Pengikut

Senin, 20 Mei 2013

MUTIARA NASEHAT HADHRATUS SYAIKH KH. M. HASYIM ASY’ARI

MUTIARA NASEHAT HADHRATUS SYAIKH KH. M. HASYIM ASY’ARI

Diterjemahkan dari kitab al-Mawa’idz karya
Hadhratus Syaikh KH. M. Hasyim Asy’ari Pendiri
Nahdlatul Ulama, Pengasuh Pondok Pesantren
Tebuireng Jombang.
Bismillahirrahmanirrahim...
(Risalah ini) dari makhluk yang termiskin, bahkan
pada hakikatnya dari orang yang tidak punya
sesuatu apapun, Muhammad Hasyim Asy’ari
semoga Allah Swt. mengampuni keturunannya dan
seluruh umat muslim. Kepada teman-teman yang
mulia penduduk tanah Jawa dan sekitarnya, baik
ulama maupun masyarakat umum.
Assalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh...
Sungguh telah sampai kepadaku (sebuah kabar)
bahwa api fitnah dan pertikaian telah terjadi di
antara kalian semua. Kurenungkan sejenak apakah
kiranya penyebab dari itu semua. Kemudian aku
berkesimpulan bahwa penyebab itu semua adalah
karena masyarakat zaman sekarang telah banyak
yang mengganti dan merubah kitab Allah Swt. dan
Sunnah Rasulullah Saw. Allah Swt. berfirman
dalam surat al-Hujurat ayat 10: “Orang-orang
beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu
damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua
saudaramu itu.”
Sementara masyarakat sekarang menjadikan orang
mukmin sebagai musuh dan tidak ada upaya untuk
mendamaikan di antara mereka, bahkan ada
kecenderungan untuk merusaknya. Rasulullah Saw.
bersabda: “Jangan kalian saling menebar iri
dengki, jangan kalian saling membenci dan jangan
saling bermusuhan. Jadilah kalian bersaudara
wahai hamba-hamba Allah Swt.”
Sementara masyarakat zaman sekarang saling iri
dengki, saling membenci, saling bersaing (dalam
urusan dunia) dan akhirnya mereka menjadi
bermusuhan. Wahai para ulama yang fanatik
terhadap sebagian madzhab dan pendapat.
Tinggalkanlah fanatik kalian dalam urusan-urusan
far’iyyah (tidak fundamental) yang di dalamnya
ulama (masih) menawarkan dua pendapat, yaitu
pendapat yang mengatakan bahwa “Setiap mujtahid
(niscaya) benar”. Serta pendapat yang mengatakan
“Mujtahid yang benar (pasti hanya) satu, namun
(mujtahid) yang salah tetap mendapat pahala”.
Tinggalkanlah fanatik (kalian) dan tinggalkanlah
jurang yang akan merusak kalian. Lakukanlah
pembelaan terhadap agama Islam, berjuanglah
kalian untuk menangkis orang-orang yang mencoba
melukai al-Qur an dan sifat-sifat Allah Swt.
Berjuanglah kalian untuk menolak orang-orang
yang berilmu sesat dan akidah yang merusak.
Jihad untuk menolak mereka adalah wajib. Dan
sibukkanlah dirimu untuk senantiasa berjihad
melawan mereka.
Wahai manusia! Di antara kalian ada orang-orang
kafir yang memenuhi negeri ini, maka siapa lagi
yang yang bisa diharapkan bangkit untuk
mengawasi mereka dan serius untuk
menunjukkannya ke jalan yang benar?
Wahai para ulama, untuk urusan seperti ini (baca;
membela al-Qur an dan menolak orang yang
menodai agama), maka bersungguh-sungguhlah
kalian dan silakan kalian berfanatik. Adapun fanatik
kalian untuk urusan-urusan agama yang bersifat
far’iyyah dan mengarahkan manusia ke madzhab
tertentu atau pendapat tertentu, maka itu adalah
suatu hal yang tidak akan diterima Allah Swt. dan
tidak senangi oleh Rasulullah Saw.
Yang membuat kalian semua bertindak seperti itu
tiada lain kecuali hanya kefanatikan kalian
(terhadap madzhab tertentu), bersaing dalam
bermadzhab dan saling hasud. Sungguh, kalau saja
Imam Syafi’i, Imam Abu Hanifah, Imam Malik,
Imam Ahmad, Ibnu Hajar dan Imam Ramliy masih
hidup, maka pasti mereka akan sangat ingkar dan
tidak sepakat atas (perbuatan) kalian dan tidak
mau bertanggung jawab atas apa yang kalian
perbuat.
Kalian mengingkari sesuatu yang masih dikhilafi
para ulama, sementara kalian melihat banyak orang
yang tak terhitung jumlahnya, meninggalkan shalat
yang hukumannya menurut Imam Syafi’i, Imam
Malik dan Imam Ahmad adalah potong leher. Dan
kalian tidak mengingkarinya sedikitpun. Bahkan
ada di antara kalian yang telah melihat banyak
melihat tetangganya tidak ada yang melaksanakan
shalat, tapi diam seribu bahasa.
Lantas bagaimana kalian mengingkari sebuah
urusan far’iyyah yang terjadi perbedaan pendapat
di antara ulama? Sementara pada saat yang sama
kalian tidak (pernah) mengingkari sesuatu yang
(nyata-nyata) diharamkan agama seperti zina,
riba, minum khamar dll.
Sama sekali tidak pernah terbersit dalam benak
kalian untuk terpanggil (mengurusi) hal-hal yang
diharamkan Allah Swt. Kalian hanya terpanggil oleh
rasa fanatisme kalian kepada Imam Syafi’i dan
Imam Ibnu Hajar. Yang hal itu akan menyebabkan
tercerai-berainya persatuan kalian, terputusnya
hubungan keluarga kalian, terkalahkannya kalian
oleh orang yang bodoh-bodoh, jatuhnya wibawa
kalian di mata masyarakat umum dan harga diri
kalian akan jadi bahan omongan orang-orang yang
tolol dan akhirnya kalian akan (membalas)
merusak mereka sebab gunjingan mereka seputar
kalian. (Itu semua terjadi) karena daging kalian
telah teracuni dan kalian telah merusak diri kalian
dengan dosa-dosa besar yang kalian perbuat.
Wahai para ulama, apabila kalian melihat orang
yang mengamalkan pendapat dari para imam ahli
madzhab yang memang boleh untuk diikuti,
walaupun pendapat itu tidak unggul, apabila kalian
tidak sepakat dengan mereka, maka jangan kalian
menghukuminya dengan keras, tapi tunjukkanlah
mereka dengan lembut. Dan apabila mereka tidak
mau mengikuti anjuran kalian, maka jangan sekali-
sekali kalian menjadikan mereka sebagai musuh.
Perumpamaan orang-orang yang melakukan hal di
atas adalah seperti orang yang membangun gedung
tapi merobohkan tatanan kota.
Jangan kalian jadikan keengganan mereka untuk
mengikuti kalian, sebagai alasan untuk perpecahan,
pertikaian dan permusuhan. Sesungguhnya
perpecahan, pertikaian dan permusuhan adalah
kejahatan yang mewabah dan dosa besar yang bisa
merobohkan tatanan kemasyarakatan dan bisa
menutup pintu kebaikan.
Untuk itu, Allah Swt. melarang hambaNya yang
mukmin dari pertentangan dan Allah Swt.
mengingatkan mereka bahwa akibatnya sangat
buruk serta ujung-ujungnya sangat menyakitkan.
Allah Swt. berfirman dalam surat al-Anfal ayat 46:
“Dan janganlah kamu berbantah-bantahan yang
menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang
kekuatanmu.”
Wahai orang-orang muslim, sesungguhnya di dalam
tragedi yang terjadi hari-hari ini, ada ‘ibrah
(hikmah) yang banyak serta nasehat yang sangat
layak diambil oleh orang yang cerdas dari hanya
mendengarkan mau’idzahnya para penceramah dan
nasehatnya pada mursyid.
Ingatlah bahwa kejadian di atas adalah merupakan
kejadian yang setiap saat akan selalu menghampiri
kita. Maka apakah bagi kita bisa mengambil ‘ibrah
dan hikmah? Dan apakah kita sadar dari lelap dan
lupa kita?
Dan kita mesti sadar, kebahagiaan kita itu
tergantung dari sifat tolong menolong kita,
persatuan kita, kejernihan hati kita dan keikhlasan
sebagian dari kita kepada yang lain. Ataukah kita
tetap berteduh di bawah perpecahan, pertikaian,
saling menghina, hasud dan kesesatan? Sementara
agama kita satu, yaitu Islam dan madzhab kita
satu, yaitu Imam Syafi’i dan daerah kita juga satu
yaitu Jawa. Dan kita semua adalah pengikut
Ahlussunnah wal Jama’ah.
Maka demi Allah Swt., sesungguhnya perpecahan,
pertikaian, saling menghina dan fanatik madzhab
adalah musibah yang nyata dan kerugian yang
besar.
Wahai orang-orang Islam, bertaqwalah kepada
Allah Swt. dan kembalilah kalian semua kepada
Kitab Tuhan kalian. Dan amalkan Sunnah Nabi
kalian serta ikutilah jejak para pendahulu kalian
yang shaleh-shaleh. Maka kalian akan berbahagia
dan beruntung seperti mereka.
Bertaqwalah kepada Allah Swt. dan damaikanlah
orang-orang yang berseteru di antara kalian. Saling
tolong menolonglah kalian atas kebaikan dan
taqwa. Jangan saling tolong menolong atas dosa
dan aniaya, maka Allah Swt. akan melindungi
kalian dengan rahmatNya dan akan menebarkan
kebaikanNya. Jangan seperti orang yang berkata:
“Aku mendengarkan” padahal mereka tidak
mendengarkan.
Wassalamu fi al-mabda’ wa al-khitam.
Sya’roni As-Samfuriy, Tegal 29 Maret 2013
Diterjemahkan dari kitab al-Mawa’idz karya
Hadhratus Syaikh KH. M. Hasyim Asy’ari Pendiri
Nahdlatul Ulama, Pengasuh Pondok Pesantren
Tebuireng Jombang.
Bismillahirrahmanirrahim...
(Risalah ini) dari makhluk yang termiskin, bahkan
pada hakikatnya dari orang yang tidak punya
sesuatu apapun, Muhammad Hasyim Asy’ari
semoga Allah Swt. mengampuni keturunannya dan
seluruh umat muslim. Kepada teman-teman yang
mulia penduduk tanah Jawa dan sekitarnya, baik
ulama maupun masyarakat umum.
Assalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh...
Sungguh telah sampai kepadaku (sebuah kabar)
bahwa api fitnah dan pertikaian telah terjadi di
antara kalian semua. Kurenungkan sejenak apakah
kiranya penyebab dari itu semua. Kemudian aku
berkesimpulan bahwa penyebab itu semua adalah
karena masyarakat zaman sekarang telah banyak
yang mengganti dan merubah kitab Allah Swt. dan
Sunnah Rasulullah Saw. Allah Swt. berfirman
dalam surat al-Hujurat ayat 10: “Orang-orang
beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu
damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua
saudaramu itu.”
Sementara masyarakat sekarang menjadikan orang
mukmin sebagai musuh dan tidak ada upaya untuk
mendamaikan di antara mereka, bahkan ada
kecenderungan untuk merusaknya. Rasulullah Saw.
bersabda: “Jangan kalian saling menebar iri
dengki, jangan kalian saling membenci dan jangan
saling bermusuhan. Jadilah kalian bersaudara
wahai hamba-hamba Allah Swt.”
Sementara masyarakat zaman sekarang saling iri
dengki, saling membenci, saling bersaing (dalam
urusan dunia) dan akhirnya mereka menjadi
bermusuhan. Wahai para ulama yang fanatik
terhadap sebagian madzhab dan pendapat.
Tinggalkanlah fanatik kalian dalam urusan-urusan
far’iyyah (tidak fundamental) yang di dalamnya
ulama (masih) menawarkan dua pendapat, yaitu
pendapat yang mengatakan bahwa “Setiap mujtahid
(niscaya) benar”. Serta pendapat yang mengatakan
“Mujtahid yang benar (pasti hanya) satu, namun
(mujtahid) yang salah tetap mendapat pahala”.
Tinggalkanlah fanatik (kalian) dan tinggalkanlah
jurang yang akan merusak kalian. Lakukanlah
pembelaan terhadap agama Islam, berjuanglah
kalian untuk menangkis orang-orang yang mencoba
melukai al-Qur an dan sifat-sifat Allah Swt.
Berjuanglah kalian untuk menolak orang-orang
yang berilmu sesat dan akidah yang merusak.
Jihad untuk menolak mereka adalah wajib. Dan
sibukkanlah dirimu untuk senantiasa berjihad
melawan mereka.
Wahai manusia! Di antara kalian ada orang-orang
kafir yang memenuhi negeri ini, maka siapa lagi
yang yang bisa diharapkan bangkit untuk
mengawasi mereka dan serius untuk
menunjukkannya ke jalan yang benar?
Wahai para ulama, untuk urusan seperti ini (baca;
membela al-Qur an dan menolak orang yang
menodai agama), maka bersungguh-sungguhlah
kalian dan silakan kalian berfanatik. Adapun fanatik
kalian untuk urusan-urusan agama yang bersifat
far’iyyah dan mengarahkan manusia ke madzhab
tertentu atau pendapat tertentu, maka itu adalah
suatu hal yang tidak akan diterima Allah Swt. dan
tidak senangi oleh Rasulullah Saw.
Yang membuat kalian semua bertindak seperti itu
tiada lain kecuali hanya kefanatikan kalian
(terhadap madzhab tertentu), bersaing dalam
bermadzhab dan saling hasud. Sungguh, kalau saja
Imam Syafi’i, Imam Abu Hanifah, Imam Malik,
Imam Ahmad, Ibnu Hajar dan Imam Ramliy masih
hidup, maka pasti mereka akan sangat ingkar dan
tidak sepakat atas (perbuatan) kalian dan tidak
mau bertanggung jawab atas apa yang kalian
perbuat.
Kalian mengingkari sesuatu yang masih dikhilafi
para ulama, sementara kalian melihat banyak orang
yang tak terhitung jumlahnya, meninggalkan shalat
yang hukumannya menurut Imam Syafi’i, Imam
Malik dan Imam Ahmad adalah potong leher. Dan
kalian tidak mengingkarinya sedikitpun. Bahkan
ada di antara kalian yang telah melihat banyak
melihat tetangganya tidak ada yang melaksanakan
shalat, tapi diam seribu bahasa.
Lantas bagaimana kalian mengingkari sebuah
urusan far’iyyah yang terjadi perbedaan pendapat
di antara ulama? Sementara pada saat yang sama
kalian tidak (pernah) mengingkari sesuatu yang
(nyata-nyata) diharamkan agama seperti zina,
riba, minum khamar dll.
Sama sekali tidak pernah terbersit dalam benak
kalian untuk terpanggil (mengurusi) hal-hal yang
diharamkan Allah Swt. Kalian hanya terpanggil oleh
rasa fanatisme kalian kepada Imam Syafi’i dan
Imam Ibnu Hajar. Yang hal itu akan menyebabkan
tercerai-berainya persatuan kalian, terputusnya
hubungan keluarga kalian, terkalahkannya kalian
oleh orang yang bodoh-bodoh, jatuhnya wibawa
kalian di mata masyarakat umum dan harga diri
kalian akan jadi bahan omongan orang-orang yang
tolol dan akhirnya kalian akan (membalas)
merusak mereka sebab gunjingan mereka seputar
kalian. (Itu semua terjadi) karena daging kalian
telah teracuni dan kalian telah merusak diri kalian
dengan dosa-dosa besar yang kalian perbuat.
Wahai para ulama, apabila kalian melihat orang
yang mengamalkan pendapat dari para imam ahli
madzhab yang memang boleh untuk diikuti,
walaupun pendapat itu tidak unggul, apabila kalian
tidak sepakat dengan mereka, maka jangan kalian
menghukuminya dengan keras, tapi tunjukkanlah
mereka dengan lembut. Dan apabila mereka tidak
mau mengikuti anjuran kalian, maka jangan sekali-
sekali kalian menjadikan mereka sebagai musuh.
Perumpamaan orang-orang yang melakukan hal di
atas adalah seperti orang yang membangun gedung
tapi merobohkan tatanan kota.
Jangan kalian jadikan keengganan mereka untuk
mengikuti kalian, sebagai alasan untuk perpecahan,
pertikaian dan permusuhan. Sesungguhnya
perpecahan, pertikaian dan permusuhan adalah
kejahatan yang mewabah dan dosa besar yang bisa
merobohkan tatanan kemasyarakatan dan bisa
menutup pintu kebaikan.
Untuk itu, Allah Swt. melarang hambaNya yang
mukmin dari pertentangan dan Allah Swt.
mengingatkan mereka bahwa akibatnya sangat
buruk serta ujung-ujungnya sangat menyakitkan.
Allah Swt. berfirman dalam surat al-Anfal ayat 46:
“Dan janganlah kamu berbantah-bantahan yang
menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang
kekuatanmu.”
Wahai orang-orang muslim, sesungguhnya di dalam
tragedi yang terjadi hari-hari ini, ada ‘ibrah
(hikmah) yang banyak serta nasehat yang sangat
layak diambil oleh orang yang cerdas dari hanya
mendengarkan mau’idzahnya para penceramah dan
nasehatnya pada mursyid.
Ingatlah bahwa kejadian di atas adalah merupakan
kejadian yang setiap saat akan selalu menghampiri
kita. Maka apakah bagi kita bisa mengambil ‘ibrah
dan hikmah? Dan apakah kita sadar dari lelap dan
lupa kita?
Dan kita mesti sadar, kebahagiaan kita itu
tergantung dari sifat tolong menolong kita,
persatuan kita, kejernihan hati kita dan keikhlasan
sebagian dari kita kepada yang lain. Ataukah kita
tetap berteduh di bawah perpecahan, pertikaian,
saling menghina, hasud dan kesesatan? Sementara
agama kita satu, yaitu Islam dan madzhab kita
satu, yaitu Imam Syafi’i dan daerah kita juga satu
yaitu Jawa. Dan kita semua adalah pengikut
Ahlussunnah wal Jama’ah.
Maka demi Allah Swt., sesungguhnya perpecahan,
pertikaian, saling menghina dan fanatik madzhab
adalah musibah yang nyata dan kerugian yang
besar.
Wahai orang-orang Islam, bertaqwalah kepada
Allah Swt. dan kembalilah kalian semua kepada
Kitab Tuhan kalian. Dan amalkan Sunnah Nabi
kalian serta ikutilah jejak para pendahulu kalian
yang shaleh-shaleh. Maka kalian akan berbahagia
dan beruntung seperti mereka.
Bertaqwalah kepada Allah Swt. dan damaikanlah
orang-orang yang berseteru di antara kalian. Saling
tolong menolonglah kalian atas kebaikan dan
taqwa. Jangan saling tolong menolong atas dosa
dan aniaya, maka Allah Swt. akan melindungi
kalian dengan rahmatNya dan akan menebarkan
kebaikanNya. Jangan seperti orang yang berkata:
“Aku mendengarkan” padahal mereka tidak
mendengarkan.
Wassalamu fi al-mabda’ wa al-khitam.
Sya’roni As-Samfuriy, Tegal 29 Maret 2013

0 komentar:

Posting Komentar