushuluddin serta tak ubahnya seperti
tongkat yang berfungsi membuat perpecahan
di antara umat Islam dengan konsekuensi
hukumnya yang memunculkan sebuah konklusi
bahwa kebanyakan umat Islam (as-sawadul
a’zham) telah kafir, menyekutukan Allah, dan
lepas dari tali tauhid.
***** akhir kutipan *****
Apa yang menjadi landasan kurikulum sekolah
di wilayah kerajaan dinasti Saudi adalah
mengikuti pola pemahaman ulama Muhammad
bin Abdul Wahhab yang dapat diketahui dari
tulisan beliau, Qawaidul Arba’ yang
disyarahkan oleh ulama Sholih Fauzan Al-
Fauzan pada http://mutiarazuhud.fil
es.wordpress.com/2012/03/pemahaman-
tauhid-maw.pdf
Dalam tulisan tersebut terlihat jelas
dipengaruhi oleh pembagian tauhid menjadi
tiga bagian. Sehingga Ulama Muhammad bin
Abdul Wahhab berprasangka buruk bahwa
kaum muslim pada umumnya hanya bertauhid
Rububiyyah dan belum sepenuhnya bertauhid
Uluhiyyah.
Pada halaman 23 terjemahan Syarah Qawaidul
Arba’ tertulis, “Ketahuilah bahwa orang-orang
kafir yang diperangi oleh Rasulullah -
shallallahu‟alaihi wa sallam- –mereka itu
mengakui tauhid rububiyyah, sementara
pengakuan mereka terhadap tauhid rububiyyah
tidak dapat memasukkan mereka ke dalam
Islam, sehingga tidak haram harta-harta serta
darah mereka”
Pada orang-orang seperti Dzul Khuwaishirah
dari Bani Tamim an Najdi yang
pemahamannya telah keluar (kharaja) dari
pemahaman mayoritas kaum muslim (as-
sawad al a’zham) atau yang disebut dengan
khawarij (khawarij adalah bentuk jamak
(plural) dari kharij (bentuk isim fail) artinya
yang keluar) mempergunakan ayat-ayat yang
diturunkan bagi orang-orang kafir lantas
mereka terapkan untuk menyerang kaum
muslim
Abdullah bin Umar ra dalam mensifati
kelompok khawarij mengatakan: “Mereka
menggunakan ayat-ayat yang diturunkan bagi
orang-orang kafir lantas mereka terapkan
untuk menyerang orang-orang beriman”.[Lihat:
kitab Sohih Bukhari jilid:4 halaman:197].
Begitupuula sebagai pembenaran
pemahamannya, ulama Muhammad bin Abdul
Wahhab menerapkan ayat-ayat yang
diturunkan bagi orang-orang kafir digunakan
unutk menyerang kaum muslim seperti pada
halaman 36 s/d 38 terjemahan Syarah
Qawaidul Arba’ tertulis,
Oleh Zon Jonggol
0 komentar:
Posting Komentar