Pengikut

Jumat, 05 Desember 2014

Inilah ENAM PERKARA SUMBER KEKUFURAN

ENAM PERKARA SUMBER KEKUFURAN

By Thobary Syadzily

ENAM PERKARA SUMBER KEKUFURAN
=================================

Ada enam perkara yang dapat menyebabkan timbulnya sumber kekufuran (lihat kitab “Hasyiah ad-Dasuqi ‘ala Ummil Barahin, karya Syeikh Muhammad bin Ahmad bin ‘Arafat ad-Dasuqi, halaman 292-294, cetakan “Darul Kutub al-‘Ilmiyyah’, Beirut – Libanon), yaitu:
1. Al-Ijabudz Dzati (الايجاب الذاتي),
2. At-Tahsinul ‘Aqli (التحسين العقلي),
3. At-Taqlidur Radi (التقليد الردئ), 
4. Ar-Rabtul ‘Adi (الربط العادي),
5. Al-Jahlul Murakkab (الجهل المركب), dan
6. At-Tamassuk fi Ushulil ‘Aqaid bi Mujarradi Zhahiril Kitab was Sunnah (التمسك فى أصول العقائد بمجرد ظواهر الكتاب والسنة ).

1. Al-Ijabudz Dzati (الايجاب الذاتي).
---------------------------------------
Inilah yang menyebabkan timbulnya kekufuran yang dilakukan oleh para filosuf, di mana mereka beranggapan bahwa Dzat Yang Maha Tinggi sebagai pelaku sesuai dengan hukum Al-Ijabudz Dzati, yakni Dzat Allah merupakan suatu alasan (‘illat) bagi terjadinya sesuatu yang mungkin yang disandarkan kepada-Nya (berdasarkan pada tabiat atau karakter-Nya) tanpa ikhtiar-Nya (keinginan-Nya sendiri). Kemudian, mereka menolak sifat Qudrat, Iradat, dan semua sifat-sifat Allah yang lainnya. Maha Tinggi nan Agung Allah dari ucapan mereka. Mereka pun beranggapan bahwa alam ini qadim (dahulu) dan menolak dalil atau alasan yang qath’I (postulat) yang menunjukkan barunya alam. Dan tidak samar (sudah jelas) lagi jika engkau menyatakan dengan uraian terdahulu tentang wajib barunya alam dan wajib sifat Qidam (Maha Dahulu) dan Baqa (Maha Kekal) bagi Allah ‘azza wa jalla, maka secara pasti engkau dapat mengetahui bahwa adanya alam adalah murni dengan ikhtiar-Nya (keinginan-Nya sendiri), bukan dengan ijab (wajib dzati) dan ta’lil (sebab dan akibat). Seandainya adanya alam bukan dengan murni ikhtiar Allah, maka alam itu qadim atau penciptanya bersifat baru, karena beriringan wajibnya hubungan antara sebab dan akibat. Sedangkan yang seperti ini sudah barangtentu mustahil bagi Allah.

2. At-Tahsinul ‘Aqli (التحسين العقلي).
----------------------------------------
Inilah yang menyebabkan sumber kekufuran yang dilakukan oleh kaum Barahimah dari kelompok para filosuf, sehingga mereka menolak kenabian. Juga, sumber kesesatan yang dilakukan oleh kaum Mu’tazilah yang menyatakan wajib bagi Allah menciptakan yang baik dan yang lebih baik untuk makhluk-Nya. Mereka membuat alasan bahwa segala bentuk ciptaan dan hukum Allah mempunyai tujuan tertentu yang mendorong-Nya untuk menciptakan atau menetapkan suatu hukum. Mereka menjadikan hanya akal semata, bukan syara’, sebagai lantaran untuk mengetahui hukum-hukum Allah. Dan masih banyak lagi hal-hal yang dapat menyebabkan kesesatan-kesesatan yang dilakukan kaum Mu’tazilah. 

3. At-Taqlidur Radi (التقليد الردئ).
--------------------------------------
At-Taqlidur Radi adalah taklid dan fanatisme yang berlebihan yang menyebabkan timbulnya sumber kekufuran yang dilakukan para penyembah berhala dan selainnya yang mengatakan:

إِنَّا وَجَدْنَآ ءَابَآءَنَا عَلَىٰ أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَىٰ ءَاثَارِهِم مُّقْتَدُونَ

Artinya
---------
“Sesungguhnya kami mendapati bapak- bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah para pengikut jejak-jejak mereka.” Q.S. Az-Zukhruf {43}: 23.

Ulama ahli hakekat berkata di dalam menjelaskan ayat di atas bahwa taklid tidaklah memadai dalam masalah akidah iman. Begitupula sebagian guru-guru kami berkata: “Tidak ada perbedaan antara muqallid (orang yang taklid) yang dibimbing dan binatang yang dituntun.” 

4. Ar-Rabtul ‘Adi (الربط العادي).
-----------------------------------
Ar-Rabtul ‘Adi adalah sumber kekufuran yang dilakukan oleh para pakar fisika dan orang-orang yang mengikuti pikiran mereka dari kalangan orang-orang beriman yang bodoh. Mereka menetapkan hubungan makan dengan kenyang, rasa segar (hilangnya rasa haus) dengan minum, tertutupnya aurat dengan pakaian, terangnya bumi dengan matahari, dan sebagainya. Mereka memahami dengan kebodohan mereka bahwa segala sesuatu adalah yang dapat memberikan bekas (mu’tsirah), yang dihubungkan pada adanya perkara beserta sesuatu itu, baik melalui karakter sesuatu itu, maupun kekuatan yang ditempatkan Allah di dalam sesuatu itu (seperti gula memberikan rasa manis. Jadi, rasa manisnya gula dibuat oleh dzat gula, bukan diciptakan oleh Dzat Allah SWT).
Adapun Ahlussunnah wal Jama’ah, semoga Allah ta’ala meridhoi mereka, Allah ta’ala menerangi pandangan-pandangan mereka sehingga mereka tidak terkena fitnah dengan sesuatu yang terjadi di alam. Mereka disingkapkan dengan berbagai hakekat atas sesuatu apa adanya di dalam esensi sesuatu itu. Inilah mukasyafah (tersingkap hakekat kebenaran) yang diberikan khusus oleh Allah kepada para wali-Nya, sehingga mereka selamat (terhindar) dari bencana-bencana kekufuran dan bid’ah di dalam pokok-pokok aqidah. Adapun tersingkapnya sesuatu selain itu tidak dihiraukan oleh orang-orang yang telah memperoleh taufik Allah.

5. Al-Jahlul Murakkab (الجهل المركب).
-------------------------------------------
Al-Jahlul Murakkab adalah kebodohan yang menimpa bencana mayoritas umat manusia. Engkau akan menemukan mereka di mana mereka mengi’tiqadkan atau meyakinkan sesuatu bertentangan dengan fakta yang sebenarnya. Itulah suatu kebodohan. Kemudian, mereka tidak tahu (bodoh) bahwa diri mereka bodoh. Itulah kebodohan yang lain. Olehkarena itu, kebodohan tersebut dinamakan “Jahlun Murakkab”, seperti keyakinan para filosuf yang mengatakan bahwa benda-benda runag angkasa dapat memberikan bekas (pengaruh) bagi kehidupan manusia. Dan, mereka mengi’tiqadkan (meyakinkan) bahwa alam ini qadim (dahulu). Inilah kebodohan yang sangat besar, namun mereka tidak menyadari dengan kebodohan mereka sendiri. Firman Allah ta’ala:

وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ عَلَىٰ شَيْءٍ أَلاَ إِنَّهُمْ هُمُ ٱلْكَاذِبُونَ 

Artinya
---------
“Dan mereka menyangka bahwa mereka akan memperoleh suatu (manfaat). Ketahuilah, bahwa sesungguhnya merekalah orang-orang pendusta.” Q.S. Al-Mujadalah {58}: 18.

6. At-Tamassuk fi Ushulil ‘Aqaid bi Mujarradi Zhahiril Kitab was Sunnah (التمسك فى أصول العقائد بمجرد ظواهر الكتاب والسنة ) 
Yakni: Di dalam pokok-pokok aqidah hanya berpedoman pada kemurnian dari tekstual Al-Qur’an dan Al-Hadits tanpa mempergunakan pandangan akal yang sehat (tanpa ta’wil ijmali dan ta’wil tafshli). Inilah sumber kesesatan yang dilakukan oleh kaum Hasywiah. Mereka mengi’tiqadkan bahwa Allah serupa dengan makhluk (tasybih), Allah berjisim atau berbentuk seperti jisimnya makhluk, dan Allah bertempat di suatu arah (seperti Allah bersemayam di atas ‘arasy). Mereka berkeyakinan begitu, karena mengamalkan secara tekstual firman Allah ta’ala sebagai berikut:

1. Firman Allah ta’ala dalam Surat Thaha {20} ayat 5:

ٱلرَّحْمَـٰنُ عَلَى ٱلْعَرْشِ ٱسْتَوَىٰ

Artinya:
---------
“(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di atas 'Arsy.” Q.S. Thaahaa {20}: 5.

2. Firman Allah ta’ala dalam Surat Al-Mulk {67}ayat16:

ءَأَمِنتُمْ مَّن فِي ٱلسَّمَآءِ

Artinya:
---------
“Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit.” Ql-Mulk {67}: 16. 

3. Firman Allah ta’ala dalam Al-Qur’an Surat Shaad {38} ayat 75:

لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَي 

Artinya:
---------
“ …… kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku.”

Firman Allah ta’ala dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran {3}: 7 yang berbunyi:

{ هُوَ ٱلَّذِيۤ أَنزَلَ عَلَيْكَ ٱلْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُّحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ ٱلْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَأَمَّا الَّذِينَ في قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ٱبْتِغَاءَ ٱلْفِتْنَةِ وَٱبْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلاَّ ٱللَّهُ وَٱلرَّاسِخُونَ فِي ٱلْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِّنْ عِندِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلاَّ أُوْلُواْ ٱلأَلْبَابِ }

Artinya:
---------
“Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.”

اللهم اكتبنا فى زمرة أوليائك الناجيىن من كل فتنة دنيا وأخرى يا أرحم الراحمين

Artinya:
---------
“Ya, Allah jadikanlah kami termasuk golongan orang-orang yang selamat dari segala fitnah, baik fitnah di dunia maupun fitnah di akhirat. Wahai Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”

{ Kitab “Hasyiah ad-Dasuqi ‘ala Ummil Barahin, karya Syeikh Muhammad bin Ahmad ‘Arafat ad-Dasuqi (wafat 1230 H.), halaman 292-294, cetakan “Darul Kutub al-‘Ilmiyyah’, Beirut – Libanon}.

RABU PUKUL 10:56 AM · 6 FOTO · PUBLIK